Lilik Sriwiyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Prodi Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, Universitas Airlangga, Surabaya
Saat ini, penyakit jantung dan pembuluh darah atau penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia. WHO menyebutkan bahwa setiap tahunnya kematian akibat penyakit kardiovaskular mencapai lebih dari 17,8 juta. Kematian di Indonesia akibat penyakit Kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk per tahun, yang terdiri dari stroke 331.349 kematian, penyakit jantung koroner 245.343 kematian, Penyakit jantung hipertensi 50.620 kematian, dan penyakit kardiovaskular lainnya (Institute for Health Matrics and Evaluation, 2019).
Tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang. Perilaku tersebut merupakan salah satu kontributor utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) serta berpotensi mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death.
Manifestasi yang sering dialami oleh pasien dengan iskemia miokard umumnya adalah nyeri yang dirasakan pada dada, di dekat sternum, namun juga dapat dirasakan di lain tempat dekat epigastrium hingga ke rahang bawah maupun gigi bawah, di antara belikat atau di lengan hingga pergelangan tangan dan jari-jari. Rasa tidak nyaman sering dideskripsikan seperti ditekan, sesak, maupun terasa berat, terkadang terasa seperti dicekik, diikat kuat, atau rasa terbakar.Â
Beberapa pasien tidak merasakan rasa tertekan maupun nyeri seperti yang dideskripsikan sebelumnya. Sesak napas dapat diikuti dengan angina dan rasa tidak nyaman pada dada juga dapat diikuti gejala-gejala lain yang lebih tidak spesifik seperti fatigue, rasa mau pingsan, mual, terbakar, gelisah, maupun rasa seperti mau mati.Â
Sesak napas dapat merupakan gejala adanya APS dan terkadang sulit dibedakan dari sesak napas yang berasal dari penyakit bronkopulmonal. Gejala umumnya diperberat dengan peningkatan intensitas aktivitas seperti jalan menanjak atau saat udara dingin, dan cepat hilang dalam hitungan menit jika faktor-faktor ini dihentikan atau dihilangkan.
Perlu pemahaman yang baik terkait manifestasi pasien dengan PJK supaya masyarakat dapat mengantisipasi dan melakukan tindakan sesegera mungkin jika menemui manifestasi yang sama. Tidak jarang pasien datang ke layanan kesehatan sudah dalam kondisi yang cukup berat sehingga perlu penanganan yang lebih, kemungkinan buruk yang terjadi saat pasien datang ke layanan kesehatan sudah dalam kondisi berat adalah jiwa pasien tidak dapat diselamatkan.
Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penyebab, manifestasi, penanganan maupun pencegahan terjadinya PJK diperlukan peran dari perawat berupa pemberian edukasi kesehatan. Upaya pencegahan PJK dapat dilakukan oleh pasien dan dengan dukungan oleh keluarga. Keluarga memegang peranan yang cukup penting dalam pencegahan terjadinya PJK atau mencegah kekambuhan atau perburukan kondisi bagi pasien yang sudah mengalami PJK. Maka dari itu edukasi yang diberikan oleh perawat perlu disampaikan kepada pasien beserta keluarganya.
Salah satu teori keperawatan terkait Unitary Human Beings telah dicetuskan oleh Martha E. Rogers. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi pengkajian, intervensi, dan pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep pemahaman manusia/individu seutuhnya. Menurut teori Roger perawat mampu melakukan asuhan keperawatan dengan cara yang lebih holistik.Â
Kapan pasien yang tampak gelisah, perawat menggunakan teknik relaksasi, kapan pasien yang tidak stabil atau mengalami krisis, perawat berusaha untuk bersikap tenang, berpikir positif saat bertindak, serta memiliki kesempatan memberikan perawatan yang nyaman pada pasien yang menghadapi kematian.Â