Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jumat Imtaq, Penerapan Nilai Sila Pertama Pancasila

13 Januari 2023   19:45 Diperbarui: 13 Januari 2023   19:48 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jumat Imtaq di Masjid Adz-Dzikra (Dokpri)

Jumat, 13 Januari 2023 pukul 07.00 s.d 08.00 WIB, merupakan Jumat imtaq. Mengingat kondisi cuaca yang cerah, kegiatan dilaksanakan di lapangan dengan menggelar karpet plastik (deklit) berwarna hijau. Semua siswa duduk rapi menghadap ke barat. Laki-laki sebelah kiri dan perempuan sebelah kanan. Dengan membelakangi panggung, karena sedang renovasi, selain itu menghindari anak-anak menghadap matahari.

Jika hujan turun, kegiatan serupa dilaksanakan di dalam masjid Adz-Dzikra, masjidnya SMPN 1 Cilegon. Sayangnya kurang leluasa, dengan jumlah siswa tujuh ratus lima puluh tujuah (757) orang, sementara luas masjid hanya 22m x 14m. Maka, kegiatan di masjid hanya sesekali saja ketika cuaca kurang mendukung.

Jumat Imtaq di Masjid Adz-Dzikra (Dokpri)
Jumat Imtaq di Masjid Adz-Dzikra (Dokpri)

Dikarenakan hari ini cerah, maka lapangan Kembali menjadi sarana kami melakukan aktivitas imtaq. Walau hanya dengan doa dan beberapa surat pendek, tetapi waktu tiga puluh menit bisa tersita tanpa terasa. Pukul 07.30 sudah tiba, acara dilanjutkan dengan tausyiah pendek yang diselingi tanya jawab.

Hari ini, tema yang disampaikan adalah bagaimana menjaga ketertiban salat berjamaah. Uraian ustad tentang tema tersebut tidak berkaitan dengan hal-hal yang rumit, tetapi cukup hal-hal dekat yang terjadi di sekitar siswa, terutama kenyataan yang biasa dilakukan para siswa dalam keseharian ketika melaksanakan salat duhur berjamaah.

Sebenarnya kami salat berjamaah di sekolah itu sudah dua waktu, yaitu duhur dan ashar sebelum pulang. Akan tetapi dengan masa pandemi covid-19 yang semua kegiatan dilaksanakan melalui daring, maka ketika PTM diberlakukan, baru salat duhur berjamaah saja yang kami laksanakan. Sementara salat asharnya semoga tahun ajaran 2022/2023 bisa dilaksanakan lagi.

Kembali ke tema yang dibahas, apa saja yang menjadi indikator ketertiban salat itu? Ustad Zaenal Muttaqin, S.Ag., M.Pd., menguraikan secara singkat dan padat karena waktu yang disediakan hanya 10 menit. Sambil duduk di kursi siswa, Pak Ustad memulai dengan mencontohkan peristiwa yang terjadi di sekolah kami. Yaitu si antaranya:

  • Mengingatkan kepada anak-anak yang kalau masuk masjid masih suka rebutan, sampai-sampai saling dorong saking pengen duduk di barisan paling depan;
  • Kalau sudah wudlu tidak langsung duduk rapi di bagian dalam masjid, malah nyender di dinding masjid kemudian meledek atau menggoda anak perempuan;
  • Kalau sujud, selalu menjatuhkan lutut dengan keras, sehingga bagi orang yang berada di bawahnya terasa seperti ada gempa. Kebetulan memang di bawah masjid itu ruang guru.  
  • Cara dan warna atau motif pakaian yang digunakan dalam salat. Jangan sampai mengganggu orang lian yang sama-sama salat. Apalagi memakai baju bolong. Itu bisa mengganggu konsentrasi alat orang lain.
  • Walaupun masih anak-anak, tetapi dalam belajar salat usahakan yang sungguh-sungguh, walau belum bisa dengan khusyuk, minimal tertib.

Nah, sementara anak-anak, kalau sedang diberi pelajaran tentang sikap, kebiasaan malah suka saling tuduh. Saling menunjuk sembarangan dengan memberi keterangan asal, bahwa temennyalah yang suka seperti yang dicontohkan.

"Itu tuh Pak, Si Abyan," Adel menunjuk Abyan.

"Itu tuh Pak, Si Arya," Farel menunjuk Arya.

"Itu tuh Pak, Si Akas," Arkan menunjuk Akas.

"Lho, kok malah rebut sendiri. Kan bapak tidak menyebut perorangan. Bapak hanya mengingatkan bahwa hal-hal yang kurang baik dan membuat kegiatan baik kita menjadi tercemari, maka mulailah untuk menguranginya dengan memperbaiki diri, agar terlihat perjalananmu menuju yang terbaik," Pak Ustad Zaenal meluruskan.

Setelah hal-hal yang sifatnya harus diperhatikan dalam salat, Pak Ustad segera menutup dan menyampaikan bahwa setelah ini ada sesia tanya jawab. Akhirnya acara pun dikomandani oleh Pak Ustad Mahtum.

Pada pembukanya ustad Mahtum menyampaikan bahwa yang akan memberi pertanyaan adalah kelompok guru PPKn, "Silakan kalian simak pertanyaannya, dan dapatkan rewordnya," begitu katanya sambil memanggil kelompok guru PPKn.

