Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Umroh (5)

29 Desember 2022   12:11 Diperbarui: 29 Desember 2022   12:15 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Jumat, 16 Desember 2022, bagi kami Jemaah umroh PT inayah Haromain Hari itu merupakan waktunya kegiatan bebas. Akan tetapi tetap disarankan memperbanyak aktivitas ibadah di Masjidil haram dengan melaksanakan thawaf sunnah, salat sunnah, membaca Al-Qur'an, berdoa, dan berdzikir.

Benar sekali, walaupun hari itu adalah acara bebas, tapi keinginan satiap hati manusia yang berada di tanah suci itu sepertinya fokusnya hanya beribadah di Masjidil Haram. Dan faktanya seperti itu. Semua peserta rombongan kami, walaupun berangkatnya masing-masing group kamar, tetap saja di Masjidil haram berkumpulnya. Itu pun secara tidak sengaja. Terkadang kami mendapat tempat yang berdekatan atau bahkan satu baris, keberuntungan ada tempat yang kosong. Tetapi tidak jarang juga kami berpencar sesuai keberangkatan kelompok dari hotel. Dan kami ketemu-ketemu di perempatan jalan menuju pulang atau Ketika mampir ke toko setelah pulang salat, eh ternyata punya niat yang sama, belanja dulu yang kira-kira diminati dan terjangkau harganya. Belanja untuk oleh-oleh, nyicip sedikit olahan khas buatan Mekkah. Setelah itu, barulah kami pulang bersama-sama menuju hotel.

Mungkin hal yang sangat terkesan buat saya adalah di tanah suci itu setiap mau pergi ke mana pun, sendiri atau bersama yang lain, dalam perjalanan tidak pernah berhenti berdzikir atau membaca bacaan yang bisa dan hafal. Kenapa kalau di rumah, kok pengennya ngobrol saja, kalau sama temen itu ya, kenapa ya? hal itulah yang mungkin merupakan salah satu alasan kenapa di tanah suci itu umumnya dari kami merasa betah.  

Sekitar pukul 07.00 WAS kami sampai di hotel, dan biasanya sebelum naik ke lantai 10, lantai tempat kamar kami berada, kami langsung saja ke lantai M tempat makan kami. Jadi, simpel saja, makan dulu, selesai makan baru naik ke kamar. Lumayan untuk istirahat sebentar, sambil mengisi tenaga bersiap-siap ke Masjid untuk pelaksanaan salat sunnah duha dan dhuhur/jumatan. Sisa waktunya biar digunakan untuk membaca Al-Qur'an atau berdzikir.

"Wih, keren kita ada jalan-jalan, padahal di jadwal tidak ada," temen sekamar nyeletuk.

"Jalan-jalan ke mana?" tanyaku penasaran.

"Tuh, di group ada infonya," jawabnya pendek sambil lari ke kamar mandi

Karena penasaran, akhirnya saya buka HP, dan benar ada info penting.

Ternyata sebelum berangkat ke masjid, ada info di group yang dikirim oleh tourleader kami. "Assalamualaikum Warohmatullahi wabarookaatuh. Para Jemaah yang saya hormati, setelah salat Jumatan dan makan siang, sekitar pukul 14.00 WAS, siap-siap untuk pergi ke Thaif, PT Inayah Haromain mempasilitasi tour ke Kota Thaif. Perempuan pakain Hitam dan kerudung merah Inayah, dan laki-laki pakai putih gamis, atau kalau tidak ad agamis putih, gamis bebas." Terima kasih atas perhatiannya. Wassalam.

"Alhamdulillah, ternyata infonya benar, bukan hoaks. Ya saya mah ikut saja kalau memang ini fasilitas dari Inayah. Semoga menambah wawasan. Berarti siap-siap ke Masjid yu, ini Jumatan lho, orang sudah berjubel juga. Konon katanya, orang Arab itu liburnya Jumat, jadi mereka salatnya sudah pasti di Masjidil Haram," ujarku mengingatkan teman sekamar.

"Siap! Siapa takut? Hayu kita berangkat sekarang, biar dapat tempat yang depan Ka'bah," temen saya menimpali.

"Eh, tonggoni gah, kitane masih ning toilet," temen saya nyeletuk dari kamar mandi

"Iye sih, tak tonggoni ning kene keh. Tenang bae, sembari siap-siap kite nonggoni," jawab teman yang lain. Kami sekamar berempat.

Tak lama, kami sudah siap untuk berangkat ke Masjid. Biasanya sebelum meninggalkan kamar, cek kunci kamar dulu, takut tertinggal. Kemudian kami mulai turun dengan lift. Ada tangga sih. Tapi terbayang dengan lantainya yang banyak, sudah terasa 'lekloknya' kaki.

Singkat cerita, baru di jalannya saja, orang yang menuju masjid untuk pelaksanaan salat jumatan, sudah penuh padat merayap. Tapi ingat pikiran kita harus positif. Agar apa yang kita dapat karena pikiran positif kita, insyaAllah dapat yang terbaik.

Teman kami menyarankan agar kami lewat jembatan layang yang lurus dari jalan yang biasa kami lewati. Kalau masuk Masjid pengen di bagian depan Ka'bah, harus belok ke arah kiri kemudian melewati jalur yang dijaga oleh laskar berseragam. Tapi mengingat penuhnya Jemaah, kami memutuskan untuk lurus jalan jembatan layang. Artinya jalan yang kami ambil adalah jalan yang ada di atasnya jalan menuju ruang di mana letaknya Ka'bah.

Dan benar saja, padatnya Jemaah membuat penjaga ada di mana-mana. Sampai di tempat membuka sepatu, kami disuruhnya belok ke kiri. Kami sebagai Jemaah yang memang mencari tempat, ikut perintahnya. Tapi sudah berjalan jauh di Lorong lantai 3 tempatnya orang thawaf pengguna kursi roda, belum juga mendapat tempat. Akhirnya ada ruang masjid yang sudah penuh isinya laki-laki. Kami dan Jemaah yang lainnya terutama perempuan terus digiring oleh laskar untuk mengikuti petunjuk arah bahwa perempuan itu tempatnya bukan di tempat itu, tapi masih terus ke sebelah kanan lagi sesuai penyekat kayu dengan ukiran dan sebagiannya semacam pagar besi yang bisa dilipat menyerupai rolling door tapi pendek sepinggang.

Setelah jalan jauh, belum juga dapat tempat. Dan laskar yang mengawal sudah berganti bukan yang laki-laki tadi, tapi ini perempuan. Kami terus digiring agar dapat menempati tempat yang memang diperuntukkan bagi Jemaah perempuan.

Akhirnya kami sampai di masjid pintu 74 lantai 3. Sudah menjadi kebiasaan kami, kalau sampai di tempat, baik di ruang sekitar Ka'bah atau di masjid, yang pertama diperhatikan adalah nomor pintu. Tujuannya agar Ketika keluar, kami tahu arah yang dituju. Jangan sampai kesasar jauh, khawatir tidak tahu jalan. Masalahnya di antara kami tidak ada yang mahir Bahasa arab atau inggris. Jadi lebih mudah hapalkan pintu, insyaAllah jalan keluar sudah jelas.

Setelah dapat tempat duduk, itupun berdesakan, kalau ukuran kosongnya sih hanya untuk tiga orang, tapi kami berempat, maka mau tidak mau agak dempetan. Lipetan duduk kami agak diperkecil.

Sambil menunggu waktu dhuhur, setelah salat sunnah tahiyatul masjid, kami memperbanyak membaca Al-Qur'an. Kebetulan di depan kami tiang besar yang ditambah dengan rak Al-Qur'an. Beruntung, kami tidak harus jauh-jauh mengambil Al-Quran. Rata-rata Jemaah membaca Al-Qur'an atau berdzikir. Semua Jemaah betul-betul memperbanyak ibadah, semoga menjadi amal baik. Aamiin YRA.

Setelah beberapa surat bisa diselesaikan, tibalah saatnya jumatan. Adzan pun berkumandang. Pada momen ini, hampir semua orang mangabadikan lantunan adzan. Dulu, saya pernah dengar cerita dilarang untuk foto-foto atau memvideokan momen yang sedang berlangsung di tanah suci. Tapi kali ini, mungkin tak bisa lagi dilarang, karena semua orang membawa HP, dan di HP itu ada kamera, yang tak kan bisa lagi dicegah, mungkin. Termasuk saya juga ikutan mengabadikan momen tersebut.

Tidak ada yang berbeda dalam pelaksanaan jumatan antara di Indonesia dan di Mekkah, setelah adzan pertama, ada jeda. Pada jeda tersebut Jemaah melakukan salat sunnah, kemudian adzan kedua lalu dilanjutkan hutbah. Setelah hutbah kemudian komat, dan dilanjutkan salat jumat dua rakaat. Setelah itu selesai, dilanjutkan dengan salat ghaib empat rakaat. Selesai sudah dan Jemaah bubar.

Mungkin yang berbeda dalam jumatan di Mekkah hanyalah Bahasa yang digunakan dalam hutbah itu. Keseluruhan isi hutbah menggunakan bahasa Arab pastinya. Walaupun kami tidak paham secara keseluruhan isi, yakin dan pasti isi hutbah itu dari mulai pembukaan, ucapan syukur, pujian kepada Allah, ajakan berbuat kebaiakn dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan, mengingatkan akan hal-hal kebaikan. Begitu sih, yakin intinya isi dari hutbah pasti ajakan untuk berbuat kebaikan.

Dari pengalaman tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran yang saya dapat tentang keislaman selama ini, tidak meleset dari yang ustad-ustad ajarkan. Kalaupun ada perbedaan itu tidak menyalahi aturan atau ketentuan karena memang dijelaskan bahwa imam mazhab di islam itu ada empat yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali. Yang tentu saja pada masing-masing mazhab tersebut memiliki kekhasannya. InsyaAllah kesemuanya tujuannya satu yaitu menuju Allah Yang Maha Esa.  

Fakta tak bisa disangkal, benar sekali, Ketika bubar yang kami perhatikan adalah pintu yang akan kami gunakan sebagai jalan keluar. Karena ada penyekat, maka mau tidak mau, kami mengikuti jalur sesuai arahan. Dan sesuai prediksi di awal, bahwa kami akan menggunakan pintu 74. Ternyata pengguna tangga ramai juga, terpaksa agak antre dan lambat sampai di latai dasar. Yang penting kan sudah jelas pintu berapa yang kami cari. Keluar pintu 74 kami mengambil jalur belok kiri sesuai arah kami pulang. Terus berhitung pintu sampai pintu ke 90. Barulah kami agak ke arah kanan, supaya mendekat dengan WC 3. Itu yang biasa kami jadikan titik kumpul. Nah, kalau sudah sampai di situ, lega sudah karena jalan menuju hotel sudah terlihat. Walau masih padat dengan Jemaah, tapi tidak terlalu khawatir. Ke hotel sudah dekat. Semoga selalu mendapat barokahnya dari apa yang kami dikerjakan. Aamiin YRA.

"Eh, berarti sampai di hotel, biasa kita makan dulu ya. abis itu siap-siap untuk pergi citytour ya," saya mencoba memecah ketegangan dengan mengingatkan teman-teman sekamar akan kegiatan berikutnya setelah jumatan ini. Yaitu citytour ke Kota Thaif.

Semoga apa yang akan kami lakukan tetap dapat menambah wawasan kami. Aamiin YRA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun