Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Misi Nyaris Mustahil Kanada dan Panama di Copa America 2024

4 Juli 2024   21:01 Diperbarui: 5 Juli 2024   07:59 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi stadion sepak bola. (Sumber gambar: KariLeal dari Pixabay.)

Kanada dan Panama membawa misi "menegakkan kedaulatan" Concacaf di tengah kepungan para raksasa sepak bola Amerika Selatan. Mampukah mereka menemukan sebatang jarum di antara tumpukan jerami?

Memasuki babak perempat final, Zona Concacaf terlihat belum mampu mengimbangi dominasi Conmebol di Copa America USA 2024. Kawasan Amerika Utara, Tengah, dan Karibia itu hanya mampu meloloskan dua wakil, Kanada dan Panama.

Menilik nama-nama besar Argentina, Brazil, Uruguay, dan Kolombia, tentu sebuah kesulitan besar bagi kedua negara anggota Concacaf itu untuk melewati adangan mereka. Bahkan, menghadapi Venezuela yang di zona Conmebol belum segarang tetangga-tetangganya yang langganan Piala Dunia, Kanada bakal amat kerepotan.

Begitu pun dengan Panama yang akan melawan Kolombia. Negara yang pernah melahirkan pemain-pemain sekelas Carlos Valderrama dan Rene Higuita itu bakal menebar ancaman berat.

Kejutan Zona Concacaf

Satu hal yang menarik, para jawara dari Amerika Utara terlampau dini tersingkir dari ajang bergengsi sepak bola di benua Amerika. Cukup sulit rasanya menerima kenyataan bahwa Amerika Serikat dan Meksiko harus mengepak koper lantaran tak sanggup melangkah ke fase selanjutnya.

Kita mengetahui bahwa kedua negara itu jauh lebih mumpuni bersaing di turnamen sepak bola. Keduanya bak perwakilan tetap benua Amerika bagian tengah dan utara di Piala Dunia. Keikutsertaan mereka di ajang tertinggi sepak bola dunia jauh lebih banyak ketimbang anggota-anggota Concacaf lainnya.

Bahkan, selain track record yang lebih aduhai, negara Paman Sam juga bertindak selaku tuan rumah. Sudah barang tentu dukungan (sekaligus tuntutan) khalayak lebih besar.

Namun, seperti dalam turnamen sepak bola lainnya, kejutan acap terjadi. Dan, kali ini, wujud kejutan itu adalah tampilnya Kanada dan Panama yang melenggang lebih jauh ketimbang skuad Sombrero dan para koboi Amerika.

Di ajang Piala Dunia misalnya, dua kali Kanada berpartisipasi dan langsung terjungkal di babak penyisihan. Panama bahkan baru sekali unjuk gigi di ajang yang sama.

Dalam urusan ini, keduanya bukan tandingan Amerika Serikat dan Meksiko. Sudah sepuluh kali Paman Sam hadir sebagai peserta Piala Dunia, sedangkan Meksiko 16 kali mencatatkan diri sebagai peserta Piala Dunia.

Peta Copa America Miring ke Selatan

Dilihat dari sejarahnya, Conmebol bukan tandingan sepadan bagi Concacaf. Konfederasi sepak bola negara-negara di Amerika Selatan itu merupakan federasi tertua di dunia. Mereka telah lahir di tahun 1916.

Jika dibandingkan dengan Concacaf yang baru terbentuk tahun 1961, tentu amat jauh bedanya. Dalam urusan ini, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Karibia mesti menaruh hormat kepada saudara mereka di belahan selatan benua Amerika.

Dengan kiprah yang sedemikian lama, tentu saja memberi pengaruh signifikan bagi perkembangan sepak bola para anggotanya.

Pelbagai kondisi itu bikin kita tak heran melihat dominasi negara-negara Amerika Selatan di dalam setiap perhelatan sepak bola. Di Copa America 2024, peta delapan besar tampak sangat jomplang.

Peta Copa America 2024 babak 8 besar. Sumber gambar: CleanPNG dan diolah Dokpri.
Peta Copa America 2024 babak 8 besar. Sumber gambar: CleanPNG dan diolah Dokpri.

Menatap Secercah Sinar di Kejauhan

Menyaksikan para jagoan bola berjaya tentu menggembirakan. Menyimak sejarah dan kedigdayaan mereka di penyisihan grup, bisa jadi Argentina bertemu Uruguay sebagai partai final ideal.

Namun, mendapatkan kejutan tak terduga juga bisa menjadi kenangan yang bakal tersimpan lama.

Bayangkan jika Kanada mampu mengatasi Venezuela, lalu melibas Argentina atau Ekuador di kesempatan berikutnya. Betapa akan geger jagat sepak bola dibuatnya.

Atau, di bagian lainnya, Panama sanggup memulangkan Kolombia, lantas menjungkalkan Brazil atau Uruguay di laga selanjutnya. Kegemparan pun bakal menimpa penduduk dunia.

Di belahan bumi lain, ada suatu negara yang pernah mengukir sejarah yang amat sulit diterima nalar siapa pun yang berpikiran rasional. Pada 1992, Denmark yang datang ke Swedia dengan skuad "sekadarnya" dan bertindak sebagai "ban serep" menggantikan Yugoslavia, berhasil membawa pulang Piala Eropa.

Sebenarnya, saya turut merasakan apa yang tersimpan dalam hati banyak warga Kanada dan Panama. Barangkali, mereka sedang memendam perasaan serupa dengan kebanyakan masyarakat bola Indonesia.

Serupa dengan penduduk Kanada dan Panama, jantung kita di Indonesia mungkin juga berdegup lebih kencang dibandingkan sebelumnya. Kita pun berharap muncul keajaiban dalam putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Denmark pernah melakukannya. Kanada dan Panama telah melewati separuh jalan mereka dan sedang berupaya melangkah lebih jauh.

Adakah harapan berikutnya menghampiri Indonesia?

Tentu saja ada, meskipun berat bukan kepalang. Namun, apa pun kelak hasilnya, setidaknya kita bakal merasakan jalan terjal menuju perhelatan sepak bola terbesar sejagat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun