Mohon tunggu...
Lilis SitiSahara
Lilis SitiSahara Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ternyata Pancasila Ada di Dalam Kajian Filsafat

10 Desember 2019   13:15 Diperbarui: 10 Desember 2019   13:23 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Filsafat pancasila adalah hasil pemikiran yang paling mendalam dan dianggap telah dipercaya serta diyakni sebagai suatu kesatuan dari norma dan nilai yang paling dianggap benar, adil, bijaksana, paling baik dan paling sesuai dengan kaidah didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai falsafah dapat diartikan sebagai pandangan hidup dalam kegiatan praktis.

Dalam pengertian lain, filsafat pancasila merupakan penggunaan nilai-nilai pancasila sebagai pedoman atau pandangan hidup bernegara, pada prinsipnya pancasila sebagai filsafat yakni perluasan manfaat dari yang bermula sebagai dasar dan ideologi berkembang menjadi produk filsafat (falsafah).

Menyusul hal tersebut, filsafat pancasila berarti mempunyai fungsi dan peranan untuk manusia sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap dan tingkah laku sebagai bentuk perbuatan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara untuk bangsa Indonesia.

Pada hakikatnya pancasila memiliki sistem nilai yang di dapat dari pengertian nilai-nilai dasar luhur kebudayaan bangsa Indonesia. Dari unsur-unsur kebudayaan tersebut berakar dan mengalir sehingga membuat secara keseluruhan menjadi terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia.

Hal inilah yang menjadi hasil dari perenungan jiwa mendalam yang dilakukan oleh para tokoh pendiri bangsa (Founding Father) bangsa Indonesia dan merumuskannya ke dalam suatu sistem dasar negara, dari situlah muncul Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kajian Epistimologis filsafat pancasila bertujuan sebagai upaya untuk mencari hakekat pancasila yang memiliki fungsi sebagai suatu sistem pengetahuan. Epistimologis merupakan bidang filsafat yang membahas mengenai hakekat ilmu pengetahuan, oleh karena itulah mengapa hal ini dapat dilakukan. Selain itu, kajian epistimologis tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya.

Pada dasarnya dalam hal ini pancasila sebagai objek kajian pengetahuan yang pada hakekatnya meliputi masalah sumber pengetahuan pancasila dan susunan pengetahuan pancasila dimana hal itu terdapat pada nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia it sendiri.

Selanjutnya susunan pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan maka pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila pancasila maupun isi arti dari sila-sila tersebut.

Sebagai suatu paham epistimologi, maka pancasila mendasarkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai karena pancasil harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia, berikut susunan sila tersebut.

1. Sila pertama pancasila mendasari dan menjiwai empat sila lain.
2. Sila kedua berdasar pada sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga,           empat dan lima.
3. Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan lima.
4. Sila keempat berdasar dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga serta mendasari dan menjiwai sila kelima.
5.  Sila kelima, berdasar dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Dasar-dasar rasional logis pancasila juga menyangkut kualitas maupun kuantitas, selain itu juga menyangkut isi arti sila-sila pancasila tersebut. Sila ketuhanan Yang Maha Esa memberikan landasa kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi.

Manusia pada hakekatnya memiliki kedudukan dan kodratnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama, epistimologi pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang mutlak.

Kebenaran dan pengetahuan manusia kemudian dijadikan sebuah sintesa yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia yakni, akal,rasa dan kehendak untuk mendapatkan kebenaran. Selain itu, dalam sila ketiga keempat dan kelima, epistimologi pancasila mengakui keberadan kebenaran konsensus terutama pada hakekat sifat kodrat sebagai makhluk individu dan sosial.

Kajian aksiologis filsafat pancasila bertujuan untuk membasah tentang nilai praktis atau manfaat suatu pengetahuan mengenai pancasila, hal ini dikarenakan sila-sila pancasila mermiliki satu kesatuan dasar aksiologis, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakekatnya juga merupakan satu kesatuan.
Aksiologis pancasila memiliki arti bahwa seseorang membahas tentang filsafat nilai pancasila. Seperti sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Artinya ada sifat dan kualitas yang melekat pada sesuatu tersebut, seperti indah dan baik, sifat-sifat tersebut pastinya terkandung dalam pancasila sebagai filsafat atau falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Notonagoro merinci tentang nilai yang ada bersifat material dan non material, dalam hubungan ini manusia memiliki orientasi nilai berbeda yang bergantung pada pandangan hidup dan filsafat hidup masing-masing.
Terdapat kelompok yang mendasarkan pada orientasi nilai material tetapi juga ada yang mendasarkan pada nilai nonmaterial. Nilai material relatif lebih mudah diukur menggunakan panca indera atau alat pengukur.

Selain itu, Notonagoro juga beranggapan bahwa nilai-nilai pancasila itu termasuk nilai kerohanian, nilai ini mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian pancasila yang tergolong nilai kerohanian juga mengandung nilai-nilai lain, seperyi nilai kerohanian dan harmonis seperti nilai material, nilai vital nilai kebaikan, kebenaran, keindahan dan estetis.

Terdapat berbagai macam teori mengenai nilai dan sangat bergantung pada titik tolak serta sudut pandang masing-masing dalam menentukan penilaian. Kalangan materialis memandang bahwa hakekat nilai yang tertinggi adalah nilai material, sementara kalangan hedonis berpandangan nilai tertinggi adalah kenikmatan.

Jadi, secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung dari nilai-nilai pancasila sebagai bangsa yang berkeuhanan, berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia menghargai, mengakui, dan menerima pancasila sebagai sesuatu yang bernilai.

Pengakuan, penghargaan, dan penerimaan pancasila sebagai suatu yang bernilai itu tampak pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Apabila hal tersebut telah tampak pada bangsa Indonesia, maka bangsa inilah yang merupakan pengemban dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan.

Susunan pancasila yang hierarkhis berbentu piramida merupakan gambaran hubungan hierarkhi sila-sila dari pancasila sesuai dengan urutan dan juga dalam hal sifat masing-masing yang dimiliki sila-sila tersebut. Pancasila merupakan suatu kesatuan keseluruhan yang bulat dan muthlak, apabila urutan itu dipandang tidak demikian maka mereka akan terpecah.

Pancasila dengan lima silanya pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Maksud dari sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling memiliki kerja sama untuk mendapatkan atau meraih tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sila-sila pancasila yang merupakan hakikat dasar adalah suatu kesatuan yang organis.

Antara sila satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling berhubungan dan bahkan saling mengkualifikasi. Dalam penjelasan yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa kelima pancasila sekaligus tersebut saling mempunyai berhubungan, saling melengkapi dan saling membuat masing-masing sila menjadi lebih mulia maknanya.

Dengan demikian maka pancasila pada dasarnya merupakan sistem filsafat, dalam artian bahwa bagian-bagian pancasila yang paling menonjol adalah sila-silanya saling berkaitan erat sehingga membentuk suatu struktur menyeluruh, dari struktur yang terbentuk itu munculah nilai-nilai kebijaksanaan dan cinta.
Mengapa negara Indonesia harus memilih filsafat pancasila sebagai dasar atau pedoman atau pandangan hidup berbangsa dan bernegara (ideologi). Awalnya, ideologi diartikan sebagai kajian terhadap ide.

Pada sisi lain ideologi pada masa-masa awal merupakan teori ide-ide untuk pembangunan lembaga-lembaga masyarakat. Akan tetapi, salah satu penguasa kala itu, Napoleon Bonaparte menyebut orang-orang yang aktif didalamnya (ideologis) dianggap sebagai sekelompok pelamun yang berpikir tidak praktis.
Seiring perkembangan ideologi yang sebelumnya berkonotasi negatif, kini mengalami perubahan makna menjadi lebih positif. Secara sederhana, ideologi disebut sebagai nilai-nilai atau cita-cita luhur yang dipercayai oleh seseorang, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara dalam kesehariannya. Sebagai ideologi, pancasila merupakan nilai, norma, cita, acuan dalam mencapai tujuan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun