Mohon tunggu...
Lilis Andarwati
Lilis Andarwati Mohon Tunggu... Guru - Lifelong learning by teaching students.

Siapa yang berbuat baik maka akan mendapatkan kebaikan itu dan siapa yang berbuat buruk maka akan mendapatkan keburukan itu

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Langkah-langkah Keluarga Single Parent dalam Mendidik Anaknya

24 Februari 2024   19:40 Diperbarui: 25 Februari 2024   17:01 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Image ShutterStock 

Pendidikan anak dimulai dari keluarga. Keluarga sempurna terdiri dari Ayah Ibu dan anak. Keluarga sempurna bisa menyusun visi dan misi untuk pendidikan anaknya kedepan. Seorang anak membutuhkan peran orang dewasa untuk membantu mengembangkan kemampuannya. Anak perlu mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia. Salah satunya perlu dilakukan perlindungan dan juga anak memiliki hak-hak dasar yang harus dipenuhi dan tercukupi.

Hak Anak Harus Terpenuhi dan Tercukupi

Pemenuhan hak-hak anak di Indonesia sudah di atur Negara lo ya... Hati-hati, jangan salah. Diatur dalam Undang-undang No. 35 tahun 2014 yang menyebutkan bahwa hak anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, negara pemerintah, dan pemerintah daerah.

Salah satu hak anak yang harus terpenuhi adalah mendapatkan pendidikan yang layak. Seperti yang tercantum dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Sebab Pendidikan saat ini sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan masyarakat. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi diri anak untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Keluarga Single Parent dalam Mendidik Anak

Dalam realita masyarakat, cukup banyak keluarga single parent terutama keluarga tunggal akibat perceraian. Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974, disebutkan tiga sebab yang dapat mengakibatkan terputusnya suatu perkawinan yaitu kematian, perceraian, dan atas keputusan pengadilan. Pada berbagai kasus yang ada di Indonesia, bentuk keluarga dengan orang tua tunggal yang sering dijumpai. 

Lopata menyatakan perbedaan utama yang terjadi pada seorang wanita yang suaminya meninggal, tampaknya adalah apakah ia sendiri harus mengatur kembali sistem-sistem dukungan dan gaya hidupnya, sebagaimana ciri khas wanita modern sebagaimana di pusat-pusat perkotaan yang lebih berkembang, atau apakah integrasi sosialnya disediakan oleh orang-orang lain. Perempuan sebagai orang tua tunggal memiliki posisi yang penting dalam keluarga. 

Perubahan peran istri menjadi janda dan berperan menjadi Ibu sekaligus menjadi Ayah yang merawat dan mendidik anak-anaknya serta mencari nafkah keluarga. Begitu juga laki-laki sebagai orang tua tunggal memiliki posisi penting dalam keluarga. Perubahan peran suami menjadi duda dan berperan sebagai Ayah sekaligus sebagai Ibu yang merawat dan mendidik anak-anaknya serta mencari nafkah keluarga. 

Tidak mudah bagi wanita atau laki-laki single parent untuk menjalani dua peran sekaligus, disatu sisi harus bertanggung jawab dalam mengurus dan membina keluarga secara baik. 

Sumber gambar: Image For Kate Langrish
Sumber gambar: Image For Kate Langrish

Single parent berperan ganda dalam kehidupan sehari-hari, selain menjadi ibu/ayah yang tugas mendidik dan membimbing anak, seorang single parent harus bisa mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari. Perempuan/laki-laki yang memiliki peran ganda terkadang dapat mengganggu kegiatan dan konsentrasi dalam bekerja karena terbagi perannya sebagai Ibu Rumah tangga. Perempuan dengan peran ganda sering mengalami konflik dalam dirinya karena adanya pertentangan antara tanggungjawab yang dimilikinya sebagai ibu rumah tangga serta tugasnya dalam menghidupi keluarga. Sementara tidak memiliki tempat untuk mencurahkan segala kerumitan yang ada dalam otaknya. 

Langkah-langkah Keluarga Single Parent dalam Mendidik Anak

Saya kutip dari tulisan Bapak M.Asngad Rudi Sunhaji dalam artikel saluran publik, bahwa:

"Mendidik itu menumbuhkan sayap-sayap pada manusia untuk bisa terbang mengarungi jagat kehidupan seluas-luasnya, bukan malah sebaliknya, mematikan urat-urat sayap hingga tidak berhasil tumbuh. Lebih parah lagi, malahan mematahkan sayap-sayap yang sudah terbentuk pada anak. Mendidik itu membebaskan untuk terbang setinggi-tingginya bukan melumpuhkan."

Sumber gambar: pngTree
Sumber gambar: pngTree

Dari statement diatas, bisa saya ambil catatan bahwa keluarga Single Parent  bisa mendidik anak-anaknya, antara lain dengan cara:

1. Menanamkan nasihat-nasihat yang berguna untuk masa depan, menjaga perkataan dan perbuatan dengan memberikan contoh yang dilakukan keluarga single parent perempuan/laki-laki.

2. Memberikan motivasi kepada Anak untuk karier masa depannya, dimulai sejak dini hingga dewasa. Demi kesuksesan karier dalam hidup anaknya.

3. Menuruti dan menfasilitasi sarana dan prasarana demi tumbuh kembang bakat minat anak yang positif. Mengarahkan serta mengajak diskusi dengan membicarakan tujuan dan maksud apa yang didapat daru bakat/minat anak yang dilakukan.

4. Memberikan perhatian di setiap saat baik dari jarak jauh maupun jarak dekat. Bicara perhatian lebih pada sikap dan batin dari keluarga single parent. Memberikan perhatian bukan berarti memanjakannya, tetapi lebih pada sikap memantau atau mengarahkan kegiatan-kegiatan anak jikalau tidak sesuai syariat (hukum) agama.

5. Mengontrol kegiatan anak. Tidak perlu dengan kata-kata kasar atau umpatan-umpatan yang tidak jelas, hanya menuruti keinginan atau pola pikir keluarga single parent saja. Hal ini bisa melumpuhkan otak anak. Jadi, cukup dengan mendekatinya dengan cara lahiriyah atau batiniyah. Cara lahiriyah yaitu jika dia mau diajak ngobrol, silakan diajak ngobrol, diskusi untuk menemukan solusi dari segala aktifitas yang anak lakukan. Jika anak cenderung introvert (diam) bisa dengan cara batiniyah yaitu keluarga sigle parent perempuan/laki-laki cukup diam memantau dari jauh dan berdo'a yang baik-baik untuk anaknya (selalu berfikiran positif terhadap tindak tanduk anaknya). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun