Sayangnya, tidak semua pemain mendapatkan kesempatan sebanyak Kadek Arel. Di beberapa posisi sentral seperti bek tengah, playmaker, dan striker, pemain asing masih menjadi pilihan utama hampir semua pelatih Liga 1.
Kita beranjak ke Solo, menuju lini serang klub yang juga hadir di Piala Presiden tahun ini, Persis.
Tiga pemain berlabel Timnas (atau mantan Timnas) mengukir waktu bermain cukup baik sepanjang bergulirnya Liga 1 musim terakhir. Namun, ketiganya masih kalah jauh dibandingkan Moussa Sidibe, pemain asing andalan Sambernyawa yang didatangkan dari Mali.
Nah, kewajiban memainkan pemain Timnas di Piala Presiden 2024 bisa membuka jalan bagi para pemain menunjukkan kapasitas mereka.
Pilih Marwah Piala Presiden atau Performa Pemain?
Tentu saja banyak faktor yang memengaruhi kinerja pemain. Menit bermain hanya salah satu di antaranya.
Namun, melihat indikasi adanya hubungan positif antara jam terbang dengan kualitas pemain, tidak ada salahnya menjadikan menit bermain sebagai salah satu peranti untuk mengevaluasi kinerja pemain sepak bola.
Piala Presiden tentu saja tak bisa langsung dibandingkan dengan kompetisi yang sebenarnya. Selain frekuensi pertandingan yang jauh beda, intensitas permainan pun amat berlainan.
Serupa pertandingan-pertandingan pramusim lainnya, Piala Presiden juga dimanfaatkan klub-klub peserta sebagai ajang uji coba. Karena gelar tidak menjadi tujuan utamanya, kemungkinan besar para pelatih akan menjajal sebanyak mungkin anggota skuad mereka.
Jika ditambah lagi dengan jatah pemain asing yang lebih banyak di musim depan, sepertinya kesempatan para pemain lokal unjuk kebolehan semakin langka. Tentu saja para pelatih tak akan melewatkan kesempatan menjajal rekrutan anyar mereka, utamanya legiun asing yang akan menjadi pilar utama.
Jadi, kewajiban memainkan anggota skuad Timnas bisa memunculkan harapan berlanjutnya kiprah mereka di persepakbolaan nasional. Apalagi jika aturan itu memang diberlakukan untuk semua kelompok usia.