Bagi para pencinta anime, adegan ketika tokoh utama mengunjungi kuil saat tahun baru tentu sudah tidak asing lagi. Selain berdoa agar tahun yang baru membawa keberuntungan dan harapan mereka terwujud, karakter-karakter ini juga sering melemparkan koin sebagai bentuk persembahan, lalu menggoyangkan kotak berisi batang bernomor. Setelahnya, mereka akan menerima secarik kertas yang berisi ramalan mengenai berbagai kemungkinan yang akan mereka hadapi di tahun yang baru.
Jika memperoleh ramalan kurang baik, kertas tersebut biasanya diikatkan pada pohon atau rak kayu. Bagi yang belum familiar, tradisi ini dikenal sebagai omikuji (おみくじ). Kebiasaan ini merupakan bagian dari budaya masyarakat Jepang ketika mengunjungi kuil Shinto maupun Buddha.
Bagaimana sebenarnya tradisi ini bisa terjadi?
Mengutip situs sakura.co, omikuji memiliki akar yang sama dengan tradisi kuno di Tiongkok, yaitu praktik ramalan kau chim. Tradisi ini mulai masuk ke Jepang pada masa periode Heian (794–1185). Pada awalnya, omikuji digunakan oleh kalangan pendeta dan bangsawan sebagai metode untuk mengambil keputusan penting, baik dalam urusan pemerintahan maupun keagamaan.
Pada zaman Kamakura (1185–1333) dan Muromachi (1336–1573), praktik ini mulai berkembang di kalangan masyarakat umum. Ramalan-ramalan tersebut ditulis dalam bentuk waka, puisi Jepang yang menggambarkan hubungan antara dunia ilahi dan kehidupan manusia. Seiring waktu, omikuji berkembang menjadi ritual yang dihormati sebagai sarana mencari petunjuk dalam mengambil keputusan penting atau meramalkan masa depan.
Popularitas omikuji semakin meningkat dan mulai menyatu dengan tradisi Shinto, terutama pada periode Edo (1603–1868). Kuil dan wihara pun menjadi pusat utama bagi masyarakat yang ingin menjalankan tradisi ini, terutama saat perayaan besar seperti Tahun Baru.
Bagaimana cara melakukan tradisi ini?
Tradisi ini bisa dilakukan oleh siapa pun yang memercayai adanya ramalan. Dilansir dari Tribunnews, saat mengunjungi kuil, sumbangkan sedikit uang (sekitar 100 atau 200 yen), kemudian guncanglah sebuah kotak atau wadah tertutup yang berisi batang bernomor (mikuji-bo). Setelah mendapatkan nomor, kertas ramalan dapat diambil dari laci yang sesuai dengan nomor mikuji-bo tersebut.
Kertas omikuji berisi tulisan yang memberikan petunjuk mengenai berbagai aspek kehidupan, seperti kesehatan, cinta, pekerjaan, dan perjalanan. Jika ramalan yang diterima positif, kertas omikuji bisa dibawa pulang untuk dijadikan kenang-kenangan atau jimat. Namun, jika ramalan tersebut kurang baik, disarankan untuk mengikatnya pada batang pohon atau rak kayu yang disediakan agar tidak menjadi beban bagi penerimanya.
Bisa ditemukan di banyak kuil-kuil Jepang
Hingga kini, omikuji masih menjadi bagian penting dalam budaya Jepang. Banyak kuil besar seperti Kuil Sensoji di Tokyo atau Fushimi Inari di Kyoto menyediakan omikuji bagi wisatawan dan peziarah. Bahkan, beberapa kuil modern sudah menawarkan omikuji dalam bentuk digital yang bisa diakses lewat mesin otomatis.
Tradisi omikuji menunjukkan bagaimana kepercayaan dan spiritualitas masih kuat dalam budaya Jepang. Bagi banyak orang, mengambil omikuji bukan hanya soal meramal masa depan, tapi juga sebagai bentuk refleksi dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H