Membiasakan diri dengan rutinitas dan kegiatan keteladanan yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, dan peneliti merupakan salah satu cara menanamkan karakter pada peserta didik selama berada di sekolah. Peserta didik sekolah dasar sedang berada pada fase imitasi. bahwa keteladanan yang diberikan akan menjadi langkah yang efektif dan efisien dalam mengembangkan karakter peserta didik. Pembiasaan terus-menerus mengasumsikan bahwa peserta didik akan sadar, peduli, dan terbiasa menerapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, perilaku keseharian peserta didik tidak terlepas dari nilai-nilai agama (Wati & Arif, 2017).
Kirschenbaum dslsm teorinya, menjelaskan bahwa terdapat lima metode, dimana kelima metode tersebut dapat meningkatkan nilai dan moralitas (karakter atau akhlak) peserta didik di sekolah, yaitu: 1) inculcating values and morality (penanaman nilai-nilai dan moralitas), 2) modelling values and morality (permodelan nilai-nilai dan moralitas), 3) facilitating values and morality (memfasilitasi nilai-nilai daan moralitas), 4) skills for value development and moral literacy (ketrampilan untuk pengembangan nilai dan literasi moral), 5) developing a values education program (mengembangkan program pendidikan nilai) (Mutakin et al., 2014).
Contoh sederhana dalam penerapam daily activity untuk meningkatkan nilai religious peserta didik adalah dengan melakukan kegiatan berdo'a sebelum dan sesudah belajar, yakni dengan membaca asmaul husna yang dilakukan di kelas masing-masing yang dipimpin salah satu peserta didik, kegiatan membaca do'a Bersama ini agar dapat menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dalam mengawali dan menutup pembelajaran di kelas. Mengajarkan peserta didik untuk senantiasa 3S (senyum, sapa dan salam) Ketika bertemu dengan atau atau dengan orang yang lebih tua. Serta membiasakan peserta didik untuk membaca surat-surat pendek sebelum pembelajaran dimulai. Melaksanakan sholat dhuha dan sholat dzhuhur yang dilakukan oleh peerta didik dan guru. Memperingati hari besar islam (PHBI), hal ini merupakan upaya yang dilakukan untuk meneladani dan mengenal kembali kejadian sejarah pada masa lampau, yang berkaitan dengan peristiwa penting pada masa nabi dan rosul (Surakarta et al., 2020)
 Menurut Muhaimin, strategi pengembangan budaya religious ini terdapat 3 pokok, yaitu (1) tata nilai yang di anut, (2) tata praktik keseharian, (3) dan tata simbol-simbol budaya. maka dari pihak guru maupun dari pihak orang tua harus memberikan contoh dari dan mengimplementasikan segala budaya religious yang terdapat di sekolah agar tetap bisa dilaksanakan dilingkungan rumah. Seperti, tadaruz, membaca juz amma, sholat dhuha, sholat 5 waktu berjama'ah, mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan berdo'a, dan menutup aurat (Agustin nela, 2021)
DAFTAR PUSTAKA
Agustin nela, M. I. (2021). Peran guru dalam membentuk karakter siswa. UAD Press.
Hardiansyah, F., Budiyono, F., & Wahdian, A. (2021). Penerapan Nilai-nilai Ketuhanan Melalui Pembiasaan di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(6), 6318--6329. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1762
Mutakin, T. Z., Nurhayati, & Rusmana, I. M. (2014). Kota Tangsel memiliki motto. Edutech, 1(3), 361--373.
Surakarta, U. M., Surakarta, U. M., Dhuha, S., Hari, P., & Islam, B. (2020). BUDAYA MENGINTEGRASIKAN KARAKTER RELIGIUS. 32(2), 13--27. https://doi.org/10.23917/varidika.v32i2.12866
Wati, D. C., & Arif, D. B. (2017). Penanaman Nilai-nilai Religius di Sekolah Dasar untuk Penguatan Jiwa Profetik Siswa. November.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H