Flexing atau memamerkan kekayaan di dunia social media menjadi trend saat ini. Selain untuk senang-senang, menunjukkan keunggulan diri sendiri, juga sering untuk menipu orang lain bila kasusnya untuk iming-iming kesempatan untuk sukses.
Sebagian besar dari kita sendiri, sebagai pemirsa, juga senang melihat mereka memamerkan kekayaan, aneh bukan? Kenapa? Karena mereka mewakili Impian kita!
Mereka seperti memberikan contoh dan "harapan" bahwa ada lho gaya hidup seperti ini, dan siapa tahu di kemudian hari kita nanti bisa seperti mereka?
Alasan kedua tentu lebih sederhana, memang barang mahal dan bagus, enak untuk dipandang mata, hehe.
Berbeda dengan Raja Daud (Mazmur 20), dia menyarankan kita untuk bermegah di dalam Tuhan. Apa artinya, bagaimana cara melakukannya?
Artinya ya sama dengan flexing tadi, memamerkan, tetap kali ini yang kita pamerkan adalah kebesaran Tuhan, kebaikan Tuhan, penyertaanNya dalam hidup kita, dst.
Cara melakukannya? Paling umum biasa lewat kesaksian perkataan, tetapi sebenarnya yang paling efektif justu melalui kehidupan kita sehari-hari.
Kehidupan yang penuh syukur bahwa semua yang kita miliki adalah anugerah dan titipan Tuhan saja, membuat kita hidup lebih sederhana. Sederhana disini bukan pelit maupun sengaja berkekurangan, tetapi memahami kapan dan apa itu rasa cukup dengan membeli barang sesuai keperluan dan fungsinya saja.
Bukan hanya barang, dimana biasanya itu yang sering dibahas orang bila membicarakan hidup sederhana, sebenarnya kesederhanaan bisa diterapkan dalam semua aspek dalam hidup kita.
Mempunyai cita-cita yang realistis, memilih beberapa teman yang baik dan berkualitas (bukan yang sebanyak-banyaknya tapi tidak jelas), mengerjakan apa yang kita mampu bukan menjejali diri sendiri dengan banyaknya "todolist" ga jelas, dan bahkan dalam berdoapun Tuhan juga mengajarkan untuk tidak bertele-tele, dimana artinya Tuhan menghargai kesederhanaan.
Seandainya terjadi sesuatu yang membuat semua hal yang kita "miliki" ini hilang, maka orang yang terlalu mengandalkan kepemilikan dan keterikatan dengan dunia akan rebah jatuh dan sulit untuk pulih kembali. Sedangkan kita yang menyadari semuanya ini hanyalah "titipanNya" belaka, akan tetap berdiri teguh dan lebih tidak merasa kehilangan.
Apa yang hilang, bila itu tidak pernah menjadi milik kita? Yang ada malah perasaan lega karena berhasil menjaga "titipanNya" sampai yang empunya kembali mengambilnya.
By @lilinkecil_net
Bacaan:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H