Selama ini kita sering menggunakan istilah hoax untuk berita-berita palsu, sebenarnya hoax terjadi hampir di segala lini kehidupan, bahkan kehidupan perorangan/pribadi kita sendiri bisa hoax alias penuh kepalsuan.
Pernahkah kita melakukan hal-hal seperti di bawah ini :
- Sengaja berteman dengan seseorang dengan motivasi untuk mendapatkan keuntungan tertentu?
- Sengaja memamerkan kekayaan, kekuasaan, kepintaran, keunggulan kita untuk menutupi kekurangan/insecurity kita?
- Berbohong, memanipulasi perkataan/kejadian, supaya kita untung?
Memang harus kita akui, saat kita dewasa, kita tidak bisa lagi berpikir dan bertindak secara murni seperti saat kita anak-anak. Logika kita mulai aktif dan semua mulai dipikirkan untung ruginya.
Pada saat kita mulai menimbang untung/rugi, menghindari kesengsaraan dan mengejar kenyamanan, maka tanpa sadar kita akan melakukan banyak hal untuk mewujudkan keuntungan bagi diri kita sendiri.
Kita melakukan banyak hal dengan bertamengkan bahwa itu semua masih “white-lie” (kebohongan kecil) dan “white-deed” (perbuatan buruk kecil) yang “menurut kita tidak merugikan orang lain.
Masalahnya apabila hal ini semakin sering kita lakukan, lama-lama kita akan menjadi “buta warna”, kita tidak lagi sadar mana yang palsu/tidak, persis dengan berita-berita yang sekarang berseliweran di internet, semua bisa dibuat benar salah sesuai dengan apa yang INGIN kita percayai.
Alhasil kehidupan kita akan semakin rumit dan jauh dari sukacita.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Daud mendefinisikan orang fasik di Mazmur 5, sebagai pembuat kejahatan, berkata bohong, penumpah darah dan penipu, tidak ada yang jujur, hati penuh kebusukan, lidah yang merayu , yang apabila kita amati secara garis besar definisi orang fasik di ayat ini adalah kehidupan yang penuh kepalsuan alias hoax.
Daud memberikan perbandingan lawan dari kefasikan, yaitu orang yang benar. Dia mengatakan bahwa orang yang benar akan bersukacita, kenapa? Karena Tuhan adalah tempat perlindungan mereka, yang menaungi, memberkati dan memagari mereka (ayat-13).
Dan yang menarik di pasal ini adalah, salah satu kebiasaan orang benar yang ada di ayat-4, yaitu mengatur persembahan bagi Tuhan di pagi hari, atau sederhananya = memulai hari bersama dengan Tuhan.
Dengan memulai hari bersama Tuhan, Tuhan akan memagari kita dari kefasikan (kepalsuan hidup), yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah dan dukacita di kemudian hari.
Sudahkan kita memulai hari bersama (ber-saat teduh) dengan Tuhan?
by sosmed @lilinkecil_net
Bacaan :
Mazmur 5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H