Guru BK yang berperan sebagai konselor perlu memiliki komitmen yang tinggi dalam membangun hubungan konseling (counseling relationship) dengan peserta didik yang menjadi konselinya (dalam proses konseling maka istilah yang selanjutnya dipakai adalah konselor sebagai orang yang melakukan kegiatan konseling dan konseli sebagai orang yang membutuhkan bantuan konselor untuk mengatasi masalah yang dihadapinya). Menurut Carl Rogers ada tiga kualitas utama yang diperlukan konselor  agar konseling efektif yaitu kongruensi, empati dan perhatian tanpa syarat pada konseli. Konselor perlu memiliki kualitas kongruen dengan menunjukkan dirinya sendiri yang asli, utuh dan menyeluruh baik dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan profesionalnya. Konselor tidak berpura-pura atau memakai kedok untuk menyembunyikan keaslian dirinya. Konselor juga harus memiliki kualitas empati yang baik sehingga dapat merasakan pikiran dan perasaan orang lain dan ada kebersamaan dengan konseli. Konselor perlu memahami jalur jalan dan liku-liku yang dilalui konseli dan bersimpati padanya, berjalan bersama dengannya sebagai teman sejalan. Dengan demikian akan terbentuk kepercayaan konseli kepada konselor sehingga konseli tidak akan ragu-ragu untuk mengungkapkan semua perasaan, harapan, dan masalah yang dihadapinya. Konselor dapat memberikan perhatian positif tanpa syarat kepada peserta didik dengan menerima segala kelemahan dan kekuatannya, sikap dan keyakinannya termasuk perilakunya yang menjengkelkan bagi orang lain. Konselor menerima konseli tanpa memberikan penilaian (nonjudgemental). Beragam kualitas yang harus dimiliki konselor sebagaimana diuraikan diatas intinya bermuara pada integritas dan stabilitas kepribadian dan kematangan emosional.Â
Dengan demikian, seorang Guru BK dalam melaksanakan tugas di sekolah hendaknya memiliki kepribadian yang utuh, mampu mengendalikan dirinya dan memiliki kestabilan emosi yang mantap sehingga dia tidak akan mudah terpengaruh dengan suasana hati yang dialaminya sebagai Guru BK dan tidak mudah larut oleh suasana emosional peserta didiknya, mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman dan memiliki kompetensi baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogis dan kompetensi profesional.
Lilis Erna Yulianti_Universitas Siber Asia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H