Hari-harimu bak langit biru penuh awan
Awan seputih kapas menghiasi indah biru langitmu
Di hatimu tumbuh bunga mawar berwarna merah
Indah rona wajahmu terlihat malu-malu
Ruang sepi sudut hatimu tlah terisi pijar-pijar api cinta
Membuncah tak sanggup menahan gejolak jiwa
Uluran tangannya mengikat janji seia sekata
Debaran di dada bagai gelombang ombak di lautan lepas
Indahnya berkejaran menuju landainya Pantai, kasmaran
Pantai nan landai setia menanti kehadirannya
Elok nian, ombak meninggalkan lukisan garis-garis
Nemo ikan badut menghibur di indahnya terumbu karang
Galaunya penantian yang tak tahu kapana berakhir
Hiasan awan di langit biru semakin indah
Umpatan untuknya berubah menjadi sebuah cerita
Jiwa yang bergelora masih menjadi pendengar setia
Uluran tangnnya mengikat janji seia sekata, tak pernah lupa
Namun, entahlah kapan penantian ini kan berakhir
Gelora jiwa berkecamuk seiring pulangnya ombak ke Pantai
Walau rasa mulai mereda, tak rela penantian sia-sia
Andaikan ombak datang membawa yang kuangan
Kegalauan pasti kan berganti kebahagiaan
Tak kan kusia-siakan, kesempatan di penghujung waktu
Untukmu selalu kuberikan kesempatan, walau hanya sesaat
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H