Mohon tunggu...
Lilis Saputri Handayani
Lilis Saputri Handayani Mohon Tunggu... -

life must go on.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendorong Anak Berpikir Kritis, Kreatif, dan Problem Solver

30 November 2010   01:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:11 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Otak manusia memiliki bagian yang berbeda-beda dalam menjalankan fungsinya, yaitu untuk berpikir, emosi, kreativitas, pemecahan masalah dan lain-lain. Kerja otak juga dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman. Otak dapat bekerja secara baik apabila berada dalam lingkungan yang kondusif. Pengalaman juga akan mendorong anak dalam berkembang. Pendidikan yang ada sekarang ini dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan otak anak sesuai dengan taraf atau tingkat perkembangannya.

Untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut diperlukan suatu upaya yang mampu mendorong anak untuk berpikir kritis, kreatif, dan problem solver (pemecahan masalah).

1.Menjadikan anak berpikir kritis.

Berpikir kritis merupakan suatu tindakan yang tanggap terhadap suatu respon atau stimulus yang datang. Stimulus-stimulus tersebut akan terikat menjadi satu secara simultan, dan akan menimbulkan umpan balik terhadap stimulus tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali stimulus yang datang dari lingkungan. Apalagi dalam dunia pendidikan yang memandang segala sesuatu dari semua aspek kehidupan, tentunya akan memperbanyak stimulus yang datang. Setelah stimulus-stimulus itu datang, lalu apakah yang harus kita lakukan?? Jawabannya mudah...yaitu merespon dari setiap stimulus. Terkadang tanpa disengaja kita memperlambat kemampuan berpikir kritis, dan kecepatan berpikir kita. Hal ini disebabkan oleh kurangnya atau terlalu lamanya umpan balik yang kita berikan tarhadap hal yang kita pelajari. Contohnya yaitu saat pebelajar diberi tugas atau pekerjaan rumah oleh guru (pembelajar), sering kali pebelajar menunda-nunda untuk menyelesaikan tugas tersebut. Sehingga kemampuan berpikit kritis otak kita juga akan menurun. Jadi untuk menciptakan pendidikan yang mampu menjadikan anak berpikir kritis dapat dilakukan dengan memperbanyak umpan balik yang diberikan terhadap stimulus yang diterima.

2.Menjadikan anak kreatif.

Selain menjadikan anak berpikir kritis, pendidikan juga harus mampu menjadikan anak kreatif. Kretivitas anak tidak datang secara tiba-tiba, tetapi memerlukan proses dan kerja keras. Potensi yang ada dalam diri anak akan terlihat dan berkembang apabila digali dan dilatih. Jadi potensi dan latihan berkembang secara beriringan dan saling mempengaruhi. Orang yang kreatif belum tentu cerdas, begitu juga sebaliknya orang yang cerdas juga belum tentu kreatif. Tetapi kecerdasan juga mempengaruhi kretivitas. Seseorang yang memiliki kreativitas tetapi tidak pada basicnyanya juga tidak akan berhasil. Kreatif berkaitan dengan alat kognisi. Seseorang yang memiliki sikap kreatif biasanya berani mengambil resiko, coba-coba, dan bereksplorasi. Produk kreatif adalah hasil kerja, kadang muncul tanpa planing atau tiba-tiba atau tidak melalui tahapan kreatif. Agar kreativitas seorang anak dapat terbentuk, pendidikan dapat mengupayakan model pembelajaran yang bermacam-macam atau bervariasi. Atau dapat juga dengan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan atau gaya belajar anak didik.

3.Menjadikan anak problem solver.

Pemecahan masalah juga salah satu bentuk dari kerja otak manusia. Kemampuan memecakhan masalah dipengarui oleh banyak faktor, termasuk pendidikan. Pengalaman sangat diperlukan dalam kemampuan pemecahan masalah. Memecahkan masalah akan melatih mental dan fisik kita untuk lebih baik. Mendorong kemampuan memecahkan masalah sangat dibutuhkan, banyak cara untuk melakukannya. Kita dapat menggunakan sumber pembelajaran yang ada dalam kehidupan sehari-hari sebagai contoh. Jadi kita tidak hanya melatih dan mengajar, tetapi juga menumbuhkan otak agar lebih baik. Selain itu latihan mental juga dapat dilakukan dengan permainan otak, mengisi teka-teki silang, dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun