Mohon tunggu...
Lilik Maskurotin
Lilik Maskurotin Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas di TK Negeri Pembina Kecamatan Panarukan Situbondo

Lilik Maskurotin, lahir di Kota Grandrung, Banyuwangi 43 tahun yang lalu tepatnya pada 30 Juli 1979. Mempunyai hobi membaca dan menggambar, terutama menggambar cerita tentang anak usia dini. Mengabdi di TK NEgeri Pembina Kecamatan Panrukan sejak tahun 2010, penuh suka cita sebagai ASN dalam bidang pendidikan. Saya juga mempunyai impian bisa mengasah serta mengaktualisasikan bakat menulis menjadi sebuah karya buku, baik berupa buku cerita, antology, kupulan essay, dan lain-lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Semua Murid

23 Februari 2023   10:51 Diperbarui: 23 Februari 2023   10:57 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Semua Murid

(Pemahaman tentang Pembelajaran Berdiferensiasi)

  • Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan belajar murid, dengan memperhatikan menajemen kelas, lingkungan belajar yang mendukung semua murid untuk mendapatkan kesempatan belajar, serta pemberian penilaian berkelanjutan {Tomlinson (1999:14)}

Seperti yang telah kita ketahui bersama dalam modul ajar sebelumnya, bahwa Bapak Pendidikan Indonesia yaitu Bapak Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 

Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia.

Sebagai guru, harusnya bisa memahami latar belakang siswa, baik sosial ekonominya, budaya, serta trauma psikologisnya, sehingga guru bisa memberikan layanan terbaik sesuai kebutuhan belajar anak yang berbeda, dengan tetap memperhatikan kodratnya sebagai anak, serta memberikan motivasi terhadap bertimbuhnya sikap kemandirian dan tanggung jawab anak. Guru adalah pemelajar sepanjang hayat. Karena memang setiap tahun akan menghadapi siswa dengan berbagai karakteristik, dan berasal dari latar belakang sosial, budaya, serta ekonomi yang berbeda. Di sinilah tantangan guru yang selain harus mutitasking, sikap sabar, terbuka, visioner harus dimilikinya, karena seorang guru adalah orang tua kedua bagi anak ketika di sekolah.

  • Karakteristik Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi mempunyai ciri-ciri/karakteristik:

  • Tujuan pembelajaran didefinisikan secara jelas
  • Maksudnya adalah, bagaimana seorang guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar dari murid-muridnya, lalu memenuhinya. Maka guru memerlukan sumber yang berbeda (diferensiasi konten), cara yang berbeda (diferensiasi proses), dan penugasan serta penilaian yang berbeda (diferensiasi produk)
  • Manajemen kelas efektif
  • Ruang kelas yang representatif, tentu akan mempengaruhi hasil belajar dari murid/siswa. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, yang kemungkinan melakukan kegiatan yang berbeda, kelas harus tetap dapat berjalan secara efektif. Guru harus menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Pencahayaan, kenyamanan suasana, sirkulasi udara kelas, serta sarana dan prasarana juga menjadi suatu yang harus diperhatikan oleh guru.
  • Lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya. 
  • Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid. Bagaimana guru memperhatikan kebutuhan belajar murid-muridnya dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya. Tersedianya sumber belajar yang beragam dan dapat diakses secara bebas/leluasa oleh murid, tentu akan sangat  menarik murid dalam mengeksplorasi materi pelajaran.
  • Penilaian Berkelanjutan
  • Setidaknya ada tiga tahapan proses penilaian (asessment) yang terjadi dalam sebuah siklus proses pembelajaran yang hasilnya dapat digunakan oleh guru untuk membantu mengetahui kebutuhan belajar murid, yaitu;
  • Assessment for learning: Catatan penilaian selama proses pembelajaran. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (ongoing assessment) Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran untuk memonitor kemajuan murid dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
  • Assessment Of Learning: Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif. Penilaian ini biasanya dilakukan pada akhir topik bahasa akhir periode penilaian atau akhir semester dan pada umumnya akan diberikan nilai data
  • Assessment As Learning: Penilaian di akhir pembelajaran. Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif juga melakukan refleksi tentang perasaan murid selama belajar, apa yang disukai, dan tidak disukai murid, hal ini akan dijadikan dalam menentukan pembelajaran selanjutnya.
  • Akan lebih sempurna jika guru juga  melakukan Pra assessment/ Assessment Diagnostic. Pra assessment/ Assessment Diagnostic adalah penilaian yang dilakukan guru kepada murid sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan murid-muridnya, atau untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid terkait dengan kesiapan murid dalam berbagai hal, di antaranya: pengetahuan, konsep dan keterampilan awal yang saat ini dikuasai oleh murid; miskonsepsi; tingkat perkembangan kognitif, afektif dan fisik; keterampilan berpikir, dan sebagainya. Hasil dari Assessment Diagnostic ini selanjutnya dijadikan acuan guru dalam menyusun rencana kegiatan pembelajaran, menentukan metode dan strategi pembelajaran yang akan dilakukan

Semua proses penilaian di atas dijadikan guru dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar murid ke depannya, dan dilakukan secara terus menerus, sehingga murid merasa terpuaskan dalam memenuhi kebuutuhan belajarnya, dan mencapai hasil belajar yang maksimal.

