Mohon tunggu...
Lilly Tri Rizky
Lilly Tri Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pemikiran Marxisme dalam Gaya Fidel Castro Saat Memimpin Kuba: Menyejahterakan atau Menjeratkan?

7 Juni 2021   20:22 Diperbarui: 7 Juni 2021   20:57 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan pendidikan seperti sekolah dokter yang gratis, penghasilan untuk menjadi dokter pula telah diatur oleh pemerintah. Penghasilan rata-rata seorang dokter adalah sekitar $40 per bulan.  Angka ini termasuk kecil sekali, jika kita bandingkan, seorang supir taxi di Kuba dapat menghasilkan $60 sehari. Seorang supir taxi memiliki penghasilan yang jauh lebih banyak dibandingkan yang didapatkan oleh seorang dokter dalam sebulan. 

Hal ini terjadi karena supir taxi memiliki lisensi swasta, tidak memiliki gaji yang telah diatur oleh pemerintah, dan sang supir dapat meminta bayaran yang tinggi kepada turis sesuka mereka. 

Hal ini dapat kita anggap tidak adil karena menjadi dokter merupakan suatu pekerjaan yang dapat di bilang berat, untuk belajar menjadi dokter pun sulit. Tetapi jika anda menjadi supir taxi, anda mendapatkan kekayaan yang berkali-kali lipat dibandingkan menjadi dokter. Banyak orang telah beralih profesi di Kuba, seperti orang yang awalnya seorang perawat atau merupakan seorang insinyur, mengganti pekerjaannya menjadi tukang cukur atau juru masak di sebuah restoran swasta. 

Karena, penghasilan dari pekerjaan-pekerjaan yang dianggap 'sepele' tersebut, menghasilkan uang sepuluh kali lipat lebih banyak dibandingkan pekerjaan yang mereka lakukan di bidang studi asalnya. Dengan gaji rata-rata Kuba yang hanya sekitar $20, mereka melakukan alih profesi hanya untuk bertahan hidup agar memiliki kehidupan yang lebih baik. 

Di sinilah 'kecacatan' dari teori kelas tersebut. Tanpa disangka, paham Marxisme yang dianut Castro yang diharapkan dapat menghasilkan kesataraan, malah menghasilkan kesengsaraan. Pemerintah terlalu ikut campur sehingga menimbulkan ketimpangan disini. Tidak adil bukan, sekolah dokter atau seseorang yang sekolah untuk menjadi insinyur bertahun-tahun, hanya untuk merasakan hidup serba pas-pasan dan dengan melakukan pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan otak, dan jauh lebih mudah, anda dapat menjadi kaya berkali-kali lipat? Inilah akibat dari mempraktikkan ajaran Marxisme ke dalam semua sendi kehidupan warga Kuba. Oleh karena itu, pantaskan Castro disebut sebagai pahlawan? Apakah 'lencana' kepahlawanannya pantas dicopot jika ternyata ia hanya menyebabkan ketimpangan, bukannya kesetaraan seperti yang dibayangkan oleh prospekdan tujuan dari pemikiran Marxisme?

Bagaimana Kebijakan Luar Negeri Telekomunikasi Kuba Tentang Akses Internetnya?

Sebelum tahun 2011, Kuba menjadi negara dengan jumlah pengguna internet yang paling rendah di benua Amerika. Berdasarkan survei International Telecommunication Unnion (ITU) serta data statistik yang dirilis pemerintahan Kuba, hanya 3% dari total penduduk yang mendapatkan kesempatan untuk mengakses internet dan menggunakan layanan telekomunikasi. Internet di Kuba dalam penyebarannya sangat terbatas, setelah adanya embargo dari Amerika Serikat kepada Kuba. Dalam embargo Amerika Serikat, negara Paman Sam tersebut bahkan menolak untuk memberikan izin pada Kuba untuk membuat kabel di bawah laut melewati 100 mil dari Kuba ke Florida. Laporan menunjukkan bahwa pemerintah Kuba menggunakan perangkat lunak Avila Link untuk memantau penggunaan internet masyarakatnya. 

Semua hal yang akan diunggah di internet bahkan harus melewati pemeriksaan dari National Registry of Serial Publications terlebih dahulu. Namun, pemberian akses internet yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah Kuba juga ditawarkan dengan harga yang mahal. Untuk mengakses koneksi nasional yang dioperasikan oleh pemerintah, masyarakat harus merogoh harga sebanyak 0,10 CUC per jam, dan 1,50 CUC untuk akses global yang memberikan akses ke seluruh tempat. 

Dengan mayoritas masyarakat yang berpendapatan rendah dan biaya internet yang relatif mahal, masyarakat Kuba mau tidak mau harus menggunakan akses internet nasional yang diawasi pemerintah dengan harga yang lebih murah dibanding akses global. Merujuk dari hal ini, akibatnya sebagian besar tempat tinggal dan bisnis di Kuba tidak memiliki akses internet. Bahkan berdasarkan data yang ada, setengah dari penduduk Kuba memiliki telepon seluler namun tidak banyak yang memiliki kemampuan untuk membayar akses internet. Selama ini penduduk yang tinggal di Kuba hanya bisa menikmati suasana tanpa mengandalkan jaringan internet. 

Hingga kemudian, pada Juli 2019 seteleh pemerintahan Castro terhenti, akhirnya Kuba memberikan perizinan wifi dan internet pribadi untuk dipakai di rumah maupun dikantor, meskipun untuk melakukan hal tersebut. Masyarakat harus tetap mempunyai izin akses terlebih dahulu. Terhitung sejak Desember 2018, masyawakat Kuba telah memiliki akses internet secara penuh yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi Kuba, ETECS, dengan menggunakan akses internet berkecepatan 3G. Akses internet ini masih berada di bawah pelaksanaan pemerintah dengan pemberian perizinannya.

Fidel Castro menduduki urutan ketiga, setelah Ratu Elizabeth di Inggris dan Raja Bhumibol Adulyadej di Thailand, sebagai pemimpin negara yang paling lama berkuasa di negaranya. Beliau terhitung menjadi presiden Kuba per-tanggal 2 Desember 1976 sampai 24 Februari 2008. Selama ia hidup, ia kerap kali mendapatkan ancaman serta upaya pembunuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun