Mohon tunggu...
Lilis Cahyati
Lilis Cahyati Mohon Tunggu... Guru - Pengajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bersilaturahmi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Degradasi Moral Remaja dalam Globalisasi

29 Agustus 2022   16:00 Diperbarui: 29 Agustus 2022   16:12 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masalah yang Dihadapi Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dalam Degradasi Moral Remaja  dan Globalisasi

Perilaku manusia dari tahun ke tahun selalu mengikuti perubahan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), oleh karenanya pembaharuan pendidikan harus senantiasa dilakukan untuk menyesuaikan pola yang sesuai bagi para penerus bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan masa depan bangsa. 

Dahsyatnya berbagai pengaruh yang mampu meracuni perilaku siswa baik positif atau negatif dapat berkembangan dengan cepat karena adanya campur tangan media sosial yaitu merupakan salah satu dampak dari kemajuan IPTEK.

Pendidikan dapat dilakukan di mana saja yaitu lingkungan masyarakat, rumah, dan sekolah. Di dalam masyarakat pendidikan diberikan melalui pergaulan yang baik sesuai norma berlaku yaitu baik berupa etika, toleransi, tolong-menolong, dan sebagainya. Sehingga seseorang dapat diterima dengan baik dilingkunganya dengan nilai yang baik pula.

Adapun pendidikan yang diberikan dalam keluarga sangat penting yaitu  dimulai dari bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menyatakan keinginan dan perasaan, menyampaikan pendapat, bertutur kata, bersikap, berperilaku, bagaimana menganut nilai-nilai tertentu sebagai prinsip dalam hidup, serta bimbingan dan contoh perilaku dari orang tua.

Pendidikan dimulai dari dalam keluarga karena tidak ada orang yang tidak dilahirkan dalam keluarga. Sebelum anak memasuki usia sekolah, keluarga yang memainkan peran penting dalam pendidikan sebagai peletak dasar.

Pendidikan sekolah merupakan perpanjangan tangan dari pendidikan keluarga karena guru di sekolah sebagai pengganti orang tua di rumah. Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu dalam hal kognitif maupun ahklak. Adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa serta penyerapan materi pelajaran merupakan beberapa contoh penerapan pendidikan yang dapat dilakukan oleh sekolah. 

Guru selaku salah satu fasilitator dalam pendidikan merupakan harapan bagi bangsa untuk mampu menciptakan bibit-bibit unggul penerus bangsa. Guru sebagai perpanjangan tangan bangsa dalam menciptakan tiang penyangga kekokohan bangsa harus bekerja keras membangun akhlak dan moral anak bangsa.

Namun, guru bukanlah makhluk sempurna, artinya guru harus selalu melakukan pembaharuan pengetahuan dalam rangka menyesuaikan perilaku siswa yang dipengaruhi oleh IPTEK agar mampu menangani apa yang menjadi permasalahan siswa. 

Regenerasi pengetahuan mengenai pendidikan harus terus dilakukan oleh guru terutama guru pendidikan pancasila dan kewarganegaraan karena moral dan jiwa berkebangsaan sebagai acuan dalam pembelajarannya.

Pembentukan konsep pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang baik akan mampu memberi pengaruh besar bagi kekokohan dan majunya suatu bangsa, karena bangsa yang baik adalah bangsa yang selalu ingin maju dan warga negaranya mampu menunjukkan moral yang baik. 

Derasnya permasalahan yang dihadapi bangsa harus mampu dijelaskan oleh guru kepada para siswa tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik dan penanganan yang dapat dilakukan sebagai anak bangsa Indonesia.

Siswa dalam usia remaja (SMA) diharapkan mampu belajar dan menciptakan rasa cinta tanah air yang dicerminkan melalui perilaku yang baik sebagai pelajar.

Remaja sebagai individu yang sedang berkembangan dengan emosi yang labil, harus mampu belajar dan mencari jati diri yang baik sehingga mampu berguna bagi bangsa dan dirinya sendiri. Guru yang mengajar siswa pada usia remaja, harus mampu menyiapkan berbagai alasan dan cara untuk membantu siswa mengatasi degradasi moral.

Degradasi moral berarti kemunduran atau kemerosotan moral.

Globalisasi sebagai era yang memungkinkan setiap individu dapat terhubung dan saling bertukar informasi dimanapun dan kapanpun melalui media elektronik maupun cetak, dapat menimbulkan berbagai dampak segi positif dan negatif. Salah satu dampak yang menimbulkan efek negatif adanya degradasi moral remaja. 

Banyaknya informasi yang mampu diterima, jika yang menerima tidak memiliki benteng diri yang baik akan salah mengambil sikap sehingga dapat menimbulkan degradasi moral.

Globalisasi sebagai dampak dari perkembangan jaman, harus mampu di jembatani sebagai salah satu cara untuk memajukan peradaban. Manusia sendiri yang mampu melakukannya. 

Adapun cara yang dapat dilakukannya dengan menyaring segala hal yang diterima, jadi jangan menelan mentah-mentah informasi yang diterima. Informasi yang diterima harus mampu diolah dan dipilah mana yang harus disingkirkan dan mana yang dapat diteruskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun