Mohon tunggu...
Lilis Nuraeni
Lilis Nuraeni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia sebagai Miniatur dan Cermin Muslim Dunia

22 Oktober 2017   09:40 Diperbarui: 22 Oktober 2017   10:07 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Santri (kaum terpelajar yang mempelajari ilmu-ilmu agama) memberikan kontribusi besar dalam peradaban bangsa Indonesia. Nilai-nilai Islam berpadu dengan nilai-nilai budaya luhur masyarakat Indonesia yang telah ada sebelumnya, sehingga menambah kekayaan  nilai-nilai menjadi lebih agung.

Melalui peran Wali Songo yang luar biasa cerdas, arif bijaksana nilai-nilai islam dan nilai-nilai yang telah ada di masyarakat terbingkai  indah, tidak bersinggungan dan menyebabkan konflik.  Islam masuk ke Indonesia dengan  nuansa kelembutan dan  humanis. Sungguh keindahan, kenyamanan yang tidak terpetakan dalam sejarah di belahan dunia manapaun.  Menandakan bahwa dalam banyak aspek Islam adalah mewakili karakter masyarakat terbuka sehingga dengan mudah dapat diaplikasikan di masyarakat, yang nota bene islam bukanlah agama pertama yang datang ke Indonesia.

Fakta teramant penting pun bebicara dalam perjalanan bangsa Indonesia yang penuh onak dan duri, diterjang banyak  kesulitan. Terutama masa mengusir penjajah, merebut kemerdekaan.  Kalangan santri tampil terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Santri adalah spirit bangsa yang energinya meluap-luap tak pernah kehabisan amunisi. Sebab terang sudah, energinya berasal dari magma keimanan yang hakiki. Mereka tidak takut mati, berjihad melawan penjajah adalah keindahan yang utama yang harus digenggam oleh mereka.

Santri adalah wujud idealisme sebuah komunitas anti penjajah yang sebenarnya.   Bagi mereka penjajah adalah musuh utama dalam tubuh sebuah bangsa. Maka pantanglah mereka menunduk minta belas kasihan,  mundur ke belakang barang sejengkalpun,  apalagi menyerah sebelum ajal meregang nyawa.

Cinta tanah air adalah karakter dan integritas islam yang hakiki, selain keimanan terhadap Alloh Subhanahu Wata'ala. Jiwa raga adalah alat untuk mengokohkan integritas mereka dalam berdakwah, membela tanah air dan agama. Ruang pemikiran mereka, santri,  adalah berjuang untuk kemaslahatan bangsa. Maka tak ada keraguan terhadap keberpihakan mereka terhadap Negara Kesatuan republik Indonesia yang kita cintai.

Namun ada masa santri (ulama) dipinggirkan dalam suatu rezim, karena penguasa tak suka, tak ingin kalangan santri berkontribusi, bahkan dianggap  mengahalangi program pembangunan yang dilaksanakan. Kalangan santri terus dimarginalkan. Dakwahnya diikuti, di waspadai, dimata-matai. Santri dianggap sebagai borok dalam kehidupan bangsa ini. Perlakuan yang sungguh kejam dan tak berkeadilan.

Mereka (penguasa) lupa sejarah, bahwa tanpa kalangan santri kemerdekaan Indonesia sulit terwujud. Santri adalah manusia-manusia berintegritas tinggi, karena ruang jiwanya telah dipeuhi keberanian membela tanah air, dan agamanya. Membela agama dengan perspektif kebangsaan, kebhinekaan, dengan toleransi yang tinggi.

Dengan alasan ini mengapa kalangan santri begitu dicurigai akan mengahancurkan NKRI. Adapun ada kasus pemberontakan dengan menggunakan baju agama, itu hanyalah riak kecil dalam perjalanan bangsa ini. Sebab kalangan santri dulu telah teruji di wilayah mana mereka berada. Mereka adalah garda terdepan membela tanah air tanpa pamrih ditukar dengan pemberian jabatan dan kekuasaan.

Apa khabar santri sekarang ? Nampaknya gereget santri sekarang berbeda dengan dahulu masa-masa melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Gaungnya kurang terdengar. Kontribusinya mestinya mendominasi di negeri ini. Kontribusi positif untuk kemajuan bersama, membawa bangsa dalam keemsan dan kejayaan. Membentuk karakter bangsa yang mulia sebagai mana layaknya manusia beriman yang diajarkan dalam Al-Qur'an.

Kemajuan  tidak hanya untuk komunitas islam sendiri namun untuk seluruh masyarakat Indonesia, bahkan untuk warga dunia. Sebab bagaimananpun, terutama terkait dengan kuantitas komunitas yang paling banyak di dunia, Indonesia adalah miniatur, representasi muslim dunia. Jumlah muslim Indonesia yang besar ini adalah suatu kekuatan besar dalam mengoptimalkan peran sumber Daya manusia saat ini, dan juga ke masa depan.

Idealnya kalangan intelektual kajian agama atau santri, kiayi ini mesti kembali menambah spiritnya untuk lebih berkontribusi terhadap kemajuan tanah air. Indonesia adalah religius, santri dalam kosmos dunia. Intelektual Islam harus ada dalam genggaman Indonesia. Indonesia adalah miniatur muslim dunia, cermin Islam yang sebenarnya. Harus memberikan sesuatu yang penting yang merubah wajah peradaban Islam juga dunia.

Islam yang rahmatan lila'lamin harus terus menjadi ideologi semua muslim Indonesia. Perdamaian adalah utama dalam mewujudkan tatanan dunia yang nyaman sehingga dapat memfasilitasi terciptanya kreatifitas karya unggulan yang dapat memberikan kontribusi kebaikan untuk seluruh umat manusia.

Dengan karakternya yang terbuka, muslim harus tampil di depan. Menggiatkan kembali mengasah pemikiran, menggali ide, gagasan, berkarya untuk berbuat sesuatu bagi bangsa dan warga dunia.

Muslim sekarang masih warga kelas dua, masih berada dalam tepian iptek. Masih menjadi konsumen dari sebuah projek kapitalisme. Muslim belum berada dalam tataran pengatur dan pengontrol kebijakan. Muslim masih di bawak kendali hegemoni kapitalis. Islam dengan  nilai-nilai kebaikan yang universal adalah suatu harga yang harus dibeli dengan kegigihan dan integritas. Sejatinya islam adalah kebaikan bersama, tanpa melihat siapapun. Islam tidak rasis, tidak mengkotak-kotakan diri. Islam berada dalam tataran sosialis yang berkeadilan, juga tidak menentang kemajuan dan kesejahteraan.

Dalam tataran pemerintahan pusat idealnya santri masuk, dan berperan aktif sebagai pembuat kebijakan. Kebijakan yang berpihak terhadap semua kalangan. Sebab nilai nilai islam adalah keberpihakan, berkeadilan, yang mengokohkan persatuan, menjunjung nilai-nilai humanis kemanusiaan. Islam adalah Pancasila dalam nilai-nilai universal. Islam sudah lebih dari Pancasila sebelum Pancasila dilahirkan oleh tokoh-tokoh bangsa. Artinya Islam adalah substansi Pancasila.

Sehingga tak seharusnya kalangan santri di curigai, tetapi kalangan santri pun harus lebih memacu diri bersaing dengan bangsa lain, dan terus memberikan spirit  untuk lebih mengokohkan tetap tegak berdirinya NKRI tercinta. Santri harus mempunyai kemauan keras dan integritas tinggi sesuai dengan tuntutan rasul ketika menjalankan sebuah pemerintahan. Menebar kebaikan untuk semua warga masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun