Seperti yang kita ketahui, orang yang Ateis adalah orang yang tidak percaya Tuhan itu ada. Mereka merasa bisa hidup tanpa Tuhan dan tidak ingin kehidupan mereka diatur-atur oleh peraturan2 keagamaan yang biasa terjadi pada orang yang berTuhan.
Pertanyaannya, lalu apakah ada perbedaan antara kualitas kebaikan/kejahatan dari orang berTuhan dan tanpa Tuhan?
ADA. Logika sederhananya :
1. Ada aturan saja dilanggar, apalagi kalo tidak ada peraturan. Semua suka-suka saya, baik-jahat adalah relativitas, maka kehidupan bermasyarakat tidak dapat terbentuk secara baik dan maksimal.Â
Manusia hanya bisa hidup dengan manusia lain karena adanya aturan, etika. Hal ini tidak dapat diganggu gugat. Memang masih ada nurani, tetapi nurani butuh penerjemah ke tindakan sehari-hari, disanalah peran agama berada. Agama membantu menerjemahkan nurani ke tindakan nyata di kehidupan sehari-hari. Agama memperkuat dan memperjelas nurani yang sudah bawaan dari Sang Pencipta sehingga manusia dapat tahu mana yang baik/jahat.
2. Saat kita bekerja, ada pengawas saja kerja masih asal-asalan, apalagi kalau tidak diawasi, hehe.
Tanpa adanya "polisi" di kehidupan kita, baik itu orang tua saat kita kecil, guru, pasangan/teman/orang lain saat kita dewasa, maka kita akan menjadi tidak terarah dan cenderung berbuat sesuka hati, dimana kecenderungan sesuka hati adalah memikirkan diri sendiri dan merugikan orang lain. Kenapa? Karena apa yang menjadi perhatian manusia selalu 99% dirinya dan kepentingan dirinya sendiri. Itu sudah hukum alam.
Memang akan selalu ada kalimat kritik seperti, buktinya orang berTuhan-pun banyak yang jahat. Nah masalahnya "banyak" ini berapa? Apakah ada yang pernah menghitungnya dengan pasti dan membandingkannya dengan orang tidak berTuhan yang jahat? Hehe.
Disinilah permainan ratio terjadi. Memang agama seringkali menjadi alasan perang dan kejahatan lain, tetapi apakah kita bisa tahu berapa korban seandainya manusia hidup tanpa aturan sama sekali? Yakin lebih sedikit?
Jangan lupa bahwa manusia memiliki nafsu untuk menguasai, untuk menang dll sebagai bagian dari hukum alam. Tanpa adanya sesuatu untuk membantu mengendalikan nafsu tersebut, sudah pasti kehidupan semakin kacau balau.
Memang saat ini mulai berkembang lagi pemikiran agnostic dimana percaya Tuhan/tidak tidak terlalu dipersoalkan kembali. Atau percaya Tuhan ada tetapi tidak percaya kepada agama. Kelihatan keren dan modern, karena agama dianggap ajaran yang tertinggal zaman.
Masalahnya percaya Tuhan ada tetapi tidak ada penertemah (agama) siapa Dia, lalu apa yang kita dapat? Tidak ada yang kita dapat, lalu untuk apa kita percaya Dia ada? Hehe, mbulet.
Meski penerjemah (agama) dan pemahaman kita terbatas, bagaimanapun tetap lebih mending daripada tidak jelas apa yang kita percaya dan kita dapat. Kita percaya Tuhan menciptakan kita dengan tujuan baik, maka kitapun cenderung akan menuju ke hal-hal yang baik.
Sederhana memang, tetapi disitulah keunggulan orang berTuhan, dia mempunyai kecenderungan (terbimbing) untuk berada di jalan yang lebih baik dan mengejar hal-hal yang lebih baik. Sedangkan orang yang tidak berTuhan, akhirnya dia juga kebingunan sendiri memaknai jalan dan tujuannya dalam hidup ini, karena mengejar kebaikan/kejahatan tidak memiliki makna apapun dalam hidupnya.
Ingin menjadi orang yang berada di jalan kebingungan atau terbimbing? Semua adalah pilihan kita :)
By sosmed lilinkecil_net
Bacaan:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H