Dalam keadaan yang sedemikian rupa, 95% mahasiswa terantuk-kantuk dalam pelajaran dan beberapa mahasiswa usil (termasuk saya) mendokumentasi expresi kawan-kawan saya melalui camera handphone (secara diam-diam tentunya bila ingin selamat dari hukuman dosen and labrakan teman-teman yang bersangkutan) haha beberapa detik kemudian….
Waaaa gempaaa.. gempaaaa…
Sekejap ruang kuliah yang semula lebih pantas dikatakan seperti kuburan ( karena sangat sepi) berubah gaduh riuh rendah suara meja yang saling beradu satu sama lain, teriakan calon-calon bidan yang berlarian keluar (tahu sendiri kan, seperti apa teriakan cewe dan bayangkan bahwa pada kenyataanya diruang kelas saya berisi 37 makhluk yang bernama perempuan semua) dan tentu saja saya yang tidak paham dengan apa yang terjadi turut melarikan diri keluar ruangan dengan sebelumnya bersusah payah memakai sepatu yang selalu saya lepas di ruang kelas. Apa yang terjadi pada dosen saya? Ouwch, ternyata beliau adalah seorang pelari cepat.. saya lihat beliau berada dipaling depan…syukurlah beliau selamat (hahaha…! Nada mencela) pak..pak mbok ya mahasiswanya dulu dievsayaasi keluar, apa ndak kasihan to sama mbak-mbaknya pada ketsayatan digoyang gempa begini, hala kok malah lari duluan. Owh iya, bagaimana teman disebelah saya? Dengan pedenya dia menenteng sepatu yang juga dilepasnya dikelas.
Waw, liat temen-temen ku bukannya ikutan tegang malah ngakak ( tertawa terbahak and berkelanjutan) with my prend @Sapitri Sapitrong. Bagaimana tidak, semula tampang-tampang mereka yang Nampak kusut dalam sekedipan mata berubah me merah karena shock and tegang. Apalagi menyadari bahwa dosen saya pun lari terbirit-birit menghadapi gempa ( maaf ya pak sedikit membicarakan anda).
Hmmm..
Jadi teringat kejadian beberapa tahun yang lalu…
Gempa jogja, 5.9SR yang sempat meluluh lantakkan Jogja dan sekitarnya. Saat itu saya masih duduk dibagku kelas 2 SMP, 4tahun yang lalu. Di pagi yang sangat tenang dan damai, mandi pagi jadi tradisi yang wajib dilaksanakan (pukul 05.30 WIB) entah firasat ataupun hanya kebetulan, saya yang biasanya hanya berbekal satu handuk saja, kali ini membawa dua handuk super gede… seperti biasa setelah mandi pastiah segera bersalin pakaian di kamar pribadi saya, tapi ternyata 06.00WIB….
Apa ini?
(pada kenyataannya posisi panic dapat menyebabkan ke-“Lola”-an anda kian menjadi)
Mendengar teriakan gempa dari tetangga-tetangga rumah membuat saya tersadar… Dengan expresi bodoh… Ohh gempa ya? Baru setelah PRT dirumah saya berteriak memanggil saya dari luar, saya turut kabur dengan dua handuk yang untung nya masih saya pakai. Tapi… bapak dan ibu saya? Hloh kok belum ada diluar.. Oalah, ternyata beliau juga tidak sadar bahwa pagi ini ada deadline digoyang gempa. Adek saya yang juga masih terlelap terpaksa harus digendong bapak dari dalam rumah. (nb:kebiasaan keluarga kami kembali tidur setelah solat subuh). Baru saja saya mendekat ke bapak saya, saya mendengar beliau bergumam “ haddoh, ommah ku neh rubuh tenan iki” saya yang mendegar beliau berkata begitu merasa was-was juga tentunya dan usut punya usut ini adalah gempa terbesar yang dialami bapak saya. Setelah keadaan sedikit tenang, saya segera ingin kembali masuk rumah tapi arrrgh gempa kecil susulan selalu bermunculan ( gempa susulan ini terus terjadi hingga malam, namun hanya berskala kecil. Kakek-nenek-Bapak-ibu-emas-embak-adek-kakak semua keluar rumah dan saya baru sadar hanya saya yang tidak berpakaian rapi dan sopan (namanya juga baru selesai mandi!), beruntunglah tadi saya memakai dua handuk gede (thanks God, Kau selamatkan aku dari maut dan juga dari malu).
Ehhh aku punya adek keponakan yang baru bebrusia beberapa bulan, bagaimanaa dia?