Roberto Mancini mengungkapkan satu kekurangan Timnas Arab Saudi. Ternyata, minimnya jam terbang pemain menjadi biang kerok buruknya performa mereka.
Roberto Mancini sudah tentu amat menyesalkan kehilangan dua poin ketika Arab Saudi bertanding di kandang menghadapi lawan yang peringkatnya jauh di bawah mereka. Bahkan, kegagalan mengalahkan Indonesia sempat memicu penggemar The Green Falcon menyerukan pemecatan dirinya.
Itulah "nasib buruk" yang menimpa Arab Saudi ketika ditahan imbang Timnas Indonesia pada pertandingan pertamanya dalam putaran ketiga penyisihan Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Ada satu catatan penting yang menjadi perhatian pelatih asal Italia itu. Mantan bintang Timnas Gli Azzurri itu menyoroti minimnya jam terbang sejumlah pemain asuhannya.
Pemain The Green Falcon Kekurangan Menit Bermain
Pelatih yang pernah menangani klub Manchester City itu menyatakan keprihatinannya atas pengalaman bermain 20 anggota skuad Arab Saudi yang sangat sedikit.
"Kami memiliki 20 pemain yang tidak berpartisipasi terutama di Liga Roshen, dan ini adalah masalah!"
Kalimat itu terucap oleh Mancini sesaat seusai tim yang diasuhnya ditahan imbang oleh pasukan Garuda di Stadion King Abdullah Sports City pada Jumat dini hari lalu, dikutip dari Kompas. Sang pelatih mengeluhkan banyaknya pemain Timnas yang tidak mendapatkan kesempatan bermain di Liga Arab Saudi.
Memang, kualitas pemain sangat menentukan kesolidan tim secara keseluruhan. Pelatih sekaliber Mancini pun tak akan mampu mengukir prestasi tanpa skuad yang mumpuni.
Aturan yang berlaku bagi klub-klub peserta Saudi Pro League memang menyulitkan banyak pemain lokal untuk mendapatkan menit bermain. Otoritas liga sepak bola tertinggi Saudi Arabia memperkenankan setiap klub merekrut 10 pemain asing, dan delapan di antaranya bisa tampil bareng sejak menit awal pertandingan.
Jadi, dalam setiap laga yang dimainkan, klub-klub di sana bisa menyisakan hanya tiga orang pemain lokal sebagai starter. Klub-klub yang "tamak" tentu saja akan memaksimalkan jatah memainkan 73% pemain asing untuk mengejar poin.
Akhirnya, Mancini juga yang puyeng dibuatnya. Kekurangan jam terbang para pemainnya membikin Timnas Arab Saudi tak bisa tampil optimal.
Keluhan Roberto Mancini Berkah atau Peringatan?
Bisa jadi ini "berkah" bagi Timnas Indonesia. Ketidaksolidan tim Arab Saudi menjadi keuntungan bagi skuad Garuda hingga mampu mencuri satu poin penting di kandang lawan.
Namun, ada hal lain yang patut dicermati dari keluhan Mancini. Meskipun tidak identik, Timnas Indonesia memiliki tantangan serupa.
Liga 1 Indonesia telah menambah jatah pemain asing yang bisa direkrut oleh klub-klub peserta. Musim ini, setiap klub bisa mendaftarkan delapan pemain asing sebagai anggota skuad mereka. Di antara delapan pemain mancanegara itu, klub peserta Liga 1 bisa memainkan enam orang pemain dalam waktu bersamaan.
Kondisi ini juga menimbulkan dampak yang mirip dengan kejadian di Timnas Arab Saudi. Bahkan, beberapa pemain abroad nyaris tak mendapatkan menit bermain dari klub yang mengontraknya. Pratama Arhan adalah contoh nyata.
Nasib Timnas Indonesia tidak seburuk Saudi Arabia. Sebagian besar anggota Timnas Garuda yang merumput di Liga 1 menjadi andalan klub masing-masing dan mendapat banyak kesempatan bermain di tim utama.
Kita bisa menyebut nama-nama Ernando Ari Sutaryadi, Nadeo Argawinata, Adi Satryo, Rizky Ridho, dan Egy Maulana Vikri yang banyak mendapatkan pengalaman bermain di klub masing-masing. Sebagai contoh, Rizky memainkan 24 laga bersama Persija Jakarta sepanjang musim 2023-2024 lalu. Egy juga amat dipercayai pelatih hingga diberi kesempatan tampil sebanyak 30 kali.
Bahkan, pemain muda seperti Hokky Caraka pun tampil dalam banyak pertandingan membela klub PSS Sleman. Penyerang berusia 19 tahun ini mendapatkan kesempatan bermain sebanyak 27 kali bersama Super Elang Jawa sepanjang musim lalu.
Semoga saja pengelola Liga 1 tidak tergiur dengan terus menambah porsi pemain asing bagi klub-klub peserta. Setiap penambahan kuota pemain asing langsung berpotensi "menyingkirkan" pemain Indonesia dari peredaran.
Peran pemain asing (yang berkualitas) tentu sangat penting untuk mendorong mutu kompetisi lebih tinggi. Namun, jika makin tidak dibatasi, ruang gerak pemain lokal bakal terhambat.
Kita tidak ingin kondisi tak menyenangkan Timnas Arab Saudi "menular" ke Timnas Indonesia. Tentu kita tak berharap kelak akan mendengar keluhan Shin Tae-yong atau siapa pun pelatih Timnas Indonesia, serupa dengan kalimat yang meluncur dari bibir Roberto Mancini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H