Kemajuan teknologi saat ini melaju sangat cepat bahkan lebih cepat dari kedipan mata dan telah merambah segala bidang. Di bidang elektronik, teknologi telah berhasil mengelektronisasi hampir semua kebutuhan manusia terlebih arus informasi. Melalui alat komunikasi modern berupa gadget yang didukung jaringan internet, arus informasi tak lagi dapat dibendung. Informasi dapat diakses di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Yang penting, mereka punya gadget dan ada akses internet. Dengan sedikit kemampuan mengoperasionalkan gadget, mereka dapat menjelajah apa saja mulai dari situs religi sampai situs pornografi. Hanya moralitas masing-masing yang pada akhirnya jadi kendali, mau dibawa ke mana pikiran dan rasanya, mau diisi apa otak dan hatinya.
Tak ada momen di mana  orang-orangnya tak  memainkan ibu jarinya di atas gadget di tangan. Baik dalam momen guyonan, kedinasan maupun momen sakral sekalipun tarian kedua ibu jari tak mau ketinggalan. Entah mereka sedang memberi emoticon status atau menjelajah dunia maya yang lebih dalam untuk mencari keasyikan pribadi. Begitu berartiya gadget, sampai-sampai dalam satu keluarga yang seharian berpisah untuk mencari nafkah sesampai di rumah dipisahkan oleh gadget di tangan dalam satu sofa yang diduduki bersama di depan televisi yang menyala. Mereka mungkin sedang berkomunikasi dengan sanak famili, kholeha atau sahabat nun jauh di sana tetapi teman duduk di sebelahnya dilupakan. Gadget mendekatkan yang jauh tetapi menjauhkan yang dekat.
Tak dapat dielakkan dan dipungkiri, gadget telah mengambil alih semua peran, Â mendominasi tata kehidupan, dan menjadi kebutuhan bagi setiap insan. Mereka yang menolaknya pasti ketinggalan zaman. Semua orang tanpa memandang status, jenis kelamin, usia, pendidkan, dan predikat lainnya telah menjadikan gadget sebagai bagian dari hidupnya. Sejak bangun tidur sampai tidur lagi gadget tidak lepas dari tangan, seakan mati bila tak ada gadget di tangan dan gadget baru tidak ada di tangan jika mereka benar-benar mati. Karenanya, para penyedia informasi melalui dunia maya yang bebas untuk siapa saja mereka menawarkan semua informasi tentang ekonomi, politik, budaya, agama, dan informasi apa saja yang belum tentu kebenarannya. Â
Sudah ditakdirkan, bahwa dunia ini berisi dua warna yang selalu hadir bersama. Ada siang ada malam, ada pria ada wanita, ada orang baik ada orang jahat sebagai pelengkap isi dunia. Dalam dunia maya, orang baik dan jahat  semua bebas berkelana. Mereka beraksi sesuai karakternya. Si baik berlomba-lomba menebar kebaikan agar bermanfaat bagi sesamanya, sedang si jahat asyik menebar informasi jahatnya berupa hasutan, pembohongan publik, fitnah dan sifat-sifat jahat lainnya. Sekarang, informasi yang berisi kebohongan itu kita kenal dengan hoaks.
Awas Ada Hoaks
Awas ada hoaks mirip peringatan awas ada anjing. Hoaks dan anjing mungkin serupa tapi tak sama yang mana keduanya selalu menggonggong, berusaha menggigit dan mencabik-cabit sasarannya. Hoaks telah merambah ke semua sendi kehidupan baik ekonomi, politik, sosial budaya maupun pendidikan. Sasaran hoaks pun beragam mulai dari pribadi, kelompok, perusahaan, publik figur, maupun pejabat politik dan pemerintahan. Tak ada sendi kehidupan yang luput dari hoaks. Hoaks muncul sesuai kebutuhan dan siap muncul kapanpun dibutuhkan seperti layaknya sebuah pesanan. Tidak ada angin tidak ada hujan, situasi yang semula tenang tenteram, tertib, dan aman tiba-tiba menjadi buyar, kepercayaan hilang, kepanikan dan kerusuhan di mana-mana akibat hoaks. Bak petir di musim kemarau, kondisi yang kacau adalah situasi yang diinginkan para pencipta hoaks.
Hoaks intinya adalah kebohongan sehingga dapat dikatakan hoaks adalah fitnah. Walau semua tahu fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Namun, pelaku hoaks tetap saja tidak  bergeming dengan lebel kejam dan ancaman dosanya meskipun tidak sedikit pelaku hoaks merupakan orang yang beragama. Bagi pembuat hoaks yang paling penting adalah tercapainya tujuan meskipun harus melanggar ajaran Tuhan.  Barang kali mata, hati dan pikirannya telah dikuasai ambisi pribadi maupun golongan sehingga norma agama, sosial dan budaya sudah tidak dipedulikannya lagi.
Tidak menutup kemungkinan, pencipta hoaks adalah sebuah organisasi terstruktur yang didonasi oleh orang-orang tertentu untuk menyerang pribadi lawannya guna menjatuhkan atau membuat pencitraan negatif. Tidak menutup kemungkinan pula bahwa hoaks merupakan bisnis jasa layanan untuk memenuhi permintan seseorang yang membutuhkan hoaks dalam mencapai tujuannya. Sebagaimana teori penawaran dan permintaan, ada pembeli ada penjual maka jadilah pasar. Semakin banyak permintaan maka produsen semakin bersaing. Jika moral dan etika bangsa semakin rusak, maka hoaks pun semakin merebak.
Di era IT saat ini, hoaks sangat mudah dan cepat disebarluaskan melalui internet dan gadget untuk mengaksesnya. Hanya dalam hitungan detik, hoaks sudah tersebar ke jutaan orang. Nyaris tak ada satu orang pun di negeri ini yang tidak memiliki gadget. Sedangkan jaringan internet sekarang sangat mudah didapatkan, di tempat-tempat publik seperti hotel, rumah sakit, kantor pemerintahh atau pun swasta, salon kecantikan, rumah makan, kafe dan warung angkringan bahkan dalam kendaraan umum pun menyediakan Wi-Fi untuk mengakses internet. Kuota internet pun saat ini sangat mudah dibeli dan harganyapun terjangkau. Kaum muda dan remaja adalah sasaran empuknya karena mereka umumnya penikmat internet saat ini. Dengan tingkat emosioalnya yang masih labil hoaks sukses besar mempengaruhi kaum muda dan remaja.
Hoaks telah memutasikan moral anak bangsa dari berbudi pekerti adiluhung menjadi culas, dan menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya. Tak sedikit hoaks yang memicu kerusuhan, mencerai beraikan persatuan dan kesatuan bangsa bahkan membunuh karakter dan argumentum ad hominemterhadap seseorang. Penebar hoaks akan bangga dan merasa sukses jika sasarannya terusik, tidak nyaman, panik atau bahkan timbul kerusuhan. Tetapi jika yang disasar tetap tenang dan menunjukkan pribadi bermartabat maka hoaks pun akan berlalu, ibarat peribahasa biarpun anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.
Hoaks yang hubungan dengan obat-obatan dan makanan resikonya bisa massal dan fatal. Jika yang disasar produsen mungkin resikonya hanya pada kerugian material saja, tetapi bila yang disasar komsumen bisa nyawa taruhannya. Obat adalah racun, salah meminum obat berarti meracuni tubuh. Demikian juga dengan makanan, jika salah memakan makanan dan terlanjur diserap oleh tubuh berarti kita telah meracuni tubuh. Bagi pembuat hoaks mungkin itu suatu candaan tetapi bagi orang yang terpengaruh bisa maut menjemput. Apalagi bagi pembaca hoaks yang kebetulan mederita penyakit tertentu dan sudah semua cara ditempuh tetapi belum mendapatkan hasil, maka informasi hoaks pun mereka telan mentah-mentah. Â