Dikarenakan satu orang guru sedang ujian PPG, maka yang muncul hanya dua orang yaitu Ibu Dra. Neneng Iis Purwitasari, M.Pd., dan Ibu Erna Novita, S.Pd.

Guru PPKn Siap dengan Pertanyaan (Dokpri)
Guru PPKn Siap dengan Pertanyaan (Dokpri)

Rupanya mereka sudah menyiapkan pertanyaan yang berkolaborasi dengan guru agama. Maka pertanyaannya tidak jauh berbeda dengan tema.

Acara sesi tanya jawab diawali oleh Bu Neneng dengan pertanyaan tentang nilai-nilai Pancasila yang biasa di terapkan di dalam pembisaaan di SMPN 1 Cilegon.

"Anak-anak tolong disimak pertanyaannya. Ini masalah pembiasaan keseharian kita di sekolah ini yang ada hubungannya dengan penerapan nilai-nilai Pancasila. Karena waktunya sudah tinggal sedikit saja, maka mungkin hanya satu atau dua soal yang akan ibu lemparkan. Silakan siapa pun yang bisa menjawab, acungkan tangan dan kalau ditunjuk oleh Pak Mahtum, silakan maju ya!

"Ah Siaaap!" Anak-anak serempaka menjawab dan mulai dengan gaya rebut senangnya, dengan tangan mereka sudah mulai diacungkan, padahal soalnya saja belum dibaca.

"Dengarkan pertanyaannya ya, kegiatan apa saja yang bias akita lakukan yang sesuai dengan nila sila pertama Pancasila? Bu Neneng melepaskan pertanyaan dengan suara nyaring.

"Saya, saya, saya, saya, Bu saya!" ramainya mereka mengacungkan tangan, tidak hanya kelas 9, kelas 7 dan 8 juga sama-sama berlomba.

"Ya, kamu maju," Pak Mahtum menunjuk seorang anak perempuan yang duduk di baris kedua, karena menurut Pak Mahtum paling duluan mengacungkan tangan. "Silakan jawab," lanjut Pak Mahtum.

"Assalamualaikum, nama saya Annisa Citra Wahid, menurut saya banyak kegiatan yang bias akita lakukan di sekolah ini yang sesuai dengan penerapan nilai sila pertama Pancasila, di antaranya, mengaji tadarus setiap pagi lima belas menit sebelum belajar, kegiatan hari ini duduk di lapangan ini mengikuti doa Bersama dan tausyiah, salat berjamaah duhur, dan lain-lain," Annisa menjelaskan dengan lancar.

"Bagaimana, jawaban Annisa apakah sudah betul, anak-anak?" Pak Mahtum mencoba menguji anak-anak yang lain.

"Betuuul," mereka serempak menjawab sambil tangannya terus saja diacungkan di atas kepalanya.

"Oke, maju Annisa medekat ke Bu Erna, ada apresiasi dari guru-guru PPKn buat kamu," Pak Mahtum menginformasikan.

"Masih ada waktu? Tanya Bu Neneng ke Bu Eje sebagai wakasek Kurikulum.

"Masih, Buuuu!" anak-anak kompak menjawab, karena tahu ternyata ada hadiahnya.

"Ya sudah, dengarkan satu lagi pertanyaan ya. Jelaskan bagaimana cara menerapkan nilai sila kedua Pancasila dalam hidup sehari-hari?" Bu Neneng melepaskan pertanyaan yang kedua.

"Saya, saya, saya, saya, Buuuu!" serunya ya suara anak-anak makin ramai yang mengacungkan tangan.

"Ya, kamu maju," Pak Mahtum menujuk anak laki-laki yang perawakannya sedikit lebih subur.

"Assalamualaikum, saya Fahri dari kelas 7C. menurut saya di antara nilai-nilai sila kedua Pancasila, adalah harus mau saling bantu dengan sesame tanpa ada keinginan untuk mendapat pujian. Sekian terima kasih," katanya sambil menyerahkan mick.

"Bagaimana, jawaban temanmu, sudah betul belum?" tanya Pak Mahtum memancing reaksi.

"Betuuul," kompak lagi mereka menjawab.

"Silakan, Fahri maju menuju Bu Erna,"Pak Mahtum mengarahkan.

Pemberian Apresiasi dari Sekolah (Dokpri)
Pemberian Apresiasi dari Sekolah (Dokpri)

"Bagaimana, Bu Eje, waktunya?"Pak Mahtum bertanya ke Bu Eje.

"Habis," sambil memberi kode dengan tangan bahwa waktunya sudah habis.

"Anak-anak, mengingat waktunya sudah habis, insyaAllah Jumat depan disambung lagi dengan pertanyaan lainnya seputar nilai-nilai sila Pancasila dalam pembiasaan yang dilaksanakan di sekolah kita ya.

"Sedikit mengingat saja, jangan lupa nanti siang yang laki-laki salat Jumat di sekolah, dan yang perempuan kegiatan keputrian ya," Pak Mahtum menginformasikan kegiatan hari itu.

Mari kita akhiri acara Imtaq hari ini dengan bersama-sama membaca doa majlis."Subhanaka  Allahuma wabihamdika, Asyhadu An laa Ilaaha Illa anta, Astaghfiruka wa atubu ilaik," akhir kata Wasslamulaikum alaikum Warrohmatullahi Wabaarakaatuh," Pak Mahtum menutup acara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun