Dua kesempatan terakhir bagi Timnas U23 Indonesia untuk unjuk gigi di Olimpiade 2024 sudah di depan mata. Masih adakah pikiran untuk memilih-milih lawan?
Memang Indonesia bisa "memilih" lawan sebagai jembatan menuju Paris. Sebab, pilihan itu memang masih tersedia.
Timnas U23 Indonesia dapat segera menuntaskan misinya berangkat ke Olimpiade lagi setelah 68 tahun berselang. Pasukan Garuda Muda bisa mendapatkannya bila "memilih" Irak sebagai pembuka jalan, dan mampu menundukkan Singa Muda dari Mesopotamia.
Para penggawa Garuda Muda juga bisa "menunda" keinginan meraih tiket Olimpiade itu delapan hari ke depan. Hal itu terjadi bila mereka "mengabaikan" Irak dan lebih meyakini mampu mengalahkan Guinea.
Kedua pilihan itu tersaji ketika kita berhitung tentang aral pungkasan yang bisa menjegal langkah manis menuju Paris. Siapa lebih mudah dijinakkan, apakah Singa Mesopotamia--tim sesama Asia, atau Syli Olympic yang datang dari daratan Afrika.
Selain perhitungan mudah tidaknya melewati adangan terakhir itu, ada juga pertimbangan lain. Kita tahu, di Paris sana sudah menunggu lawan-lawan berbeda yang harus dihadapi Indonesia, tergantung lewat jalan mana Timnas melaju ke sana.
Jika jalur juara ketiga Piala Asia U23 yang diraih, maka Argentina, Maroko, dan Ukraina sudah siap menunggu kedatangan kita di Grup B. Seandainya Indonesia "memilih" jalur playoff dan sanggup mengalahkan Guinea, Grup A yang berisi tuan rumah Prancis, Amerika Serikat, dan Selandia Baru bakal menjadi ajang pertempuran kita.
Nah, di antara kedua grup itu, mana yang lebih "lemah" dan lebih mudah dilangkahi?
Pilih Irak atau Guinea?
Seperti Indonesia, Guinea sudah sangat lama tidak merasakan atmosfer pertandingan sepak bola Olimpiade. Terakhir kali, mereka tampil di Olimpiade Meksiko tahun 1968.
Sementara itu, Irak lebih "gagah" dalam urusan ini. Pada 2016, Negeri Seribu Satu Malam itu sempat merasakan persaingan ketat Olimpiade dalam cabang sepak bola. Sebelumnya, mereka bahkan telah tampil empat kali di ajang olahraga multi cabang tertinggi di dunia itu.
Selain lima kali hadir di Olimpiade, Irak juga tampil konsisten di Piala Asia U23. Negara yang kerap dilanda perang itu tak pernah absen di ajang ini dan sekali merengkuh piala di tahun 2013.
Menilik kiprah mereka di ajang Piala Asia dan Olimpiade yang jelas lebih mentereng ketimbang Indonesia, tentu tidak mudah mengalahkan mereka.
Sementara itu, Guinea jelas tak ingin melewatkan kesempatan langka tampil di kejuaraan olahraga paling tinggi tingkatannya di dunia. Tampak sekali negara ini amat serius mempersiapkan diri.
Mereka menurunkan staf kepelatihan Timnas senior yang dipimpin oleh pelatih utama Kaba Diawara. Keseriusan mereka juga terlihat dalam pemusatan latihan yang dilakukan di Spanyol.
Memang, Guinea belum pernah berhadapan langsung dengan Indonesia sehingga cukup sulit menerka perbandingan kekuatan keduanya. Namun, secara umum, kiprah negara-negara Afrika di ajang sepak bola tingkat dunia lebih "kentara" dibandingkan negara-negara Asia.
Kalau mau membandingkan secara langsung posisi sepak bola kedua negara, barangkali peringkat FIFA bisa menjadi sarananya. Kini, Guinea menduduki urutan ke-76 di antara seluruh anggota FIFA. Posisi ini 58 tangga di atas Indonesia.
Kalau ditanya soal motivasi, ketiga negara bakal berapi-api menyuarakan keinginan mereka melawat ke Paris tahun ini. Masing-masing tentu memiliki alasan tersendiri.
Mencari Grup Lunak di Olimpiade Paris 2024
Bagaimana dengan pertimbangan ketatnya persaingan grup di Olimpiade 2024?
FIFA telah menentukan bahwa dua tim peringkat teratas masing-masing grup bakal melaju ke fase gugur Olimpiade 2024. Sepintas melirik anggota Grup A dan Grup B cabang sepak bola Olimpiade Paris 2024, rasanya amat sulit menerka grup mana yang lebih "ramah" bagi Indonesia.
Paling gampang tentu saja menakar dua kandidat juara di masing-masing grup. Di Grup A ada tuan rumah Prancis yang pernah sekali menjuarai Olimpiade. Sementara itu, di Grup B bercokol peraih dua medali emas Olimpiade, Argentina.
Jika keduanya benar-benar tak terbendung, Indonesia tidak boleh kalah dari tim lainnya. Ini juga bukan perkara yang mudah diselesaikan. Di antara Maroko, Ukraina, Amerika Serikat, dan Selandia Baru, tidak ada yang tampak mudah dikalahkan.
Waduh, jadinya pusing banget mikirin negara-negara itu. Padahal, mereka belum tentu menjadi lawan kita.
Nah, daripada mumet, bukankah lebih baik hadapi saja pertandingan yang sudah di depan mata dengan kekuatan yang ada?Â
Jika mampu mengalahkan Irak, perasaan lega bakal lebih cepat datangnya. Namun, kalau pun kalah dari Irak, masih ada satu lagi kesempatan dengan menjajal kekuatan Guinea. Â
Lewat jalur mana pun, kekuatan-kekuatan besar sepak bola dunia bakal mengadang kita, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H