Tak dapat dipungkiri jika Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam hidangan yang berasal dari olahan daging. Sebut saja rendang, rawon, semur, dan lainnya. Termasuk juga sate, yang dapat dibuat dari berbagai macam daging.Â
Jika mendengar kata sate, mungkin yang akan langsung terbayang adalah sate yang terbuat dari daging ayam, sapi, atau kambing. Namun, jika ditelusuri lebih jauh, ternyata ada jenis sate yang terbuat dari daging ikan. Ya, sate itu adalah sate bandeng.
Meskipun ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki banyak duri, namun hal ini tak lantas membuatnya kehilangan penggemar. Dengan proses pengolahan yang sedemikian rupa, ikan bandeng yang memiliki banyak duri bertransformasi menjadi hidangan sate lezat yang digandrungi oleh masyarakat, khususnya di Banten.
Sejarah Sate Bandeng
Menukil portal resmi Provinsi Banten, sate bandeng pertama kali dibuat pada masa raja Banten pertama yaitu Maulana Hasanuddin.Â
Proses penciptaan sate bandeng ini bermula ketika Maulana Hasanuddin ingin memakan ikan bandeng. Ia pun menugaskan koki kerajaan untuk membuatkannya.
Namun, sang koki merasa kebingungan untuk mengolah ikan bandeng karena ikan tersebut memiliki banyak duri halus. Dirinya khawatir duri dari ikan bandeng akan menyebabkan dampak buruk untuk kesehatan sultan dan para petinggi kesultanan.
Koki tersebut kemudian mendapat ide untuk mengolah ikan bandeng dengan menghancurkan dagingnya terlebih dahulu dan menarik tulang dari duri-durinya. Setelah itu, daging ikan dihaluskan dan disaring untuk memisahkan tulang dari duri yang keras.
Daging yang telah dihaluskan kemudian dicampur dengan berbagai rempah-rempah untuk dijadikan adonan, sebelum dimasukkan ke dalam bambu dan dibakar hingga matang.
Makanan hasil kreativitas koki ini tak disangka memiliki rasa yang lezat dan disukai oleh sultan dan para petinggi lainnya. Sultan pun menamai makanan ini dengan nama sate bandeng. Hidangan ini pun kemudian menjadi salah satu makanan wajib masyarakat Banten kala itu dan terus diturunkan hingga sekarang.Â