Mohon tunggu...
Lilik Nuzuliana
Lilik Nuzuliana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sedang melaut di samudra sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret. Mari saling bertaut melalui media sosial @sebongkahkata.ln (instagram). Terima kasih :)))

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pergeseran Makna Istilah "Semongko" Secara Semantik

12 Desember 2020   16:30 Diperbarui: 18 Januari 2021   13:48 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga Indonesia layak untuk berbangga diri dengan perkembangan bahasa nasionalnya, bahasa Indonesia. Perlu diakui bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang cukup produktif. Hal ini lazim dengan jumlah penutur ratusan juta jiwa yang menjadikan bahasa Indonesia cukup produktif dengan istilah-istilah populer baru.

Istilah populer tersebut sering kali datang dari generasi milenial atau generasi yang lahir sekitar tahun 1980-an hingga 2000-an yang cukup melek teknologi. Kepo, gabut, mager, baper, caper, santuy, anjir merupakan beberapa contoh yang membuktikan produktivitas bahasa Indonesia oleh generasi muda.

Selain produktivitas bahasa yang memunculkan makna baru seperti contoh di atas, produktivitas lain juga tampak dalam pergeseran makna. Pergeseran makna kata tersebut meliputi perluasan, penyempitan, penghalusan, pengasaran, dan perubahan makna.

Fenomena perubahan atau pergeseran makna yang terjadi pada sebuah kata atau istilah merupakan salah satu fenomena kebahasaan yang lumrah terjadi pada masa kini. Dilihat dari sisi sinkronis, sebuah kata atau leksem tidak akan mengalami perubahan pada maknanya.

Namun, hal sebaliknya akan terjadi apabila dilihat dari sisi diakronis. Dalam kurun waktu yang singkat, makna sebuah kata tidak akan mengalami perubahan, tetapi sebuah kata atau leksem berkemungkinan untuk mengalami perubahan makna dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal tersebut tidak sepenuhnya terjadi di tiap kosakata dalam suatu bahasa, hanya kosakata tertentu saja yang mengalaminya.

Abdul Chaer (2012: 311-313) dalam bukunya yang berjudul “Linguistik Umum” menyatakan bahwa terdapat lima faktor yang memengaruhi terjadinya perubahan atau pergeseran makna pada sebuah kata atau leksem tertentu. Di antaranya adalah perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, sosial budaya, pemakaian kata, pertukaran tanggapan indra, dan adanya asosiasi.

Salah satu perkembangan bahasa yang cukup populer belakangan ini terdapat dalam jargon Tarik Sis, Semongko!. Beberapa waktu terakhir berbagai media sosial Indonesia ramai dengan jargon Tarik Sis, Semongko!. Bahkan, beberapa artikel menyebutkan bahwa jargon tersebut viral hingga ke mancanegara.

Mengulas dari laman faktualnews.co, jargon Tarik Sis, Semongko! ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2005-2006 lalu berkat diperkenalkan oleh orkes dangdut Om Sera. Namun, jargon ini kembali muncul hingga viral ketika dibawakan oleh Ridho Soleh asal Banyuwangi, Jawa Timur. Ridho Soleh sendiri berharap istilah semongko dapat dimaknai sebagai semangato sampe tua (semangatlah sampai tua) oleh masyarakat.     

Sebenarnya, kata semongko dalam bahasa Jawa berarti buah semangka. Kata tersebut kemudian mengalami pergeseran makna setelah viral beberapa waktu lalu. Makna semongko dalam jargon ini sangat menarik apabila dikaji secara semantik.

Semantik secara sederhana adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna kata. Dalam artikel ini penulis akan membahas mengenai makna kata semongko dalam jargon Tarik Sis, Semongko!.                                                                                                        

Guna memperkuat penulisan sederhana ini, penulis telah melakukan penelitian melalui kuesioner beberapa waktu lalu. Dari 46 responden yang berpartisipasi dalam kuesioner ini, 78,3% menyatakan sering mendengar atau melihat di media sosial istilah semongko sejak viral hingga saat ini.

Selain itu, sebanyak 65,2% responden  mengaku bahwa mereka sesekali juga menggunakan kata semongko ini dalam kesehariannya. Meski menggunakan istilah tersebut dalam kesehariannya, 39,1% responden tidak mengetahui makna semongko yang sebenarnya. Mereka hanya mengetahui bahwa istilah semongko merupakan sebuah ajakan untuk bernyanyi dan berjoget.

Persentase responden yang menjawab semongko berarti semangato sampek bongko atau semangatlah sampai tua sebesar 41,3%. Lalu, jumlah persentase responden yang menjawab semongko sama dengan kata sumangga atau kata plesetan untuk mempersilakan hanya sekitar 19,6%.

Dalam ilmu semantik, istilah semongko ini mengalami perkembangan bahasa berupa pergeseran makna. Faktor yang memengaruhi pergeseran makna tersebut adalah adanya proses asosiasi. Proses asosiasi adalah adanya hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu yang lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran itu.

Secara sederhana dapat dikatakan apa yang diucapkan atau diujarkan berlainan makna dengan apa yang tergambarkan atau terdefinisikan oleh pikiran seseorang (Chaer, 2012: 313).

Sama halnya dengan istilah semongko pada saat ini. Istilah semongko sendiri berbeda maknanya dengan istilah semangka atau semongko (bahasa Jawa) pada umumnya, tergantung pada konteks kalimatnya. Hal tersebut akan lebih mudah dipahami dalam contoh berikut.

  • Ibu memotong buah semangka.
  • Semongko meski kuliah daring karena Corona.

Contoh (1) secara denotasi dalam KBBI semangka diartikan sebagai tumbuhan menjalar, buahnya bulat dan besar, berwarna hijau dan halus, daging buahnya berwarna kuning, atau merah banyak mengandung air dan manis, ada yang berbiji dan ada pula yang tidak berbiji; (ke)mendikai; tembikai.

Akan tetapi, pada contoh (2) makna kata semongko akan berbeda dalam konteks kalimat yang cenderung memiliki makna konotasi berupa ‘pemberian semangat’. Kedua contoh kalimat tersebut sama-sama tidak akan berterima apabila semangka dan semongko saling bertukar posisi. Hal inilah yang disebut sebagai asosiasi dalam ilmu semantik.

Makna istilah semongko yang seharusnya memiliki referensi pada suatu buah tertentu, justru akan berubah makna dan akan mengacu pada sebuah bentuk semangat manusia. Maka sudah jelas dalam konteks ini, istilah semongko berasosiasi dengan semangat. 

Selain karena adanya asosiasi, pergeseran makna semongko juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Seperti diketahui bahwa jargon Tarik Sis, Semongko! sendiri dipopulerkan dengan menggunakan bahasa Jawa, di mana secara tidak langsung jargon tersebut juga melestarikan bahasa Jawa. Hal inilah yang yang dimaksud dengan faktor sosial budaya.

Faktor lain yang turut memengaruhi pergeseran makna dalam jargon ini adalah adanya perkembangan teknologi. Dengan adanya teknologi yang canggih dan modern serta media sosial yang beragam, membuat jargon ini dapat menyebar di kalangan masyarakat luas dengan cepat.

Selain itu, istilah semongko sendiri juga telah mengalami perubahan makna secara total yang berarti makna yang dimiliki oleh istilah tersebut, sekarang sudah berubah dan berbeda jauh dengan makna sesungguhnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah semongko dalam perkembangan bahasa Indonesia telah mengalami perubahan makna secara total yang dipengaruhi oleh adanya faktor asosiasi, sosial budaya, dan perkembangan teknologi. Perubahan tersebut bermula dari makna suatu buah tertentu menjadi makna kata penyemangat di kalangan masyarakat luas.

Makna lain dari perubahan kata ini juga ditafsirkan oleh masyarakat sebagai kata untuk mempersilakan seseorang melakukan suatu tindakan. Kendati demikian, adanya perbedaan penafsiran mengenai makna kata ini juga tidak dapat disalahkan dalam perkembangan suatu bahasa yang bersifat fleksibel.

Sumber referensi:

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta

KBBI

Faktual News

Disusun oleh: Lilik Nuzuliana, Ratry Yogi Rahmawati, Riska Oktavia, Silvi Nurcahyani (Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun