Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) lagi-lagi kembali terjadi dan berhasil menghebohkan publik. Kasus tersebut kali ini terjadi pada seorang selebgram sekaligus mantan atlet anggar bernama Cut Intan Nabila. Ia harus menerima nasib pilu setelah suaminya yang bernama Armor Toreador melakukan kekerasan kepadanya dengan menendang serta memukul tubuhnya.Â
Mirisnya, KDRT yang dilakukan suaminya tersebut dilakukan di atas ranjang bersebelahan dengan bayi mereka yang sedang berbaring. Lebih parahnya, sang bayi ikut merasakan KDRT dari sang ayah karena ia sempat tertendang.
Terkait hal tersebut, menurut Diyah Puspitarini dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), seperti yang dikutip dari Tribunnews, anak dari Cut Intan Nabila bisa saja mengalami trauma akibat melihat perlakuan kasar ayahnya terhadap ibunya. Dirinya berkata, meskipun belum mengerti karena masih bayi, namun ia bisa merasakan dan mendengar sehingga bisa menyebabkan trauma.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bukan hanya menjadi masalah serius bagi pasangan yang terlibat, tetapi juga memiliki dampak yang sangat merusak bagi anak-anak yang menjadi saksi atau korban kekerasan tersebut. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kekerasan sering kali mengalami trauma mendalam yang dapat mempengaruhi perkembangan emosional, mental, dan sosial mereka dalam jangka panjang. Trauma ini tidak hanya membekas selama masa kanak-kanak, tetapi juga dapat berdampak hingga dewasa.Â
Berikut beberapa dampak yang bisa dirasakan anak akibat KDRT:
Trauma Emosion: Anak-anak yang terpapar kekerasan dalam rumah tangga sering kali mengalami trauma emosional yang mendalam. Mereka mungkin merasa takut, cemas, dan merasakan ketidakamanan di rumah yang seharusnya menjadi tempat perlindungan. Perasaan ini bisa terus berkembang menjadi gangguan kecemasan, depresi, atau bahkan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Anak-anak mungkin juga merasa bersalah atau malu, berpikir bahwa mereka memiliki andil dalam kekerasan yang terjadi.
Gangguan Perkembangan Sosial: Anak-anak yang mengalami KDRT sering kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat. Mereka mungkin menjadi lebih tertutup, kesulitan mempercayai orang lain, atau sebaliknya, menunjukkan perilaku agresif terhadap teman sebaya. Mereka mungkin juga mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi secara tepat, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan orang lain.
-
Masalah Kesehatan Mental: Paparan terus-menerus terhadap KDRT dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental pada anak, seperti gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan perilaku. Anak-anak ini mungkin mengalami mimpi buruk, kesulitan tidur, atau menunjukkan tanda-tanda gangguan makan. Dalam beberapa kasus, anak-anak mungkin mencoba melarikan diri dari kenyataan dengan mengembangkan kebiasaan buruk, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Prestasi Akademis Menurun: Trauma akibat KDRT sering kali berdampak pada kinerja akademis anak. Rasa takut dan kecemasan yang terus-menerus bisa membuat anak sulit berkonsentrasi di sekolah. Mereka mungkin menunjukkan penurunan motivasi, sulit fokus pada tugas-tugas sekolah, atau bahkan kehilangan minat untuk bersekolah. Hal ini bisa menyebabkan penurunan prestasi akademis yang signifikan dan mempengaruhi masa depan mereka.
Pola Kekerasan Berulang: Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan KDRT berisiko lebih tinggi untuk mengulangi pola kekerasan tersebut di masa depan. Mereka mungkin melihat kekerasan sebagai cara yang "normal" untuk menyelesaikan konflik atau mengekspresikan emosi. Ini bisa menyebabkan mereka menjadi pelaku kekerasan atau korban kekerasan dalam hubungan mereka sendiri saat dewasa.