Mohon tunggu...
liliputbuntek
liliputbuntek Mohon Tunggu... -

Soul searching..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Nostalgia Telepon Umum

29 Maret 2016   11:52 Diperbarui: 29 Maret 2016   12:34 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="telepon umum buluk, sumber: brilio.net"][/caption]Ada diantara pembaca yang masih ingat dengan benda ini? Ceritanya, sewaktu saya baca-baca postingan teman di FB, salah seorang teman mengupload foto benda ini yang langsung menggelitik komen dari banyak teman yang lain. Ketawa-ketiwi, kami berbagi cerita dengan telepon umum ini. Para pembaca yang usianya seperempat abad keatas, yuuk ikut nostalgia bersama saya.

1. Cinta monyet 1

Siapa yang pernah melupakan rasa deg-degan cinta pertama? Rasanya hampir sama dengan deg-degan mau bunge jumping (kalo sekarang). Menulis nomor telepon si dia di telapak tangan, lari ke box telepon umum dan berdoa semoga tidak ada yang pakai. Raih gagang telepon yang rasanya berat, membuka telapak tangan untuk melihat nomor si doi. Lho? Karena tangan sudah keringatan duluan nomornya terhapus!

2. Cinta monyet 2 

Ketika nomor sudah di pencet dan nada sambung terdengar, setengah mati berharap si dia yang mengangkat telepon. Kalau misalnya diangkat orang lain, terutama diangkat oleh Bapaknya, rasanya kaki ini gemetaran dan suara tidak bisa keluar karena malu.

3. Request lagu ke radio

Dulu, radio sering sekali membuka line telepon untuk ngobrol dengan pendengar. Mulai dari request lagu sambil nitip salam, menjawab quiz di radio (yang ini harus lari buru-buru sambil bawa receh),  atau karaokean di radio (ada yang sengaja datang ke wartel untuk mengadu suara indahnya, mencoba berkali-kali untuk bisa nyambung ke line radio tersebut). 

Pada jaman ini, sepertinya komunitas radio saat itu hidup sekali. Mereka seakan sudah mengenal satu sama lain, baik pendengar maupun penyiar. Saling menanyakan kabar kalau yang satu tidak online,  dan sering juga mengadakan acara kopi darat yang serunya seperti acara reunian.

4.  Menambah uang saku

Siapa yang pernah mencoba menambah uang saku dari telepon umum? Gimana caranya? Yang pintar sih dikorek-korek tempat uang reject nya. Yang lebih pintar lagi, melubangi uang logam dan mengikatnya dengan benang supaya bisa ditarik lagi dan ngobrol dengan gratis.

5. Telepon ke nomor setan

Ada yang pernah iseng telepon ke nomor 666666? Atau 0888888? Nomor-nomor cantik diatas dulu popular dengan istilah ‘nomor setan’. Kalau kita telepon ke nomor itu dan diangkat, konon kita mendengar desah nafas berat, ada yang bilang dengar cewek cetawa cekikikan. Entah benar entah tidak, tapi nomor telepon setan ini sudah menjadi urban legend siswa pada jaman itu.

6.  Mengusili orang

Nah, yang biasanya diusilin itu nomor-nomor umum seperti polisi, pemadam kebakaran, restoran cepat saji, atau sekedar nomor telepon yang ada di spanduk-spanduk iklan. Iseng.

Setelah puas ketawa-ketiwi, barulah pertanyaan serius muncul. Kenapa sekarang telepon umum tergerus jaman. Yah, walaupun kita semua memang pada punya hape, tapi ada kalanya kita mendadak habis pulsa atau tidak ada sinyal. Di saat inilah telepon umum tetap kita butuhkan. Ataukah karena mental perusak anak-anak muda? Maaf, tapi banyak contoh kita lihat hampir tidak ada fasilitas umum yang kebersihan dan kelengkapan barangnya baik.

Ah, tapi itu masalah lain. Yang sekarang kita bicarakan adalah segi nostalgia dengan barang unik yang hanya ada (??) di masa lalu: telepon umum.

Salam. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun