Indonesia, negeri zamrud khatulistiwa. Konon katanya, negeri ini dikuasai oleh sekelompok oligarki. Praktik -- praktik korupsi, kolusi dan nepotisme kerap terjadi. Bahkan, produk legislasi seringkali justru menguntungkan para pengusaha dan tidak berpihak kepada rakyat sendiri.
Tidak hanya itu, konon, negeri ini sering mendholimi rakyat dengan berbagai tindakan anarkis. Bahkan, kerap kali aparat keamanan bekerja untuk mengamankan para pengusaha dan oligarki. Meskipun, rakyat yang harus dikorbankan. Walaupun, rakyat harus dirampas haknya.
Tapi, apakah semua itu mungkin?
Saat ini, viral pemberitaan di media tentang Proyek Strategi Nasional (PSN) di daerang rempang. Terjadi huru -- hara antara rakyat dan penguasa. Bahkan, penguasa dengan didukung oleh aparat keamanan 'mengamankan' warga setempat yang tidak bersedia untuk direlokasi. Demi apa? Demi memuluskan investasi yang datang dari negeri seberang.
Semoga berita di atas tidak benar. Saya yakin, penguasa masih punya hati. Saya yakin, penguasa menyadari, bahwa adanya mereka demi memberikan pelayanan kepada rakyat. Saya yakin penguasa akan meneladani sikap Umar bin Khattab ketika ada salah satu warga yang tidak bersedia direlokasi untuk pembangunan masjid. Khalifah Umar waktu itu, tidak melanjutkan proyek pembangunan masjid hingga warga tersebut ridho tanahnya diganti oleh Negara. Umar tidak mengusir warga tersebut. Umar juga tidak mengerahkan pasukan keamanan untuk menakut -- nakuti warga tersebut. Karena khalifah Umar sadar, rakyat memiliki hak terhadap tanah kepemilikannya. Selain itu, Umar juga sangat sadar bahwa proyek ataupun pembangunan yang dilakukan oleh Negara sejatinya demi melayani rakyatnya.
Bagaimana dengan Rempang? Dari rempang, kami rakyat Indonesia menyemai harapan. Semoga penguasa kita adalah penguasa yang adil, bijaksana, amanah dan memiliki kecintaan yang tinggi kepada rakyatnya. Toh, kalaupun ada investasi yang menguntungkan Negara, bukankah semua itu akan dikembalikan kepada rakyatnya?
Wallahua'alam bish showab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H