Bab I : televisi dan religiositasÂ
Bab II : kilas pandang televisi sebagai media penyiaranÂ
Bab III : program religi di televisiÂ
Bab IV : potret kualitas program religi di televisi indonesiaÂ
Bab V : masa depan program religi di Indonesia.
Menurut pak Rendra Widyatama : ada 3 kategori buku yang d bedah yaituÂ
1. Cover dan Layout : kalau dari sisi fisik enak di lihat dan pas. Â kalau dari cover tidak terlalu tampak hal religius nya. Terlalu boros kertas dan biasa aja, ada beberapa layout yang kurang pas. Dari sisi typography saya rasa nyaman. Desain grafis nya sangat biasa sekali dan juga dipenuhi kekeliruan .
2. Kata tulis : banyak dijumpai kata kata salah tulis, penggunaan terminologi di campur - campur, yang seharusnya miring tapi tidak dimiring kan, perlu diperbaiki kembaliÂ
3. Konten dan isi : cukup bagus yang di tulis oleh para akademisi hanya saja mungkin ketika nulis mungkin terburu - buru. Hanya 3 bulan. Apresiasi untuk tercipta buku ini dengan jangka waktu yang singkat dan cukup cepat. Bahasa yang digunakan terlalu subjektif sekali. Biar kan pembaca yang menilai kita yang mengantar kan saja, aspek ini banyak potret. Siapa dan bagaimana yang memotret perlu di cantumkan di buku ini. Dibuat sedikit rasa yang lebih tinggi lagi tentang nilai akademik yang lebih banyak. Terlihat yang di tampil dengan keseharian sering bertolak belakang.Â
 Menurut bapak Waryani Fajar Riyanto, M.Ag : mengkritisi tentang apakah bisa seseorang meningkatkan religiusitas nya dengan mambaca tayangan religi?  Apakah tingkat tayangan religi mempengaruhi tingkat religiusitas masyarakat Indonesia? Yang kita carikan Dampak nya, maka perlu evaluasi secara terus menerus. Religiusitas itu bukan karna buku tetapi karena kitab. Kitab ini adalah catatan suara hatimu masing - masing. Maka itulah sebenarnya sumber religiusitas. Perbincangan agama dan media tidak bisa tanpa manusia. Karna yang religius bukan media nya tetapi manusia nya.  Mungkin disitu yang belum dibahas dalam buku ini. Buku ini fenomena apa? Dari agama sebagai media dan media sebagai agama. Bagaimana mengembalikan fenomena agama sebagai media atau sebagai wasilah? Bagian penutup nya hanya dua paragraf mungkin karena terburu - buru dalam penerbitannya.Â
Acara ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang interaktif, di mana peserta seminar dapat bertanya langsung kepada pembicara dan panelis. Diskusi yang hangat dan konstruktif terjadi sepanjang acara, dengan banyak pemikiran dan gagasan baru yang diungkapkan.