Mohon tunggu...
lilis zianah
lilis zianah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Meninggalkan jejak kebaikan u hidup yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Moderasi Dalam Islam

4 November 2023   05:51 Diperbarui: 4 November 2023   05:54 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

ada beragam agama di dunia. Namun ada pula yang memilih untuk atheis, tidak mengakui adanya Tuhan. Di Indonesia 6 agama yang diakui oleh negara adalah Islam, Kristen protestan, Kristen Katolik, Konghuchu, Budha dan hindu

Manusia bebas memilih memiliki agama atau malah tidak bertuhan. Saya sepakat dengan Islam sebagai agama dengan beragam aturan dan norma. Negara ini melindungi apapun pilihan dari setiap warga negaranya.

1. Keberagaman sebagai sebuah keniscayaan.

Indonesia adalah negara yang sangat menghargai keyakinan yang dianut oleh warga negaranya. Mayoritas menganut Islam dan para muslim sangat toleransi kepada agama selainnya.

Keberagaman tidak hanya urusan dalam hal pilihan agama namun banyak lainnya. Dengan slogan boneka tunggal Ika, maka bangsa ini sadar bahwa keberagaman adalah sebuah keniscayaan.

Oleh karena itu, perbedaan perlu untuk dihargai. Allah sendiri memberikan pilihan yang sangat luas untuk mahkluknya mau dalam kebaikan atau dalam keburukan.

Ilmu di dunia ini terhampar dari ujung barat sampai ujung timur, sementara itu manusia telah dibekali akal untuk menemukan kebaikan-kebaikan yang terserak.

Manusia diminta berusaha dengan ikhtiar dan doa. Tugas hidup ini adalah menyebarkan kebaikan dengan menjadi baik untuk diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. 

Banyak ragam yang bisa disebarkan kebaikannya. Dunia semakin berkembang maka lingkungannya tak berbatas teritorial tapi bisa menjangkau seluruh penjuru negeri bahkan seluruh penjuru dunia.

Kebaikan yang disebarkan juga tidak harus banyak, kita juga diajari sampaikan walau satu ayat, bukan?!.

Untuk bisa menyebarkan kebaikan itu maka kita harus punya bahan. Salah satu bahannya adalah dengan cara mencari ilmu dan pengetahuan.

Pengetahuan berarti apa yang kita ketahui sebagai asupan akal. Namun ilmu adalah asupan akal yang bisa dinikmati untuk diaplikasikan baik untuk diri sendiri maupun manusia lainnya.

Mencari ilmu harus dari sumber yang jelas. Sejelas terangnya cahaya matahari di siang hari. Maka saya sepakat bahwa ilmu adalah jendela dunia.

Lebih dari itu, dengan ilmu membuat manusia semakin tunduk kepada Tuhannya. Dengan ilmu manusia tahu kenapa satu hal dilakukan dan satu hal lain dijauhi.

Dengan ilmu manusia tahu kemana kaki melangkah, maka tak ada hidup yang sia-sia, semuanya bernilai pahala.

Apalagi Allah tidak melihat seseorang dari harta atau fisik namun dari ketaqwaan. Ketaqwaan diraih dengan jalan iman dan ilmu.

Dengan ilmu kita bisa saling menghargai satu sama lain, apalagi Islam mengajarkan kita untuk berdebat meski kita benar. 

Namun pada hal yang bersifat prinsip tetap bagiku agamaku dan bagimu agamamu.

2.  Inklusif tanpa mengorbankan prinsip.

Pada hal hal yang prinsip, manusia diminta untuk saling menghargai, saling menghormati dan toleransi.

Artinya kita bisa berada dilingkungan sosial secara luas, saling menghargai satu sama lain tanpa boleh ada yang mengganggu atau intervensi.

Jika ada intervensi pada urusan keyakinan beragama maka kita berhak untuk membela diri.

Dengan bergaul di lingkungan luas kita bersifat inklusif tanpa mengorbankan prinsip masing-masing.

Inilah yang sejak zaman dahulu telah diserukan Islam. Menghargai HAM sudah dilaksanakan oleh Islam sejak zaman dahulu kala.

Inilah moderasi islam, artinya Islam itu sudah modern dari zaman dahulu kala. Bukan saling terkam dalam hukum rimba, siapa yang kuat dia yang berkuasa.

Dalam aturan aturan Islam yang ada juga saling sinergi, mulai dari akhlak pada diri sendiri, akhlak kepada Allah, akhlak pada sesama, akhlak bernegara sampai akhlak terhadap makhluk hidup juga diatur.

Sebagai muslim banyak PR yang harus segera dituntaskan. Untuk menuntaskan adalah dengan ilmu.

Gali ilmu sebanyak-banyaknya, gali ilmu dari sumber yang tepat, selidiki pula siapa pembawa ilmu tersebut, apakah referensinya lengkap sampai pada akhlak bagus atau hangus.

Agar ilmu yang digali menjadi berkah dunia sampai akhirat bukan menjerumuskan pada kesesatan.

Barokallah, semoga berhasil dan terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun