Mohon tunggu...
Lilis Apriani
Lilis Apriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Perkembangan Moral yang Dikemukakan Lawrence Kohlberg

22 Januari 2025   06:03 Diperbarui: 22 Januari 2025   09:18 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg adalah sebuah pendekatan untuk memahami bagaimana individu mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan moral dan mengidentifikasi nilai-nilai yang dianggap benar atau salah. Kohlberg, seorang psikolog asal Amerika Serikat, mengembangkan teorinya berdasarkan penelitian yang melibatkan respons individu terhadap dilema moral yang kompleks. Teori ini berkembang dari teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif, namun Kohlberg lebih fokus pada aspek moralitas yang berkembang seiring dengan pertumbuhan individu. Teori perkembangan moral Kohlberg dikenal sebagai salah satu teori yang paling berpengaruh dalam psikologi pendidikan dan perkembangan.

1.Tahapan Perkembangan Moral

Kohlberg mengidentifikasi enam tahapan perkembangan moral yang terbagi dalam tiga tingkat utama: tingkat pra-konvensional, tingkat konvensional, dan tingkat pasca-konvensional. Setiap tingkat mencerminkan cara individu menilai keputusan moral mereka, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.

2.Tingkat Pra-Konvensional

Pada tingkat ini, penilaian moral individu didasarkan pada hasil yang diperoleh dari tindakan tersebut, terutama pada penghargaan atau hukuman. Pada tahap pertama (tahap 1), individu cenderung melakukan tindakan berdasarkan pada penghindaran hukuman. Mereka bertindak baik atau buruk berdasarkan konsekuensi yang akan diterima. Contohnya, seorang anak mungkin tidak mencuri karena takut dihukum oleh orang tua atau guru.

Pada tahap kedua (tahap 2), individu mulai memahami bahwa ada pertukaran sosial, di mana mereka melakukan sesuatu jika mereka mendapatkan imbalan. Ini adalah tahap pemahaman bahwa "jika saya memberi sesuatu, saya akan mendapatkan sesuatu kembali," misalnya dalam konteks berbagi mainan dengan teman hanya jika mereka juga berbagi.

3.Tingkat Konvensional

Di tingkat ini, individu mulai menilai tindakan mereka berdasarkan norma-norma sosial dan harapan dari orang lain, termasuk keluarga, teman, dan masyarakat. Pada tahap ketiga (tahap 3), individu berusaha untuk menjadi "baik" di mata orang lain, dengan mengikuti aturan untuk menjaga hubungan baik. Mereka lebih memikirkan kepentingan orang lain dan cenderung ingin memenuhi ekspektasi sosial.

Tahap keempat (tahap 4) menekankan pada pentingnya peraturan dan hukum yang ada dalam masyarakat. Individu pada tahap ini percaya bahwa mengikuti hukum dan aturan sosial adalah hal yang benar, meskipun mereka mungkin tidak selalu sepakat dengan aturan tersebut. Mereka mematuhi aturan demi menjaga tatanan sosial dan kelangsungan hidup bersama.

4.Tingkat Pasca-Konvensional

Pada tingkat ini, individu memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang moralitas, yang tidak hanya bergantung pada aturan atau hukum yang berlaku di masyarakat, tetapi juga pada prinsip-prinsip etika universal. Pada tahap kelima (tahap 5), individu mulai menyadari bahwa hukum dan aturan sosial mungkin tidak selalu adil atau benar. Mereka lebih cenderung mendukung perubahan hukum dan kebijakan yang dirasa tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan hak asasi manusia. Misalnya, individu pada tahap ini mungkin akan mendukung perubahan kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi ketidaksetaraan sosial.

Tahap keenam (tahap 6) merupakan tingkat moralitas yang paling tinggi, di mana individu membuat keputusan moral berdasarkan prinsip-prinsip etika yang bersifat universal, seperti keadilan, hak asasi manusia, dan penghormatan terhadap martabat individu. Pada tahap ini, keputusan moral tidak didasarkan pada apa yang diharapkan masyarakat atau individu lain, tetapi pada nilai-nilai internal yang diyakini oleh individu tersebut.

5.Kritis terhadap Teori Kohlberg

Walaupun teori Kohlberg memiliki pengaruh besar dalam psikologi moral, ada beberapa kritik terhadap teori ini. Salah satunya adalah anggapan bahwa Kohlberg mengembangkan teorinya berdasarkan penelitian yang melibatkan subjek laki-laki, sehingga sebagian orang berpendapat bahwa teori ini mungkin lebih berlaku untuk laki-laki daripada perempuan. Carol Gilligan, seorang psikolog feminis, berpendapat bahwa teori Kohlberg kurang memperhatikan perbedaan gender dalam cara orang membuat keputusan moral. Gilligan menyatakan bahwa perempuan lebih cenderung mengutamakan hubungan interpersonal dan kepedulian terhadap orang lain, sedangkan Kohlberg lebih menekankan keadilan dan prinsip universal.

Selain itu, beberapa peneliti berpendapat bahwa perkembangan moral tidak selalu terjadi secara linier dan terstruktur seperti yang dijelaskan dalam teori Kohlberg. Mereka berpendapat bahwa individu dapat kembali ke tahap-tahap yang lebih rendah dalam situasi tertentu, atau perkembangan moral dapat dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya yang lebih kompleks.

Kesimpulan

Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg memberikan wawasan yang penting tentang bagaimana individu berkembang dalam hal pengambilan keputusan moral dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Meskipun ada beberapa kritik terhadap teori ini, terutama terkait dengan faktor gender dan konteks budaya, teori ini tetap menjadi dasar penting dalam memahami bagaimana moralitas berkembang dalam diri individu. Dengan memahami tahapan-tahapan perkembangan moral ini, kita dapat lebih menghargai bagaimana nilai-nilai dan prinsip-prinsip etika dibentuk sepanjang kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun