Mohon tunggu...
Lilih Wilda
Lilih Wilda Mohon Tunggu... lainnya -

Ho ho ho

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makin Cinta Kamu

24 April 2016   21:33 Diperbarui: 24 April 2016   21:37 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngomong-ngomong cinta, aku beneran loh makin cinta ama ABK. Hmmm gimana gak makin cinta, anak-anak berkebutuhan khusus itu juga bisa membahagiakan dan membangakan loh.

Baru-baru ini, saya dapat kabar dari Bu Weni, pengiat pendidikan anak tunanetra dari Perkins, bahwa anak-anak ABK dari sayap ibu baru mendapat pesanan 100 buah tas dari ibu-ibu pejabat. Hmmm kereeenn kan.

Anak-anak berkebutuhan khusus loh itu, anak yang dibina di sebuah panti asuhan. Atas kerja keras para guru dan terapis yang ada di sana. Anak-anak yang awalnya hanya bisa tiduran, disuapi dan dimandikan ini ternyata bisa menghasilkan apa yang anak-anak normal saja belum tentu bisa.

Memang sih anak-anak spesial ini tidak langsung simsalabim jadi begitu, perlu kekuatan dan kesabaran yang super ekstra bagi yang merawatnya. Makanya saya salut bagi mereka pendamping anak-anak ini.

Sedang bagi orang tua dari anak-anak berkebutuhan khusus itu harus banyak pengetahuan dan keterampilan agar hal-hal teknis dalam mendidik anak-anak ini lebih maksimal sehingga bisa mandiri dan berguna seperti cerita saya diatas tadi.

Seorang anak ABK akan terlihat normal bila kita orang terdekatnya mampu mendorong dan memberi pendidikan yang tepat. Jangan harap melihat anak yang tunanetra kepayahan ketika berjalan. Kesusahan dalam mengambil sesuatu. Itu tidak akan terjadi bagi anak yang mendapat pendidikan yang optimal dari pendampingnya khususnya orang tua mereka.

Dalam satu acara yang disponsori oleh perkins pada tanggal 1-3 april lalu, saya bertemu dengan seorang anak tunanetra yang pedenya luar biasa. Dia berani jalan sampai naik-naik ke atas gudang dan menghilang dari pantauan orangtuanya.

Terus terang saya salut sama anak itu, dia berjalan seperti anak awas, tanpa apay-apayan alias pegangan makanya saya menyebutnya dengan sebutan si Jarambah. Karena itu tadi, dia beranian pergi sampai ngumpet diatas gudang. Haha

Anak itu tidak akan seperti itu tanpa didikan orangtuanya bukan? Tentu saja. Dan saya, hmmm semoga saja D anin bisa jarambah seperti Si Alif kawannya yang ketemu di Lembang itu. Amiinnnn

*tes nulis* 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun