Indonesia adalah negara yang dikenal dengan keragamannya, baik dalam aspek suku, agama, maupun budaya. Keberagaman ini, meskipun menjadi salah satu kekayaan bangsa, juga menyimpan potensi konflik yang dapat mengancam keharmonisan sosial. Dalam menghadapi tantangan tersebut, penting untuk membangun kesadaran kolektif melalui pendidikan sebagai sarana untuk memelihara kedamaian dan persatuan.
Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran yang sangat strategis dalam menanamkan nilai-nilai toleransi dan persatuan. Melalui pendidikan ini, masyarakat dilatih untuk lebih menghargai perbedaan serta belajar untuk bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama. Nilai-nilai tersebut menjadi pondasi utama bagi terciptanya kehidupan yang harmonis di tengah masyarakat yang sangat beragam.
Esai ini akan mengulas bagaimana pendidikan kewarganegaraan dapat berfungsi sebagai landasan yang kokoh dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih toleran dan rukun, dengan memanfaatkan potensi keberagaman sebagai kekuatan, bukan sebagai sumber perpecahan.
Esai ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dalam pembentukan karakter serta penanaman nilai-nilai kebangsaan yang mendukung terciptanya keharmonisan di tengah keberagaman Indonesia. PKN memiliki peran yang krusial dalam menumbuhkan sikap toleransi, saling menghargai, dan memperkuat persatuan bangsa, khususnya dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan sosial yang terus berkembang.
Pembahasan ini bermanfaat untuk menegaskan peran krusial Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dalam membentuk sikap toleransi, memperkuat persatuan, dan menghargai keberagaman, yang pada gilirannya mendukung terciptanya keharmonisan sosial di Indonesia. Selain itu, PKN juga berfungsi sebagai alat untuk membantu masyarakat dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan sosial.
Indonesia, sebagai negara dengan keragaman budaya, suku, agama, dan bahasa yang melimpah, dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga kesatuan dan keharmonisan di tengah perbedaan yang ada (Hakim & Darojat, 2023). Keberagaman ini seharusnya menjadi sebuah kekuatan dan aset bangsa, namun sering kali menimbulkan konflik serta ketegangan sosial (Arum et al., 2023). Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan penting dalam membangun pemahaman, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman. Saat ini, pendidikan berfokus pada konsep Sekolah Damai, yang bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang harmonis, inklusif, dan penuh kedamaian (Istianah et al., 2023).
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai kebinekaan kepada siswa, karena mata pelajaran ini bertanggung jawab untuk mengajarkan pentingnya kehidupan yang rukun dan damai dalam konteks keberagaman. Namun, dalam penerapannya, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam mengintegrasikan nilai-nilai kebinekaan dalam pembelajaran PKn. Kurikulum yang ada sering kali belum memberi cukup ruang untuk mendalami dan mengajarkan kebinekaan secara mendalam dan kontekstual. Selain itu, banyak guru yang belum memiliki pemahaman atau keterampilan yang memadai untuk mengajarkan kebinekaan secara efektif, ditambah dengan keterbatasan sumber daya dan materi pembelajaran yang relevan. Padahal, pendidikan kebinekaan yang efektif sangat penting untuk membentuk karakter siswa yang toleran, inklusif, dan mampu hidup harmonis dalam masyarakat yang majemuk. Oleh karena itu, PKn memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan lingkungan sekolah yang damai, serta berkontribusi dalam membangun masyarakat yang aman dan sejahtera. Salah satu tujuan utama dari PKn adalah membentuk karakter siswa yang mencintai perdamaian.
Keberadaan pendidikan yang berbasis pada kebinekaan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Hal ini sekaligus mendorong terciptanya lingkungan yang damai, inklusif, dan saling menghargai perbedaan. Dengan demikian, hasil dari pembelajaran ini dapat menjadi acuan bagi para pendidik, peneliti, serta praktisi pendidikan dalam merancang program dan kebijakan yang mendukung terbentuknya masyarakat Indonesia yang harmonis dalam keberagaman. Perdamaian, sebagai salah satu unsur penting dalam kehidupan yang damai dan sejahtera, terwujud melalui persatuan dan solidaritas yang tinggi (Purnami & Permana, 2019). Indonesia, dengan segala keragamannya yang mencakup budaya, suku, agama, ras, dan adat istiadat, merupakan sebuah warisan kekayaan yang harus dijaga dan dipahami oleh setiap warganya (Cahyono, 2017). Oleh karena itu, penting untuk saling memahami perbedaan demi menjaga persatuan. Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia yang menegaskan makna keberagaman dalam kerangka kesatuan.
