Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Umroh (8)

1 Januari 2023   05:20 Diperbarui: 1 Januari 2023   05:35 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Kegiatan Mencium Dinding Ka'bah

Sabtu, 17 Desember 2022, tepat pukul 08.00 WAS, kami sudah berkumpul di lobby hotel Mather Al-Eiman, siap-siap berangkat untuk melaksanakan thawaf wada atau thawaf perpisahan. Setelah anggota rombongan lengkap, komando muthawwif sudah mulai mengajak keluar dari lobby kemudian berbaris di depan hotel seperti biasa kalau mau melakukan thawaf.

Dengan membaca doa seperti biasanya, kami mulai melangkahkan kaki bersama menuju Masjidil Haram untuk melakukan thawaf perpisahan, karena kami akan meninggalkan Mekkah Al-Mukarromah.

Setelah sampai di depan WC 3, di halaman yang biasa kami gunakan untuk briefing sebelum memasuki pintu menuju pagar laskar, biasa suka ada cek-cek recek kalung ID-card. Padahal hanya dilihat sekilas saja. Tapi memang terkadang suka ada rasa degdegan khawatir di antara kami ada yang tercegat. Tapi alhamdulillah semuanya aman. Kami melanjutkan lengkah menuju batas tempat lepas alas kaki. Semuanya alhamdulillah aman.

Sambil membaca doa masuk Masjidil Haram, muthawwwif mengarahkan kami ke tempat minum jamjam dulu. Dan pada thawaf wada ini, kami langsung masuk di pintu pertama. Tidak lewat 'gate umroh'. Sambil terus menjaga barisan sesuai dengan yang dirancang di awal, kami terus memasuki milayah putaran thawaf lebih dekat dengan Ka'bah, supaya itungan jarak lingkaran putaran lebih pendek. Karena ada rencana yang sudah disiapkan oleh muthawwif.

Masih sama dengan hari-hari kemarinnya, Jemaah masih berjubel. Maka, muthawwif tetap mengingatkan lingkaran luar kami yang dijaga laki-laki. "Ingat, jangan sampai terputus, karena akibatnya kita akan terpecah," ujarnya sambil melanjutkan dengan ucapan bismillah Allahu akbar. Jemaah mengikuti dan lanjut mencium lambaian tangan masing-masing setelah mengucapkan 'Bismillahi Allahu Akbar'.

Semangat kami tak pernah dinyana, padahal gerakan kelompok lain sangat kuat mendesak, alhamdulillah kekompakan kami terus terjaga sehingga kekuatan itu aman sampai kami di bawa semakin menjorok ke dalam lingkaran mendekat ke arah Ka'bah, karena muthawwif akan mengarahkan yang laki-laki bisa mencium dinding Ka'bah. Setelah yang laki-laki selesai mencium dinding Ka'bah yang harumnya masyaAllah, wangi sekali. Setelah itu bisa membimbing istri-istrinya (ibu-ibu) untuk juga dapat mencium dinding Ka'bah.

Dokpri: Kegiatan Mencium Dinding Ka'bah
Dokpri: Kegiatan Mencium Dinding Ka'bah
Dengan taktik seperti itu rupanya semuanya dapat dimudahkan dan seizin Allah Yang Maha Kuasa, kami semua bisa melakukan itu. Alhamdulillah selesai sudah, kemudian semua anggota rombongan digiring menuju keluar lingkaran thawaf lebih melebar mencari tempat yang agak longgar. Tapi bukan ke tempat 'to massa' karena kami tidak akan melakukan Sa'i. tetapi menuju tempat yang sekiranya bisa dibuat tempat nyaman untuk melakukan kegiatan berikutnya.

Dokpri: Berdo'a Setelah Thawaf Wada
Dokpri: Berdo'a Setelah Thawaf Wada

Di tempat itulah kami melakukan salat sunnah setelah thawaf kemudian dilanjutkan dengan berdoa bersama sebelum meninggalkan Mekkah Al-Mukarromah.

Tapi ternyata, muthawwif merencanakan sesuatu dengan kelompok laki-laki. Dan apa jawaban kelompok laki-laki? Setuju untuk bisa mencium Hajar Aswad dengan taktik yang muthawwif rancang.

Dengan membaca bismillah, kelompok laki-laki berangkat menuju sisi Ka'bah yang dianggap akan menudahkan untuk bagaimana caranya bisa mencium hajar aswad. 

Urutan kekuatan pun benar-benar diatur oleh muthawwif, siapa yang paling depan dan urutan berikutnya. Hanya saja, ketika saya ditugaskan untuk mengabadikan momen itu, tidak bisa bergerak. Selain ada laskar, juga padatnya jamaah yang thawaf, membuat ruang kesempatan untuk menjadi fotografer, kayaknya tidak ada. Selebihnya tidak ada keberanian. Khawatir keseret-seret orang. (maklum nenek). 

Arah yang diambil mengikuti arus yang berjalan, berputar berlawanan arah jarum jam dengan mengarah ke dalam mendekati dinding kabah melewati tempat hijir Ismail, terus menjorok ke dalam di sudut mendekati Hajar Aswad, kelompok laki-laki sudah mulai merapat ke dinding Ka'bah, yang selanjutnya memasang strategi. Muthawwif mulai memasangkan tangan kirinya menahan ke dinding sudut di atasnya Hajar Aswad. 

Dengan tangan beliau menahan, maka anggota di belakangnya lewat bawah keteknya, mulai menyeruduk menyeruak menyodorkan mukanya untuk mencium Hajar Aswad. Dan Teknik itu sangat jitu, semua anggota kelompok laki-laki bisa mencium Hajar Aswad dengan selamat.

Selang beberapa menit, tidak sampai satu jam, ada setengah jam kayaknya, kelompok laki-laki yang mencium 'hajar aswad' sudah Kembali ke kelompok perempuan yang menunggu di tempat yang agak teduh, lebih di belakang lagi dari tempat tadi berdoa setelah thawaf. Alhamdulillah semuanya bisa atas izin Allah Yang Maha Kuasa.  

Setelah selesai semuanya, barulah kami secara bersama-sama meninggalkan Ka'bah, untuk menuju hotel. Semua diberi penjelasan bahwa kalau sudah melakukan thawaf wada berarti kita sudah tidak bisa lagi beribadah di Mekkah Al-Mukarromah, kalau kita keluar dan masuk lagi, yaitu artinya kita gak akan pulang-pulang, karena harus mengawali lagi umroh pertama dan seterusnya, dan juga harus thawaf wada lagi. Maka akan lebih baik kita pulang. Istirahat untuk persiapan perjalanan menuju Tanah Suci Madinah Al-Munawwaroh

Selamat tinggal Tanah Suci Mekkah Al-Mukarromah, semoga kami dipanggil Kembali ke sini, dengan anak-anak dan saudara kami yang lain. Semoga Allah meridhai. Aamiin YRA.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun