SetelahÂ
berfoto, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat makan. Tempatnya lupa Namanya. Yang ingat hanya gaya dekor tempat dan model hidangan yang disajikannya saja.
Hidangan yang disajikan adalah makan ala Arabia, nasi briani yang disajikan dalam wadah besar seperti tampah yang berbahan dasar steinless steel, porsi untuk empat orang. Makan di ruangan yang menyerupai istana raja. Yang bentuknya saung cukup untuk dua belas orang, ruangan ukuran empat kali lima. Dindingnya dilapisi kain motif alketif dengan gradasi warna merah. Lantainya di alasi alketif juga dengan warna senada. Jadi pengunjung yang makan di situ disetarakan dengan tamunya raja.
Tapi ternyata bagi kelompok kami, terlalu banyak porsinya. Jadi kalah sama dua kelompok lainnya dalam satu ruangan. Entah karena waktu makan yang sudah terlewat, atau karena memang menu yang disajikan tidak seperti biasanya, atau karena sudah kelelahan. Entahlah.
Hanya saja nasi yang dihidangkan tidak bisa dihabiskan. Kelompok kami menyerah. Padahal kalau rasa tidak terlalu aneh. Karena kebetukan di Cilegon ada rumah makan yang menjual 'nasi gonjleng' yang rasanya hampir sama dengan nasi briani. Mungkin saja kami sudah kelelahan.
Setelah acara makan selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju pulang. Dan kami sepakat, untuk salat maghrib dan isyanya di jama takhir di hotel saja.
Semoga Allah mengampuni kelemahan iman kami. Apa yang kami lakukan tidak menjadikan dosa yang memberatkan timbangan amal buruk kami.
Sekali lagi, semoga Allah mengampuni kelemahan iman kami. Aamiin YRA. Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H