Keberagaman, meskipun menjadi simbol kekuatan bangsa, kadang-kadang dapat memicu konflik yang mengancam integritas bangsa, terutama apabila masih ada pihak-pihak yang lebih mementingkan kepentingan individu atau kelompoknya tanpa menyadari bahwa perbedaan adalah bagian dari takdir Tuhan. Sebaliknya, perbedaan seharusnya menjadi sumber persatuan, bukan pemecah belah bangsa yang majemuk. Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa, mampu merangkul seluruh elemen masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, mengarahkan mereka menuju satu kesatuan yang bermartabat. Apabila diterapkan dengan benar, Pancasila dapat menjadi landasan yang kokoh untuk menciptakan kesetaraan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia (Mazid & Suharno, 2019).
Pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai keberagaman budaya kepada peserta didik (Riyanti & Novitasari, 2021). Sebagai gerakan kultural, pendidikan memerlukan pembentukan budaya sekolah yang berkarakter (Daniah, 2016). Melalui pendidikan yang menggali dan menanamkan kembali nilai-nilai kearifan lokal, bangsa ini berupaya kembali ke akar budaya setempat sebagai bagian dari upaya membangun identitas nasional. Selain itu, pendidikan berbasis kearifan lokal juga berfungsi sebagai alat untuk menyaring pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai bangsa. Pendidikan semacam ini mengajarkan peserta didik untuk selalu terhubung dengan konteks kehidupan nyata mereka, yang merupakan hasil dari proses akulturasi budaya dalam perkembangan peradaban manusia. Proses tersebut terus berkembang seiring dengan nilai-nilai kearifan lokal yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bertujuan untuk menciptakan perdamaian dan menjaga kelestarian kebangsaan (Ritzer & Smart, 2012).
Pendidikan kebinekaan dalam PKn sangat penting untuk menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis. Melalui kurikulum PKn, siswa diajarkan untuk menghargai perbedaan dan hidup dalam keberagaman. Namun, perbedaan pandangan muncul terkait penanganan konflik dan ketidakadilan sosial akibat kurangnya perhatian pada keberagaman dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, penting untuk memahami perspektif pendidikan multikultural agar pendidikan menjadi inklusif dan mencerminkan keberagaman masyarakat.
Pendidikan perdamaian mengurangi kekerasan dan mendorong penyelesaian damai. Program anti-perundungan berbasis kearifan lokal dan pembelajaran PKn penting untuk menjaga keharmonisan dan menghargai keberagaman.
Pendidikan berbasis kebinekaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memegang peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai. Keberagaman Indonesia, meski menjadi kekuatan, juga sering menimbulkan konflik sosial. Oleh karena itu, penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai kebinekaan dalam kurikulum yang inklusif dan berbasis kearifan lokal. Pendidikan yang mengajarkan toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, dan saling menghormati akan membentuk karakter siswa yang rukun, serta mendukung terciptanya masyarakat yang lebih damai dan sejahtera, sesuai dengan prinsip Pancasila dan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".
DAFTAR PUSTAKA
Arum, W. S. A., Fahri, M., Amelia, N., & Watini, S. (2023). Implementasi Perkembangan Ilmu dan Teknologi Dalam Pendidikan Karakter Pancasila. Technomedia Journal, 8(1SP), 18-29. https://doi.org/10.33050/tmj.v8i1sp.2008
Cahyono, A. J. M. D. H. (2017). Harmoni Masyarakat Tradisi Dalam Kerangka Multikulturalisme. Asketik, 1(1). https://doi.org/10.30762/ask.v1i1.408
Daniah, D. (2016). Kearifan Lokal (Local Wisdom) Sebagai Basis Pendidikan Karakter. Pionir: Jurnal Pendidikan, 5(2). https://doi.org/10.22373/pjp.v5i2.3356
Darweish, M., & Mohammed, M. A. (2017). History education in schools in Iraqi Kurdistan: representing values of peace and violence. Journal of Peace Education, 15(1), 48-75. https://doi.org/10.1080/17400201.2017.1409198
Efendi, P. M., Muhtar, N. T., & Herlambang, N. Y. T. (2023). Relevansi Kurikulum Merdeka Dengan Konsepsi Ki Hadjar Dewantara: Studi Kritis Dalam Perspektif Filosofis-Pedagosis. Jurnal Elementaria Edukasia, 6(2), 548-561. https://doi.org/10.31949/jee.v6i2.5487
Hakim, A. R., & Darojat, J. (2023). Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter dan Identitas Nasional. Jurnal  Ilmiah Profesi Pendidikan, 8(3), 1337-1346. https://doi.org/10.29303/jipp.v8i3.1470
Istianah, A., Maftuh, B., & Malihah, E. (2023). Konsep Sekolah Damai: Harmonisasi Profil Pelajar Pancasila Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Jurnal Education and Development, 11(3), 333-342. https://doi.org/10.37081/ed.v11i3.5048
Istiningsih, G., & Dharma, D. S. A. (2021). Integrasi Nilai Karakter Diponegoro Dalam Pembelajaran Untuk Membentuk Profil Pelajar Pancasila Di Sekolah Dasar. Kebudayaan, 16(1), 25-42. https://doi.org/10.24832/jk.v16i1.447
Kurdi, N. M. S. (2023). Dampak Pendidikan Multikultural Pada Madrasah Ibtidaiyah Di Indonesia. Morfologi Jurnal Ilmu Pendidikan Bahasa Sastra Dan Budaya, 1(6), 215-244. https://doi.org/10.61132/morfologi.v2i1.322
Mazid, S., & Istianah, A. (2023). Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Sekolah Damai Untuk Wujudkan Lingkungan Masyarakat Aman dan Sejahtera. Al-I'timad, 1(2), 181-198. https://doi.org/10.35878/alitimad.v1i2.907
Mazid, S., & Suharno, S. (2019). Implementasi nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran PKn. Harmoni Sosial, 6(1), 72-85. https://doi.org/10.21831/hsjpi.v6i1.10248
Mazid, S., Nufus, A. B., Novitasari, N., Widiyanto, D., & Yasnanto, Y. (2023). Implementasi Semangat Kebinekaan Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kalacakra, 4(1), 12. https://doi.org/10.31002/kalacakra.v4i1.7302
Purnami, N. Y. A., & Permana, N. B. I. (2019). Implementasi Nilai-nilai Persatuan Pada Pelaksanaan Upacara Hari Raya Galungan Dalam Perspektif Bhineka Tunggal Ika Di Desa Bagorejo Kecamatan Srono. JPPKn (Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan), 4(2), 7-14. https://doi.org/10.36526/jppkn.v4i2.672
Putri, A. L., Nurohmah, W., Rustini, T., & Arifin, M. H. (2022). Menumbuhkan Sikap Toleransi Melalui Pembelajaran Subtema Hari Raya Agama. Harmony, 7(1), 21-25. https://doi.org/10.15294/harmony.v7i1.55874
Ritzer, G., & Smart, B. (2012). Handbook Teori Sosial. https://opac.pgsd.unpkediri.ac.id/index.php?p=showdetail&id=79
Riyanti, A., & Novitasari, N. (2021). Pendidikan Multikultural Berbasis Kearifan Lokal Bagi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Adat Dan Budaya Indonesia, 3(1), 29-35. https://doi.org/10.23887/jabi.v3i1.37780
Rohmah, N. N. S., Markhamah, N., Narimo, N. S., & Widyasari, N. C. (2023). Strategi Penguatan Profil Pelajar Pancasila Dimensi Berkebhinekaan Global Di Sekolah Dasar. Jurnal Elementaria Edukasia, 6(3), 1254-1269. https://doi.org/10.31949/jee.v6i3.6124
Totok, T. (2017). Peran Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Dalam Peneguhan Masyarakat Multikultural Indonesia: Prospek Di Tengah Desakan Budaya Global. Pionir: Jurnal Pendidikan, 6(2). https://doi.org/10.22373/pjp.v6i2.3343
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI