Melenyapkan hoaks dari medsos dapat dikatakan sesuatu yang mustahil karena selama manusia itu tetap manusia bukan malaikat maka selama itu pula hoaks pasti ada. Hoaks lahir dari sifat bohong yang merupakan sisi lain dari sifat jujur manusia yang melekat pada pribadinya. Hoaks dan kejujuran ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Namun demikian, hoaks dapat ditekan seminimal mungkin modusnya atau diputus rantai penyebarannya. Untuk itu, diperlukan kesadaran dan partisipasi seluruh lapisan masyarakat dengan cara tidak meneruskan informasi apapun jika tidak paham isinya. Bisa jadi informasi yag kita teruskan merupakan hoaks, maka cukup berhenti di gadget kita saja..
Tidak mudah terbujuk untuk  permintaan meneruskan informasi dengan dalih syiar ataupun ancaman kutukan jika tidak tahu persis kebenarannya. Tidak terbujuk untuk mebuka iklan informasi yang diunggah oleh situs tertetu kalau judulnya sudah mengandung hal-hal yang merupakan character assassination. Tidak memberi apresiasi like dan sejenisnya di medsos apapun baik itu WhatsApp, Twitter, facebook, BBM dan lainnya jika tidak tahu maksud yang diunggah. Itu sikap intelek dalam menanggapi informasi karena hoaks hanya dapat dilawan secara intelek.
 (Drs. Lilik Nurcholis, M.Si. Kepala SMP Negeri 2 Bawen Kabupaten Semarang, Penggerak Literasi dan Mantan Fasilitator Provinsi Usaid Prioritas.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H