  • Cara Mengetahui Kebutuhan Murid dalam Pembelajaran Berdiferensiasi
  • Pembelajaran diferensiasi menjadi salah satu alternatif metode Pembelajaran yang menjawab tantangan dari paradigma yang meyakini setiap anak adalah unik, berbeda dengan segala keberadaannya. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru diajak untuk menyajikan pembelajaran yang bisa memberikan kebutuhan anak yang berbeda-beda itu. Lalu bagaimana seorang guru dapat  mengetahui kebutuhan belajar murid-muridnya?

Mengidentifikasi kebutuhan murid sangat penting untuk dilakukan agar kita dapat menyesuaikan pembelajaran dengan tepat, dan membantu murid-murid kita sukses dalam proses belajarnya. Guru juga harus meluangkan waktu dan memberikan perhatian terhadap murid-muridnya untuk mengetahui kebutuhan belajar murid.

Untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan belajar murid, bisa dengan cara; memperhatikan dengan saksama hasil penilaian formatif, perilaku murid, refleksi murid, dan terbiasa mendengarkan muridnya berpendapat. Guru melakukan tindak lanjut dengan mencatat tentang profil murid juga akan sangat membantu guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan murid-muridnya.

  • Mengutip dari buku How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom yang ditulis oleh Tomlinson (2001), bahwa kebutuhan belajar murid paling tidak dapat dikategorikan berdasarkan 3 aspek, yaitu:
  • Kesiapan belajar (readiness) murid

Tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya.

Guru harus memahami kesiapan belajar muridnya, melalui beberapa perspektif kontinum, diantaranya: bersifat mendasar atau transformatif, konkret dan abstrak, sederhana-komplek, tersetruktur-terbuka, tergantung-mandiri dan lambat-cepat.

Temuan kesiapan belajar murid, guru dapat memberi bantuan yang lebih banyak pada murid yang belum siap dalam pembelajaran, dan memberi bantuan yang lebih sedikit pada murid yang sudah siap dalam pembelajaran.

  • Minat murid
  • Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri
  • Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif, yaitu;
  • Minat situasional; membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
  • Minat Individu; kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu.

Tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah:

  • mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
  • menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;
  • meningkatkan motivasi murid untuk belajar

Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Pembelajaran berbasis minat seharusnya tidak hanya dapat menarik dan memperluas minat murid yang sudah ada, tetapi juga dapat membantu mereka menemukan minat baru, karena minat murid pada dasarnya dapat dikembangkan.

  • Profil belajar murid
  • Profil Belajar mengacu pada bagaimana cara-cara paling baik dalam belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, beberapa diantaranya adalah:
  • Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
  • Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
  • Preferensi gaya belajar. Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu; visual, auditori, dan kinestetik. Ketiga gaya belajar tersebut, akan dijelaskan lebih rinci dalam tabel berikut:

Gaya belajar

Alat Belajar

Perilaku Sosial

Gaya mencatat

Problem Solving

Visual: belajar dengan melihat

Melalui materi yang berupa gambar/foto, menampilkan diagram, power point, catatan, peta/map, graphic organizer. Biasanya juga mengandalkan imajinasi

Biasanya tampil rapi dan suka hal-hal yang terlihat estetik. Kadang pemalu, lebih suka kerja mandiri daripada kelompok

Biasanya suka membuat gambar atau menggunakan stabilo dalam catatannya

Suka  menggunakan grafik, bagan, atau gambar untuk memvisuaisasi masalah

Auditori: belajar dengan mendengar

Mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras (read aload), mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik untuk memantu belajar

Suka terlibat percakapan yang menarik. Biasanya tipe urid yang eksktroverd

Terlihat sering fokus mendengarkan guru daripada mencatat. Mereka juga suka mengucapkan kembali apa yang dipelajari, supaya mudah ingat

Lebih suka membincangkan masalah sambil berfikir

Kinestetik: belajar sambil melakukan

Misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb

Menyukai aktivitas fisik, Menyukai belajar dengan pengalaman langsung (aktive learning)

Membuat catatan ke dalam mindmap untuk memahami pola dan hubungan antar informasi yang diterima

Suka menganalisis masalah secara rasional dan menggunakan langkah-langkah yang strategis

Merujuk dari artikel KOCO School (www.kocoschools.com), selain tiga gaya belajar di atas, ada gaya belajar verbal, dengan karakteristik sebagai berikut:

Gaya belajar

Alat Belajar

Perilaku Sosial

Gaya mencatat

Problem Solving

Verbal: belajar dengan mengucap/membaca

Menggunakan rangkuman materi atau catatan untuk belajar. Biasanya juga fokus memperhatikan dalam kelas

Rajin atau suka membaca dan menulis. Umumnya mengetahui banyak kosa kata

Membuat catatan yang panjang dan detai

Suka membuka buku teks, catatan, rangkuman materi dll, untuk membantu mereka memikirkan solusi

  • Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): Teori tentang kecerdasan majemuk menjelaskan bahwa manusia sebenarnya memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai cara kita berinteraksi dengan dunia. Kecerdasan tersebut adalah visual-spasial, musical, bodily- kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic- matematika.

Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha menggunakan kombinasi gaya mengajar

  • Kesimpulan
  • Setelah mempelajari modul 2.1, ada kaitan materi dari modul ajar sebelumnya, yakni modul 1 (yang terdiri dari modul 1.1, 1.2, 1.3, dan 1.4). Saya mencoba menganalisis keterkaitan antara modul 1 dengan modul 2.1
  • Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang berpusat pada murid, yang selalu mendahulukan kepentingan siswa dalam setiap kegiatan pembelajarannya. Guru adalah fasilitator yang melayani dan memenuhi kebutuhan murid sesuai dengan karakteristiknya, guru juga pemimpin pembelajaran yang menciptakan atau menentukan merdeka belajar bagi murid-muridnya, dengan memberikan pembelajaran bermakna, yang menarik, dan tidak membosankan. Guru harus inovatif dan kreatif dalam mengemas setiap kegiatan pembelajaran. Pembelajaran bermakan mempunyai ciri khas, diantaranya adalah; a) Fun learning, b) Active learning, c) Kotextual learning, d) Learning by doing, dan e) belajar tentang kecakapan hidup (Life skill).
  • Untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi, guru juga harus mempunyai nilai reflektif, kolaboratif, kemandirian, serta memiliki daya saing yang tinggi, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil yang maksimal, yaitu terwujudnya merdeka belajar dan Profil Pelajar Pancasila.
  • Pembelajaran berdiferensiasi dalam suatu lembaga bisa maksimal hasilnya jika guru mampu menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi Coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mampu mewujudkan kepemimpinan murid, serta mampu menggerakkan komunitas prakatisi di lingkungannya.
  • Dalam melayani keberagaman karakteristik murid, guru haruslah visioner. Guru hendaknya mempunyai impian (visi) tentang muridnya. Guru harus dapat menemukan kekuatan positif dalam dirinya, rekan  sejawat, serta dalam diri semnua warga sekolah, kemudian berkolaborasi untuk mewujudkan visi bersama. Dalam mewujudkan visi yang sitematis, konkret, dan terukur, diperlukan rancangan manajemen perubahan dengan metode Inkuiri Apresiatif  dan menggunakan tahapan BAGJA.
  • Pembelajaran Berdiferensiasi, bukan hanya memperhatikan serta memenuhi kebutuhan belajar murid saja, tetapi guru juga harus memperhatiakan dan memenuhi kebutuhan dasar dari murid-muridnya.
  • Setiap manusia/murid memiliki motivasi perilaku tertentu dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan kebutuhan belajarnya, maka guru juga harus memahmi motivasi perilaku manusia, bagaimana menghargainya, memberi apresiasi.  Tindakan apa yang akan diambil guru jika ada yang tidak terpenuhi.
  • Guru diibaratkan petani yang merawat dan menjaga tanamannya. Guru adalah pendidik yang menuntun dan menghamba pada murid, mengajarkan serta membetuk budi pekerti. Budi pekerti merupakan implementasi dari Afektif/rasa, Kognitif/karsa, dan Psikomotor/karya. Budi pekerti adalah nilai kebajikan universal, yang ditanamakan pada murid melalui pengajaran, pembiasaan, keteladanan, dan perintah yang dilakukan secara kontinyu/terus menerus, konsisten, dan berkesinambungan sehingga menjadi sebuah budaya positif. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, guru harus memahami posisi kontrol dirinya, dapat mejalankan restitusi dengan baik.

Kemampuan guru untuk memahami tujuan pembelajaran dengan baik, memahami karakteristik dan memahami kebutuhan dasar murid, memahami posisi kontrol atas dirinya, dapat menjalankan nilai dan perannya sebagai guru penggerak, akan menjadi salah satu kunci bagi suksesnya implementasi pembelajaran berdiferensiasi, atau pembelajaran yang berpusat pada murid. Jika guru telah memiliki pemahaman yang baik terkait dengan tujuan, akan lebih mudah bagi guru untuk menentukan tahapan-tahapan dalam proses belajar murid dan memutuskan strategi pembelajaran seperti apa yang akan dilakukan. Sehingga terwujud murid memiliki karakter kuat sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang tercermin dalam Profil Pelajar Pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun