Amokrane Sabet, sumber: facebook.com
Amokrane “Kiane” Sabet mungkin nama yang tidak asing bagi komunitas MMA (Mix Martial Art). Bagi masyarakat kebanyakan, dia bukan siapa-siapa, alias nggak ada yang kenal. Dan kini, namanya mulai dikenal bukan saja oleh warga Indonesia, tapi beberapa harian internasional juga mengangkat berita tentang dia, hanya saja bukan berita tentang prestasi. Tetapi berita kematian.
Saya tidak kenal dia. Saya hanya pernah ketemu 2 kali dengan dia di tempat umum di Bali. Dan begitu dia pergi, senyum lega merekah di bibir pegawai di tempat-tempat tersebut. Di tempat-tempat tersebut, Amokrane nampak menonjol; tinggi, besar, amat berotot, penuh tato, suara menggelegar, namun yang dibicarakan ... apa yang dibicarakannya?
Dia bicara seakan-akan berkhotbah. Bukan pembicaraan seputaran politik atau liburan, hal yang umum dibicarakan bule-bule disini. Dan yang diajak bicara, juga bukan kawan atau apa. Dia juga turis asing yang kebetulan ada disitu, jadi betul-betul orang yang tidak kenal.
Kasar, urakan, suaranya keras. Tiga hal itu saja bisa membuat tamu di blacklist lho, apalagi Amokrane yang kata penggiat wisata di kawasan Canggu suka iseng kepada tamu asing, memprovokasi tamu, tidak membayar servis (makan/minum). Waduh! Gawat ini.
Dan perlakuan itu tentunya sangat meresahkan baik tamu asing dan penggiat pariwisata. Sampai akhirnya mereka membuat laporan kepada Kepolisian, yang mana oleh Polisi dibuatkan surat pemanggilan yang tidak digubris, bahkan disobek-sobek oleh Amokrane.
Dan hari ini, di dinding Facebook saya, ramai berita tentang kematian Amokrane. Pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 10.39 WITA telah berlangsung upaya paksa terhadap Amokrane Sabet, warga Negara Perancis yang bertempat di Banjar Tegal Gundul, Canggu, Bali.
Dalam kesempatan itu hadir Kapolsek Kuta Utara, Kabid Penindakan Imigrasi, beberapa anggota Brimob, dan seorang penerjemah. Rupanya, untuk Amokrane hal itu membuat emosinya naik sampai dia mengambil pisau dan mengejar seorang angora Polisi.
Polisi segera melepaskan tembakan peringatan, tapi Amokrane sudah berhasil menyabet seorang anggota Polisi yang langsung dilarikan ke Rumah Sakit Balimed, Denpasar. Amokrane sendiri mendapat timah panas yang membuatnya meninggal dunia. Anggota Polisi yang diserang Amokrane tadi akhirnya juga meninggal.
Lagi-lagi dari Facebook, tanggapan wisatawan asing terhadap peristiwa ini terbagi. Ada yang merasa senang, ada yang menyayangkan, ada yang mengutuk. Ini bukti bahwa orang asing juga nggak asal dukung sesama mereka. Yang senang bilang, akhirnya Bali terbebas dari teror Amokrane. Yang menyayangkan bilang ,kenapa malah harus mati? Yang mengutuk bilang Amokrane itu sedikit sakit jiwa akibat kerasnya dulu dia bertarung, dia harus diobati dan bukan ditembak mati. Yang mendukung bilang itu wajar karena di semua negara kalau ada yang menyerang Polisi yang bertugas, jelas akan dihajar balik.
Ini kejadian pertama di Bali dimana seorang warga asing ditembak mati, tapi karena dia melawan dan berbahaya. Kalau dia sehat dan waras saja bahaya, apalagi kalau sakit jiwa. Eh salah, kalau sehat dan waras tentunya dia nggak akan berbuat onar dong ya?
Beberapa bule yang kenal dengan Amokrane bilang kalau dia sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Ya, dalam setiap manusia pasti ada sisi baik dalam sifat paling buruk pun. Tapi untuk mereka yang bilang kalau Amokrane harus dirawat, kata saya siapa yang mau ngerawat? Situ mau? Udah pernah ketemu orangnya nggak sih? Baru ketemu sama dia aja ngeper, apalagi mau merawat. Ngajak dia omong baik-baik aja diusilin.
Di situs berita, banyakan orang Indonesia mulutnya nggak dijaga banget. Tidak menghormati Amokrane sebagai manusia, tapi sebagai biang kerok. Banyak yang nyukurin, banyak yang nyumpahin. Saya tidak tega membacanya. Mereka tahu aja kagak, asbun aja komennya.
Indonesia itu baik, siapapun dibolehin masuk. Termasuk tamu yang agak sedikit sakit jiwa ini, eh, banyak ding. Orang-orang megalomaniak yang sok kaya, misalnya. Kalau soal sakit jiwa, siapa yang bisa mendeteksi coba, orang penampilan juga sama gitu-gitu aja. Matanya juga putih item, nggak merah kayak di sinetron.
Amokrane Sabet, sangat disayangkan. Saya merinding sekali menyadari bahwa hari ini adalah hari terakhir mereka di dunia, Amokrane dan Pak Polisi yang diserangnya itu. Tapi buat saya ini adalah hasil yang tidak terelakkan. Amokrane seakan anjing gila, dan anjing gila bisa melukai siapa saja. Dan masih untung yang datang Polisi. Kalau yang datang ormas, bisa jadi lebih ngeri.
Semoga Bali Damai selalu.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H