Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Messi Menangis untuk Siapa?

15 Juli 2024   19:59 Diperbarui: 15 Juli 2024   20:11 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak biasanya Messi menangis di hari pertandingan. Kapten Tim Tango itu lebih sering membawa kabar gembira bagi para pemuja Timnas Argentina.

Namun, situasi kali ini amat berbeda. Jika tidak mengikuti perjalanan sang superstar secara keseluruhan, mungkin kita bingung dibuatnya.

Barangkali juga ia sudah berusaha menutupinya, tapi tak menemukan tirai atau semacamnya. Atau memang ia mebiarkan saja kamera menyorotnya dalam kondisi berurai air mata, untuk disiarkan ke seluruh penjuru dunia.

Mengapa Messi Menangis?

Saat itu sisa pertandingan masih panjang karena pertandingan baru memasuki menit ke-66. Kedudukan pun masih imbang.

Baik Argentina maupun Kolombia, dua tim yang berlaga di final Copa America 2024,  masih berada jauh dari mimpi membawa pulang piala yang mereka idam-idamkan. Sebaliknya, keduanya masih menyimpan asa menjadi juara.

Tampak sangat berat hati Lionel Messi saat ia tertatih-tatih meninggalkan lapangan pertandingan. Rupanya kaki sang Kapten tak mampu lagi menyangga keinginan tuannya menuntaskan laga.

Untuk sebuah alasan, bintang lapangan yang di masa belia dijuluki La Pulga itu mencucurkan air mata beberapa saat kemudian. Ia hanya bisa terpaku di pinggir lapangan sembari menyaksikan Di Maria yang telah melilitkan ban kapten "warisan"-nya, bersama kawan-kawannya bersimbah peluh untuk kejayaan negara mereka.

Semestinya ia masih berada di dalam lapangan, bahu-membahu bersama rekan-rekannya berusaha mengukir rekor yang belum pernah ada. Barangkali seperti itulah bayangan yang terpatri dalam benak Messi.

"Saya bukan menangisi kaki saya," kata hati Messi, "Saya hanya mengkhawatirkan kelanjutan nasib Argentina."

Ah, saya jadi sok tahu, seakan-akan mampu mendengar suara hati manusia.

Namun, saya tidak sendiri. Keyakinan serupa disampaikan Lionel Scaloni, sang pelatih muda bertalenta.

Dalam sebuah artikel, Foxsports, media berita olahraga itu, mengabarkan ungkapan Scaloni akan besarnya peran Messi.

"Leo(nel Messi) adalah pemain terhebat sepanjang sejarah," kata Scaloni, "Ia tak pernah ingin meninggalkan lapangan. Pergelangan kakinya bengkak dan ia ingin terus bermain. Saya suka tipe pemain seperti dia."

Lebih lanjut, Scaloni meyakini bahwa keinginan Messi untuk terus berada di lapangan bukan untuk menunjukkan ego dirinya, melainkan untuk kepentingan tim yang dibelanya.

"He was born to be on pitch," kata Scaloni seolah-olah mengambil kesimpulan atas sejarah kehidupan Messi.

Ini bukan kali pertama Messi menelan rasa kecewa. Dalam partai melawan Peru, pemain berusia 37 tahun itu tak masuk line up lantaran dibekap cedera. Saat itu tak terdengar suara tangis atau sekadar sesenggukan dari luar lapangan.

Bisa jadi emosi yang bermukim di hatinya kala itu tak sebesar tekanan yang muncul di partai terakhir ini.

Ketika Tangis Tertahan Berubah Menjadi Tawa Lepas

Hanya delapan menit menjelang laga usai, senyum mulai merekah di bibir Messi. Supersub Lautaro Martinez yang hanya tampil 23 menit di laga ini menjadi biangnya.

Saat itu Lautaro mengokohkan dirinya sebagai penyerang tersubur Copa America 2024. Gol kelima yang dilesakkannya ke gawang Kolombia menyurutkan ketegangan para penggawa Argentina.

Dan, akhirnya tawa lebar mengubur dalam-dalam kesedihan dan kekhawatiran sang bintang. Peluit panjang yang melengking dari mulut Raphael Claus, wasit asal Brasil itu, membikin suasana tegang yang serasa tak berkesudahan berubah riang seketika.

Trofi Copa America keenam belas bagi La Albiceleste terasa semakin lengkap dengan pencapaian individu beberapa anggota skuad mereka.

Selain Lautaro Martinez yang berhak membawa pulang sepatu emas lambang pencetak gol terbanyak, hadir pula Martinez lainnya, Emiliano. Sungguh pantas kiper Aston Villa itu menyandang predikat penjaga gawang terbaik berkat penampilan gemilangnya yang konsisten sepanjang kejuaraan.

Messi sendiri tidak kebagian penghargaan perseorangan. Gelar pemain terbaik yang acap diidentikkan dengan dirinya, kali ini menjadi milik James Rodriguez. Dirigen Kolombia itu tampil prima dalam usia yang tak beda jauh dengan dirinya.

Namun, siapa yang berani menyangkal peran besar Messi di tim Argentina? Sebagai kapten tim dengan segudang pengalaman, Messi mampu "membimbing" dan "mengayomi" rekan-rekan setimnya hingga bisa tampil tangguh dan memukau sebagai satu kesatuan.

Berkat kepemimpinan Messi, rekor 16 gelar juara Copa America akhirnya tercipta. Hattrick juara (Copa America dan Piala Dunia) pun semakin mengokohkan "keangkeran" Argentina selaku tim sepak bola nomor satu dunia.

Tawa gembiranya seakan-akan mengajak segenap warga Argentina, bahkan warga dunia, turut berdansa merayakan prestasi gemilang yang bakal sulit dicari tandingannya. Kini, Messi tak menangis lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun