Mohon tunggu...
Lilis Saputri Handayani
Lilis Saputri Handayani Mohon Tunggu... -

life must go on.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Zaman Menuntut Pendidikan Melakukan Inovasi

28 Desember 2010   09:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:18 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah pendidikan kita semakin kompleks. Pada umumnya, pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta didik. Peserta didik merupakan pribadi yang bersifat unik, terintegrasi, dan terorganisasi yang meliputi semua jenis tingkah laku individu, yang membedakan dengan individu lain. Peserta didik perlu diperlakukan secara utuh dan holistik sebagai manusia-manusia pembelajar yang akan menyerap pengalaman sebanyak-banyaknya melalui proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu, kelas harus mampu menjadi “magnet” yang mampu menyedot minat dan perhatian peserta didik untuk terus belajar, bukan seperti penjara yang mengurung kebebasan mereka untuk berpikir, berbicara, berpendapat, mengambil inisiatif, atau berinteraksi.

Otak berkembang dengan caranya sendiri dan beroperasi secara simultan pada banyak tingkat kesadaran. Proses pembelajaran sangat terkait dengan kerja otak kanan dan otak kiri. Ada banyak gaya pembelajaran saat ini. Dua hal penting dalam membangun sebuah pendekaatan gaya pembelajaran berbasis kemampuan otak yang sukses adalah memberikan berbagai pendekatan berbeda-beda dan menawarkan pilihan serta variasi. Untuk itu diperlukan suatu inovasi pembelajaran.

Inovasi pembelajaran erat kaitanya dengan kata “invention” dan “inovation”. Invention adalah penemuan sesuatu yang bebar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Invention diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, dan hal-hal yang sudah ada, tetapi wujudnya benar-benar baru. Sedangkan inovation merupakan suatu ide, barang, kejadian metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri. Maka inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku dan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar pada esensinya dilakukan oleh semua makhluk hidup, mulai dari bentuk kehidupan yang paling simpel sampai dengan yang paling kompleks. Hakekat belajar merupakan kebutuhan manusia yang paling esensial untuk mencapai kemampuan, ketrampilan, ketentraman, kebahagian menjalani sendi hidup dan kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Dengan belajar pula manusia dapat memenuhi hajatnya tergantung pada tingkat kerumitanan jenis kehidupan yang dialami makhuk tersebut. Manusia, sebagai makhluk yang paling unik, melakukan kegiatan belajar dengan cara dan sistem yang unik pula.

Pebelajar adalah syarat utama adanya proses belajar. Atau dengan kata lain, tanpa pebelajar ( orang yang belajar ), tidak mungkin proses belajar akan terlaksana. Dalam belajar dibutuhkan suatu teori belajar, karena teori belajar berkaitan dengan situasi belajar itu sendiri. teori belajar adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang menetapkan kaitan sebab akibat diantara variabel yang saling bergantung agar terjadi suatu perubahan tingkah laku yang relative permanen dalam jangka waktu yang cukup lama sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.

Secara umum teori belajar dikelompokkan menjadi empat aliran, yaitu teori behavioristik, teori kognitif, teori konstruktivisme, dan teori humanisme. Teori behavioristik lebih menekankan pada kualitas manusia dari aspek kinerja atau perilaku yang dapat dilihat secara empirik. Proses pembelajaran menurut teori behavioristik adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa

Teori kognitif lebih menekankan pada bagaimana proses atau upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Pada teori ini, lebih ditekankan tentang aspek kemampuan individu untuk merespon stimulus yang datang pada dirinya. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan dirinya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku yang nampak.

Menurut teori konstruktivisme, belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator atau moderator, hanya berperan untuk memberdayakan seluruh potensi siswa agar siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran. Artinya guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, karena proses pembelajaran seperti ini akan membuat siswa cenderung pasif, statis, dan tidak memiliki kepekaan dalam memahami persoalan. Pada teori ini, siswa harus berperan aktif, kreatif dan kritis. Sehingga sebelum menyampaikan materi guru harus mengetahui kemampuan awal siswa, jangan sampai siswa belajar berawal dari pemahaman yang kosong. Siswa dipahami sebagai pribadi yang memiliki kebebasan untuk membangun ide atau gagasan tanpa harus diintervensi oleh siapa pun, siswa diposisikan manusia dewasa yang sudah memiliki modal awal pengetahuan.

Sedangkan menurut teori humanisme tidak serta merta mampu menciptakan peserta didik menjadi sosok yang ideal, tetapi masih perlu didukung dengan berbagai hal, baik yang bersifat perangkat keras dan perangkat lunak, baik yang bersifat sumber daya manusia, maupun sumber daya material. Konsekuensinya dalam pembelajaran harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang menyebabkan manusia memiliki kebebasan untuk beraktualisasi, kebebasan untuk berpikir alternatif, dan kebebasan untuk menemukan konsep dan prinsip. Teori humanisme berpendapat bahwa teori belajar apapun, sarana dan prasarana apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai kesempurnaan hidup bagi manusia dengan indikasi kemampuan aktualisasi diri, kualitas pemahaman diri, serta kemampuan merealisasikan diri dalam kehidupan yang nyata.

Setiap teori pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Untuk itu setiap kekurangan itu dapat dilengkapi dengan munculnya teori- teori baru dan menimbulkan pergeseran teori pembelajaran. Pergeserantersebut meliputi teori koneksionisme menuju kognitivisme, pergeseran teori kognitivisme menuju teori kontruktivisme, dan pergeseran teori kontruktivisme ke humanisme. Namun pada dasarnya, setiap teori pembelajaran memiliki tujuan yang sama yaitu mewujudkan pendidikan yang mampu mencetak peserta didik agar dapat bersaing dan terus mengikuti perkembangan zaman.

Selain itu pendidikan juga diharapkan mampu menjadikan anak berpikir kritis, kreatif, dan problem solver. Berpikir kritis merupakan kemampuan menganalisa terhadap stimulus yang datang. Untuk menjadikan anak kritis dapat dilakukan dengan memperbanyak interaksi dari peserta didik, memperbanyak umpan balik, melakukan proses pembelajaran yang bersifat menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Pendidik juga dapat memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional, serta mengimbanginya dengan meningkatkan perkembangan bahasa peserta didik.

Berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk menghasilkan gagasan baru yang inovatif, berdaya guna, dan memiliki maksud dan tujuan. Untuk menjadikan anak berpikir kreatif dapat dilakukan dengan membangun kepribadian, menumbuhkembangkan motivasi, mengendalikan proses pembentukan anak kreatif yang meliputi persiapan waktu, tempat, fasilitas dan bahan yang memadai, mengatur kegiatan, dan memelihara iklim kreatif agar tetap terpelihara, serta mengevaluasi hasil dari berpikir kreatif.

Pengalaman sangat diperlukan dalam kemampuan pemecahan masalah. Untuk menjadikan anak problem solver dapat dilaksanakan pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisa. Selain itu juga dapat menggunakan sumber pembelajaran yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran melibatkan semua unsur yang ada pada tubuh, terutama otak yang bertindak sebagai pos perjalanan dari stimulus yang datang. Otak manusia dewasa memiliki berat sekitar satu setengah kilogram. Bagian terbesar yang merupakan porsi terbesar dari otak (80 persen) disebut cerebrum (otak besar). Cerebrum bertanggung jawab atas fungsi-fungsi berpikir tingkatan tertinggi dan pengambilan keputusan. Pembelajaran dimulai pada tingkat sel mikroskopik. Unit fungsional dasar dari sistem saraf, yaitu neuron bertanggung jawab atas pemrosesan informasi yang disempurnakan melalui konversi sinyal-sinyal kimiawi menjadi sinyal elektrik dan kemudian kembali lagi. Dengan kata lain, pembelajaran melibatkan kelompok-kelompok atau jaringan-jaringan neuron. Neuron yang berfungsi normal secara terus menerus menyalakan, mengintegrasikan dan mengolah informasi di sepanjang celah mikroskopik yang disebut sinapsis, yang menghubungkan antara satu sel dengan sel lainnya.

Pada setiap tahap perkembangan, sejumlah gen tertentu dipengaruhi oleh faktor lingkungan tertentu. Kesiapan anak untuk belajar adalah masa puncak yang dapat mengoptimalisasikan selera anak untuk belajar, khususnya pembelajaran yang berhubungan dengan bahasa, musik, dan perkembangan motorik. Gen tidak membentuk pola pembelajaran, namun dapat merepresentasikan resiko atau kesempatan yang diperkaya. Contohnya yaitu, apabila seorang anak yang dilahirkan dengan gen seorang yang jenius, tetapi dibesarkan pada lingkungan yang tidak diperkaya, maka kesempatan untuk menjadi seorang yang jenius menjadi rendah, begitu juga sebaliknya. Di sisi lain, pengalaman-pengalaman menyenangkan, menstimulasi pelepasan kimiawi yang dapat mengembangkan pengalaman pembelajaran. Karena pada dasarnya faktor yang mempengaruhi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 7, yaitu pra pembelajaran, pengalaman, sifat temperamen(emosi), gen, nutrisi, teman, dan disfungsi otak.

Inovasi pembelajaran sangat diperlukan untuk kemajuan proses pembelajaran dikarenakan pembelajaran saat ini akan terus mengikuti perkembangan zaman. Sama seperti belajar yang berlangsung secara terus-menerus dan seumur hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun