Mohon tunggu...
lillah khofifah
lillah khofifah Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Hai!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berbagai Jenis Pangan Indeks Glikemik Rendah untuk Pasien Diabetes Melitus Tipe II

25 Oktober 2023   16:14 Diperbarui: 31 Oktober 2023   12:40 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diabetes melitus adalah penyakit terkait metabolik berdasarkan karakteristik adanya peningkatan kadar gula darah yang tinggi atau bisa juga disebut hiperglikemia yang disebabkan oleh adanya gangguan sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin, atau bahkan keduanya. Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit menahun degeneratif yang ditandai dengan rusaknya kelenjar pankreas sehingga menyebabkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, serta protein yang dapat menimbulkan berbagai macam keluhan sampai dengan komplikasi. Terdapat beberapa jenis diabetes, yang paling umum adalah diabetes tipe 1 dan tipe 2.

Diabetes melitus telah menjadi epidemi global dengan pravelensi yang terus meningkat di setiap tahunnya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2021 terdapat sekitar 422 juta orang di seluruh dunia yang didiagnosis menderita diabetes. Prevalensi diabebes ini diperkirakan akan terus meningkat pada masa yang akan datang, sejalan dengan perubahan gaya hidup yang kurang sehat serta adanya peningkatan jumlah individu di seluruh dunia yang mengalami obesitas. 

Penyakit diabetes melitus ini memiliki dampak yang cukup serius dan signifikan pada kesehatan masyarakat. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah serius seperti penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, kerusakan saraf, masalah mata, sampai dengan komplikasi. Diabetes melitus juga 

dapat mengurangi kualitas hidup penderitanya dan dapat meningkatkan biaya perawatan kesehatan secara keseluruhan. Biaya pengobatan dan perawatan diabetes termasuk juga pada aspek pemantauan merupakan bebab besar bagi sistem perawatan kesehatan dan juga pasiennya.

Diabetes melitus tipe 2 adalah salah satu bentuk diabetes, sebuah penyakit kronis yang memengaruhi cara tubuh mengatur gula darah. Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak mampu menggunakan insulin dengan efisien atau tidak menghasilkan cukup insulin. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas yang memungkinkan sel-sel tubuh untuk menggunakan glukosa (gula darah) sebagai sumber energi. Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makanan tinggi gula dan lemak, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas, dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Indeks glikemik adalah konsep penting dalam dunia gizi yang telah menjadi fokus perhatian dalam upaya menjaga kesehatan dan mengelola penyakit tertentu, seperti diabetes melitus. Makanan dengan Indeks glikemik rendah adalah makanan yang diketahui dapat mempertahankan atau meningkatkan kadar gula darah dalam batas yang normal setelah dikonsumsi. Sebaliknya, makanan dengan indeks glikemik tinggi cenderung menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat dan tinggi. Ketertarikan antara makanan dan kadar gula darah ini menjadi sangat penting, terutama dalam konteks diabetes yang merupakan penyakit kronis yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.

Diet merupakan bagian yang dianggap penting dalam penatalaksanaan diabetes tipe 2 selain olahraga, obat -- obatan anti diabetik serta pendidikan. Menurut Prihaningtyas (2013) pengenalan karbohidrat berdasarkan efeknya terhadap kadar gula darah dan respons insulin dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan jumlah dan jenis pangan sumber karbohidrat yang tepat untuk meningkatkan serta menjaga kesehatan. Konsumsi karbohidrat mempengaruhi secara langsung beban glikemik, di mana beban glikemik dapat mencerminkan respon insulin terhadap makanan. Indeks glikemik membantu pasien penderita diabetes dalam menentukan jenis pangan karbohidrat yang dapat mengendalikan kadar glukosa darah. Menurut Ernawati (2013), dengan mengetaui indeks glikemik pangan, penderita diabetes dapat memilih makanan yang tidak menaikkan kadar glukosa darah secara drastis sehingga kadar glukosa dalam darah dapat dapat dikontrol pada tingkat yang aman.

Pada individu yang sehat, tubuh mampu mengatur gula darah dengan baik setelah makan. Namun, pada penderita diabetes, terutama diabetes tipe 2, resistensi insulin atau kekurangan insulin dapat mengakibatkan gangguan dalam pengaturan gula darah. Makanan dengan IG tinggi dapat memicu lonjakan gula darah yang tajam setelah makan, menyebabkan peningkatan insulin yang cepat. Ini bisa menjadi masalah bagi penderita diabetes karena mereka mungkin memiliki kesulitan dalam menurunkan kadar gula darah yang tinggi dengan cepat.

Diet adalah salah satu aspek kunci dalam pengelolaan diabetes. Penderita diabetes sering disarankan untuk mengikuti rencana makan yang memperhitungkan IG makanan. Ini bertujuan untuk menjaga kadar gula darah dalam rentang yang sehat. Makanan yang tinggi dalam IG dapat dimasukkan dalam jumlah yang lebih kecil atau dikombinasikan dengan makanan lain yang lebih rendah IG untuk mengurangi dampak pada gula darah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2015) mengenai hubungan konsumsi bahan makanan yang mengandung indeks glikemik dengan kadar gula darah pada pasien DM-tipe 2 di RSUD Abdul Moeloek, menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara indeks glikemik bahan makanan yang dikonsumsi dengan kadar gula darah pasien Diabetes mellitus tipe 2. Pangan yang mempunyai indeks glikemik tinggi bila dikonsumsi akan meningkatkan kadar gula dalam darah dengan cepat dan tinggi. Sebaliknya, seseorang yang mengonsumsi pangan berindeks glikemik rendah maka peningkatan kadar gula dalam darah berlangsung lambat dan puncak kadar gula darahnya rendah.

Penderita diabetes sering dianjurkan untuk memperhatikan makanan dengan IG rendah. Makanan dengan IG rendah cenderung menghasilkan peningkatan gula darah yang lebih lambat dan lebih stabil setelah konsumsi. Contoh makanan dengan IG rendah termasuk sayuran, buah-buahan dengan serat tinggi, kacang-kacangan, dan biji-bijian utuh. Ini membantu menghindari lonjakan gula darah yang ekstrem yang dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang.

Makanan dengan indeks glikemik rendah cenderung mengandung karbohidrat kompleks, serat, dan nutrisi lain yang diperlukan tubuh. Contoh makanan dengan indeks glikemik rendah termasuk sayuran berdaun hijau, buah-buahan dengan serat tinggi seperti apel dan stroberi, kacang-kacangan, biji-bijian utuh seperti quinoa dan oatmeal, serta produk susu rendah lemak.

Penting untuk diingat bahwa indeks glikemik hanyalah satu faktor dalam perencanaan makanan untuk diabetes. Berbagai faktor lain juga harus dipertimbangkan, seperti ukuran porsi, komposisi nutrisi, dan kebutuhan individu. Pengukuran indeks glikemik dapat berubah jika makanan dikombinasikan dengan makanan lain atau dimasak dengan cara tertentu.

Penderita diabetes sebaiknya bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, atau diabetes educator untuk mengembangkan rencana makan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Edukasi yang baik tentang indeks glikemik dan dampaknya pada gula darah dapat membantu penderita diabetes membuat pilihan makanan yang lebih sehat dan mengelola kondisi mereka dengan lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun