Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh BDR (Daring) terhadap Kekuatan Belajar Peserta Didik

6 November 2022   11:35 Diperbarui: 6 November 2022   11:35 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setelah hampir dua tahun pelaksanaan pembelajaran secara daring (BDR), dapat dirasakan dampaknya ketika pembelajaran dilakukan dengan tatap muka.  Terutama pada poin semangat peserta didik dalam belajar sangat menurun. Hal ini dikarenakan cara belajar daring yang telah membuat mereka terlena. Dengan modal rebahan sudah bisa melaksanakan segala kegiatan. Selain itu, kebijakan atasan supaya tidak banyak memberikan tugas, mengingat semua kegiatan dilakukan membutuhkan kuota. Maka hal ini menjadi faktor penambah yang melemahkan kekuatan belajar siswa.

Setelah beberapa minggu pelaksanaan pembelajaran dengan tatap muka terbukalah mata guru-guru bahwa ternyata dampak terjadi hanya sedikit yang mengarah ke kabaikan, dan lebih banyaknya ke arah kurang baik. Dikarenakan kekuatan belajar mereka menurun. Di antara poin-poin yang kurang itu adalah:

  • Semangat belajar menurun,
  • Pertemanan mereka juga sangat terbatas,
  • Sulit dibentuk kelompok belajar dalam kelas,
  • Bergaul hanya dengan teman medsosnya.
  • Bahasa yang digunakan di luar kebiasaan normal peserta didik,
  • Daya serap isi pelajaran menurun,
  • Buang sampah sembarangan,
  • Masalah di rumah terbawa ke sekolah,
  • Saat istirahat hanya bersosialisasi dengan teman dumay, bukan teman dunya,
  • Cari perhatian guru melewati ambang normal,

Itulah beberapa gambaran perilaku yang muncul Ketika pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka, awal tahun ajaran 2022/2023. Yang kemungkinan masih ada masalah lain, tapi tidak muncul ke permukaan.

Bagaimana guru bekerja setelah mengetahui hal ini? Apakah hanya berpangku tangan? Mungkin di tulisan lain penulis sudah membahas 'Pandemi covid-19 telah membuat ruang kosong dalam jiwa peserta didik'. Dengan dasar itulah pengelola sekolah mencoba membuat keputusan yang seperti apa seharusnya pembelajaran dilakukan untuk dapat mengatasi semua masalah tersebut.

Melalui rapat dewan guru, diputuskan semester ganjil tahun ajaran 2022/2023 peserta didik dilarang membawa HP. Hasil keputusan ini dishare langsung kepada orang tua melalui forum komite kelas atau paguyuban.

Pada awal diterimanya informasi itu, orang tua menyampaikan keberatannya. Tetapi pihak sekolah tetap memegang hasil rapat dengan segala alasan, keberatan dari pihak prang tua tidak dikabulkan. Larangan membawa HP tetap berjalan. Ternyata selain orang tua, peserta didik pun sama merasa keberatan dengan alasan kalau pulang bagaimana kontak dengan grab atau maxsim yang akan melayani antar jemput mereka. Tetapi hasil keputusan tetap diberlakukan, dilarang membawa HP. Hal ini tentunya membuat peserta didik gelisah dan khawatir. Sepertinya mereka merasakan kehilangan sesuatu yang berharga, menurut meraka.

Pembelajaran dikembalikan secara alami, tanpa HP, hanya guru yang menggunakan laptop atau PC yang disiapkan oleh sekolah. Mereka dipaksa untuk mau menulis manual. Pembelajaran diupayakan dengan berbagai model, pendekatan, dan strategi plus Teknik, dengan jurus-jurus andalannya masing-masing guru.

Di awal pemberlakuan keputusan, memang menimbulkan keresahan pada orang tua, mengingat sudah teribiasa mereka komunikasi langsung tanpa melalui wali kelas. Sambil memantau dampak dari dilarang membawa HP baik yang positif maupun yang negatifnya, dalam perjalannanya pihak sekolah merencanakan beberapa opsi agar masalah utama teratasi, sekolah mulai melakukan hal sebagai berikut:

  •  Memberlakukan komunikasi melalui WAG wali murid dan Wali kelas,
  • Kegiatan pembelajaran, sedikit keluar dari jalur sturktur kurikulum, dalam rangka implementasi kurikulum merdeka (implementasi mandiri belajar), yakni setiap guru yang mengajar diperbolehkan dalam jumlah waktu yang diperuntukkannya, digunakan untuk menggali permasalahan yang sedikit banyak menggagu semangat belajar siswa. Di antaranya kegiatan 'Curhat dong!' dengan gaya dan trik masing-masing guru. Hal ini tujuannya untuk mengumpulkan masalah apa saja yang mereka alami selama BDR.
  • Walaupun dengan ketat protocol, sekolah mencobakan tempat duduk peserta didik dengan dikelompokkan, agar pertemanan mereka tidak terbatas pada teman medsosnya saja.
  • Setiap guru memperlakukan peserta didik yang penggunaan bahasanya kurang sopan atau tidak santun, tegur langsung ditempat dengan penuh kepercayaan bahwa mereka masih bisa dibina.
  • Setiap proses pembelajaran sudah mulai diberi penilaian lewat observasi dan tes lisan, tidak menunggu hasil penialian harian yang dilaksanakan menunggu Bahasan selesai satu KD atau satu Bab.
  • Apresiasi baik kepada setiap peserta didik yang sudah melakukan hal-hal kebaikan dengan tambahan nilai baik untuk sikap.
  • Teguran langsung juga dilakukan bagi peserta didik yang membuang sampah sembarangan dan pemberian piagam dan piala yang kelasnya dan sekitarnya selalu bersih melalui lomba kebersihan kelas.
  • Guru BK bertindak. Dilakuakanlah pemanggilan orang tua, ketika ada peserta didik yang bermasalah, dan ternyata masalah itu diakibatkan masalah yang terjadi di rumah sehubungan dengan orang tua peserta didik yang sedang bermasalah.
  • Perlakuan lebih manusiawi kepada seluruh peserta didik, tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan lainnya. Dewan guru menjadikan dirinya orang tua kedua bagi seluruh peserta didik yang membutuhkan perhatian yang lebih, mengingat ada beberapa peserta didik yang sudah terlalu parah 'kekosongan jiwanya' tanpa mendapat dukungan dan bimbingan orang tua. Sepertinya mereka hidupnya Bersama dengan orang tuanya, tetapi sentuhan kasing sayang yang mereka harapkan dari orang tuanya sama sekali tidak mereka dapatkan.  

Dengan beberapa trik yang dilakukan guru-guru plus walas juga guru BK, masalah yang muncul sedikit demi sedikit teratasi. Dengan pemberlakuan tidak membawa HP, WAG wali murid menjadi lebih aktif. Orang tua banyak berkomunikasi dengan walas kelas bahkan guru yang bersedia melayani kebutuhan peserta didik untuk menyampaikan informasi sifatnya mendadak kepada orang tuanya melalui walas atau guru lain.

Sedikit demi sedikit guru-guru dan pengelola sekolah berharap semua masalah dapat diatasi. Walaupun prosentasenya masih belum 100% minimal mengurangi kekurangan-kekurangan di sana sini, sesuai cita-cita SMP Negeri 1 Cilegon, tetap jaya sepanjang masa. Peserta didik sudah mulai dapat dikendalikan emosinya. Karena ternyata merka bukan anak-anak yang hiperaktif, hanya anak-anak yang mencari perhatian dan mencari jati diri, tetapi belum menemukan pendamping dan pembimbing yang tepat. Semoga guru-gurunya selalu diberi kesabaran dan kaikhlasan dalam membimbing mereka dengan penuh kasih sayang, agar ruang kosong pada jiwanya dapat terisi dengan hal-hal yang positif hingga dapat melahirkan anak-anak yang baik dan tahu tentang bagaimana cara:

  • Menjaga nama baik,  
  • Bersyukur,
  • Menghormati dan menghargai orang tuanya,
  • Mengenal siapa dirinya agar dapat bermanfaat bagi laingkungannya. Itu yang lebih penting. Sikap adalah yang utama.

Semoga hal ini tidak terjadi di tempat lain. Fenomena ini hanya merupakan sedikit gambaran dampak buruk dari belajar daring (BDR) di tempat penulis yang dikarenakan kami guru-gurunya yang tidak memiliki kemampuan dalam kegiatan daring secara sempurna karena segala keterbatasan. Penulis yakin di sekolah lain peserta didiknya baik-baik saja, aman dan terkendali. Penulis berharap ke depannya Pendidikan selalu mendapat tempat di hati para orang tua, masyarakat dan guru-guru sepenuhnya demi kemajuan dan kesuksesan peserta didik yang akan menjadi generasi penerus bangsa pada jaman keemasannya. Aamiin YRA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun