Hokky Caraka dan Dimas Drajad tampil tidak seperti biasanya. Ada hal aneh  terlihat pada dua sosok striker Timnas Garuda yang bikin penasaran.
Liga 1 yang telah dimainkan di awal musim ini, keduanya bergeser ke sisi sayap.
Selama ini kita mengenal kedua pemain itu sebagai penyerang tengah, baik di klub maupun saat membela Timnas. Namun, dalam pertandingan-pertandinganLantas, timbul pertanyaan, apakah mereka bakal sukses ketika pelatih menempatkan mereka sebagai pemain sayap?
Baca juga:Â Madura United Bedol Desa dan Nasibnya di Piala Asia
Baik Dimas Drajad maupun Hokky Caraka belum menunjukkan naluri kuat  striker dengan mencetak gol.
Namun, jika menilik pada tugas yang diembannya sebagai winger, penampilan Dimas Drajad bisa dikatakan cukup bagus. Sepertinya, pemain yang kembali dipanggil Shin Tae-yong itu bisa diandalkan mengisi sayap Maung Bandung.
Ia telah menyumbang dua umpan berbuah gol (assist) dalam dua penampilannya. Satu assist-nya diselesaikan oleh David da Silva di pertandingan pertama, dan yang lain dikonversi menjadi gol oleh Tyronne del Pino di partai kedua.
Sementara itu, Hokky Caraka yang jauh lebih muda belum menunjukkan kontribusi yang signifikan dengan posisi barunya. Pemain berusia 19 tahun itu belum menghasilkan umpan matang atau gol bagi PSS Sleman.
Berganti Posisi dalam Sepak Bola Itu Biasa
Kita mengenal banyak pemain yang terbilang berhasil mengemban tugas baru yang berbeda dengan posisi yang menjadi trademark-nya. Di setiap era, pemain-pemain yang beralih posisi bermunculan.
Di Indonesia, ada dua sosok pemain sepak bola yang pernah "bermetamorfosis" dalam karier mereka. Keduanya mengambil jalan serupa, mengawali karier sebagai striker hingga dikenal sebagai penyerang andal, lalu mengakhiri kiprah mereka sebagai pemain bertahan.
Penggemar sepak bola tanah air tentu mengenal nama-nama Hamka Hamzah dan Jajang Mulyana. Hamka yang di kompetisi lalu menjadi manajer Rans Nusantara, dan Jajang yang kini berlabuh di Persiku Kudus adalah contoh pemain yang banting setir dari posisi penyerang tengah menjadi bek tengah.
Baca juga:Â Pertandingan Liga 1 Indonesia, Guyuran Gol di Pekan Pertama
Usai generasi Hamka dan Jajang, lahir dua bersaudara Bagus Kahfi dan Bagas Kaffa. Dua anak kembar itu bagai pemain bola yang tertukar.
Ketika mulai bermain sepak bola, Bagus memilih posisi di lini pertahanan, sedangkan Bagas menjadi penyerang. Kini, kita mengenal keduanya dalam posisi yang berbeda. Di klub maupun Timnas, Bagus dikenal sebagai penyerang dan Bagas lebih banyak menjadi bek sayap.
Manfaat Perubahan Posisi dalam Sepak Bola
Adakalanya peralihan posisi yang dialami pemain sepak bola mendatangkan faedah bagi dirinya dan juga bagi tim yang dibelanya.
Sebagai contoh, Persib Bandung memiliki Rahmat Irianto, dan PSIS Semarang mempunyai Alfeandra Dewangga. Kedua pemain yang pernah membela Timnas di berbagai kelompok usia itu dikenal sebagai pemain serba bisa. Mereka bisa ditempatkan sebagai bek tengah, bek sayap, dan gelandang bertahan.
Peralihan posisi pemain sepak bola tidak hanya terjadi di Indonesia. Banyak contoh sukses pemain-pemain sepak bola kelas dunia mengemban beberapa posisi yang berbeda.
Lothar Matthaus dan Gareth Bale bisa menjadi contohnya.
Matthaus adalah legenda sepak bola Jerman dan dunia. Pemain yang mengawali karier di klub Borussia Monchengladbach itu dipercaya bergabung ke Timnas Jerman sejak berusia 21 tahun hingga berumur 37 tahun.
Hebatnya, pemain yang lima kali tampil di Piala Dunia itu selalu menjadi andalan Timnas Jerman di dua posisi berlainan. Hingga Piala Dunia 1990, Matthaus menjadi otak permainan Jerman di lapangan tengah. Lalu, saat mengikuti Piala Dunia 1994, mantan pemain Inter Milan itu bergeser ke belakang menjadi sweeper di jantung pertahanan.
Sungguh beruntung Tottenham Hotspur memiliki pemain nasional Wales bernama Gareth Bale. Semula, Bale menempati posisi bek kiri di klub the Lilywhites. Setelah sukses di posisi itu dengan umpan-umpan dan sejumlah gol yang dihasilkannya, posisinya semakin digeser ke depan sebagai pemain sayap.
Keberhasilan Bale sebagai winger kadang-kadang menginspirasi pelatih yang menanganinya untuk mendorong pemain yang mengakhiri karier di Los Angeles FC itu lebih ke depan. Tak jarang Bale diserahi tugas sebagai penggedor gawang lawan.
Menurut catatan Transfermarkt, sepanjang kariernya di English Premier League bersama Spurs, Bale mencetak 53 gol dan 27 assist. Sementara itu, ketika berseragam Real Madrid di La Liga Spanyol, pemain kelahiran Cardiff ini menyumbang 81 gol dan 46 assist.
Jadi, meskipun berbeda posisi dalam sepak bola yang ditempatinya, Gareth Bale tetap menunjukkan kinerja yang mengesankan.
Performa Dimas Drajad dan Hokky Caraka dengan Posisi Berbeda
Menilik keberhasilan sejumlah pemain, baik domestik maupun internasional, sangat mungkin pemain-pemain yang kini menempati posisi dalam sepak bola yang berbeda juga bakal mencapai kesuksesan.
Dimas Drajad telah membuka lembaran baru kariernya sebagai pemain sayap dengan memberikan dua umpan manis bagi rekan-rekannya di Persib. Apakah modal bagus ini akan berlanjut dalam kiprah Dimas selanjutnya?
Bagaimana pula dengan anak muda bernama Hokky Caraka? Apakah ia akan mampu meningkatkan performanya dalam pertandingan-pertandingan berikutnya?
Baca juga:Â Piala Presiden 2024 dan Pemain Muda yang Memikat
Dimas Drajad telah dipanggil Shin Tae-yong ke Timnas yang tengah bersiap menghadapi putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026. Hokky Caraka juga berpeluang kembali memperkuat Timnas Garuda, mungkin di Piala AFF atau SEA Games.
Lantas, adakah pengaruh perubahan posisi di klub mereka bagi Timnas Indonesia? Kita tunggu saja kelanjutan kisah Dimas Drajad dan Hokky Caraka dengan posisi dalam sepak bola yang baru mereka mainkan.