Tidak itu saja, tampak replika kuda yang dikendarai pahlawan nasional Pangeran Diponegoro yang ditunggangi Sekretaris DPRD Kabupaten Blora, Catur Pambudi Amperawan yang memerankan tokoh nasional ini.
Ada juga peran sebagai bangsawan Indonesia yang memihak Belanda, karena kita semua tahu musuh bangsa kita bukan hanya bangsa lain, melainkan juga dari bangsa kita sendiri.
Para tentara Indonesia serta wanita-wanita berperan sebagai Palang Merah Indonesia, yang ketika penampilan didepan panggung kehormatan semuanya melebur bergabung menjadi satu setelah sang proklamator ( yang juga diperankan oleh karyawan ) membacakan teks proklamasi.
Dengan penampilan tersebut, beberapa warga tampak memberikan komentar beragam yang positif. Salah satunya yakni adalah Yunia, warga kecamatan Blora kota tersebut mengaku terharu.
"Mewek....membayangkan perjuangan mereka jaman dulu. terbawa emosi, karena bagaimana sulitnya hidup di masa penjajahan, dan nikmatnya hidup di zaman kemerdekaan. Alfatihah buat para pejuang," ucapnya, usai melihat kembali vidio karnval yang digelar pemkab Blora, Minggu (03/09/023).
Sementara itu, salah satu staf Setwan DPRD Blora, Anna Oktaviani Prasetyo, menyatakan bahwa tema perjuangan wajib diangkat dalam perhelatan tidak hanya di karnval saja, namun juga di event lainnya.
Tentunya apa yang disampaikannya bukan tanpa alasan, sebab hal itu berawal dari keprihatinannya melihat anak-anak muda sekarang ada lebih dikenal dengan generasi z, dan termasuk anak didalam keluarganya, yang ternyata tidak tahu gambaran perjuangan di zaman penjajahan. Dan hanya mengetahuinya dari mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah maupun cerita dari mulut ke mulut, tidak pernah melihat gambaran secara langsung.
"Pada intinya saya miris lagi dengan kondisi yang terjadi, karena selama ini karnaval isinya yang penuh euforia, tari-tarian yang kayak tiktokkan, terus hanya seputar hura-hura jadi sama sekali karnaval 17-an itu nggak ada temanya," ungkapnya.
"Terus ketika saya bersantai dirumah secara spontan punya ide karnaval dengan tema perjuangan kemerdekaan Indonesia jaman dulu, dari situlah saya ngobrol, bercerita sama keluarga, terutamanya pada anak saya, saya menceritakan perjuangan jaman dulu pada anak saya, dan anak saya ternyata merespon, dengan kalimat "Oh ternyata begitu ya mah perjuangan jaman dulu (tanya salah satu anaknya). Jadi, mereka tak tahu gambaran asli dari sebuah perjuangan di zaman lalu tahunya mereka ya dari buku, kalau hanya dulu berjuang intinya seperti itu nggak tahu kalau perjuangan kemerdekaan itu seperti itu," ungkapnya kembali saat dikonfirmasi awak media ini melalui sambungan WhatsApp pribadinya.
Pihaknya juga tak menampik jika ide tersebut muncul ketika di tengah kondisinya yang tergerus oleh jaman modern digitalisasi. Dan tak hanya itu, menurutnya bahan-bahan untuk menampilkan karyanya sekwan ini, cukup mudah didapat.