Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Keunggulan Gambar pada TV Sistem Digital

8 November 2022   17:15 Diperbarui: 8 November 2022   17:25 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramai diperbincangkan mengenai diberhentikannya siaran televisi analog. Isu miring bergulir ke permukaan khalayak dengan nada menyudutkan pihak pemerintah. Padahal sebenarnya informasi ini sudah disampaikan pihak pemerintah jauh hari dengan tujuan memperbaiki kualitas gambar pada tv, baik digital maupun tv analog.

Informasi tentang migrasi dari tv system analog ke digital sudah lama deprogram oleh pemerintah melalui kominfo. Informasi ini diiklankan melalui berbagai media yang bisa diserap oleh masyarakat umum. Hanya saja sebagian masyarakat  sudah terbiasa menikmati kenyamanan dengan hal yang sudah biasa dilakukan. Sehingga Ketika waktunya tiba penggantian system teknologi pada televisi, banyak yang menyikapinya dengan panik.  

Tidak hanya panik, kemarahan masyarakat pun muncul dengan  model umpatan-umpatan yang sifatnya memojokkan pihak pemerintah melalui media sosial misalnya tiktok dan video.

Dari beberapa umpatan ada kalimat yang benar-benar menyudutkan pemerintah dengan kata-kata seperti "Pemerintah kerjaannya selalu berbisnis kepada rakyat dan memeras uang rakyat dengan menjual STB kepada rakyta, pastinya buat dana pemilu".

Model kemarahan yang lainnya lewat video. Bahkan sampai viral, video anak kecil yang menangis karena setelah tv analog diberhentikan siarannya pada Rabu, jam dua belas malam, spontan besoknya layar tv nya yang masih sistem analog, gambarnya jadi burem tidak ada warna sama sekali yang ada adalah layer tv warna putih penuh dengan titik-titik mirip tetesan rintik-rintik air hujan. 

Jaman dulu terkenal dengan sebutan gerombolan semut. Jadi ingat jaman dulu kalau ada gangguan Teknis, masyarakat menyebutkan tv nya banyak semutnya dan di layer tv muncul kata-kata, "Maaf kerusakan bukan pada pesawat televisi anda" nah, kali ini kejadiannya tidak ada kalimat maaf seperti jaman dulu. Tapi memang kontrak penggunaan sistem analog sudah dihentikan oleh pemerintah agar para pengusaha pertelevisian bermigrasi ke tv digital.  

Mungkin tidak pernah terbayangkan, sarana hiburan mereka luas yang murah meriah tiba-tiba diberhentikan. Sontak masyarakat protes dengan berbagai gaya. Ada yang emosi dengan menulis macam-macam umpatan buruk terhadap pemerintah. Ada yang memiralkan video anak yang menangis "kokosodan" karena film favoritnya hilang, blank tanpa satu titik cahaya pun.

Sesungguhnya pemerintah itu sangat memerhatikan kebutuhan sarana hiburan masyarakat yang sangat mudah dijangkau. Artinya dengan merubah system analog ke digital secara otomatis terjadi peningkatan kualitas gambar yang sangat baik, ini adalah salah satu bentuk perhatian pemerintah kepada masyarakat.

Umumnya masyarakat Indonesia dalam menyikapi suatu hal yang baru, terkesan seperti kurang membaca. Karena ternyata tv system digital memiliki keunggulan membuat tampilan gambar di layar tv menjadi lebih bening atau jernih.  Dalam hal kualitas tampilan gambar  apabila dibandingkan dengan  tv system analog jauh lebih baik tv digital. Tampilan layer menjadi lebih jernih atau bening. Lebih nyaman untuk mata pada waktu menonton siaran, baik berita maupun sinetron..

Semoga dengan pemahamn lebih atas kebijakan yang digulirkan pemerintah demi ke arah yang lebih baik, mohon disikapi dengan bijak pula. Tidak mungkin pemerintah ingin menyengsarakan rakyatnya. Tapi semua ini kembali kepada penilaian masing-masing. Bersyukur adalah jalan yang terbaik. Semoga apa yang telah diprogramkan pemerintah dapat memberikan kontribusi positif dalam rangka mengembangkansumber daya manusia di lingkungan keluarganya masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun