Bagaimana dengan kualitas? Untuk urusan yang satu ini, saya menggunakan pendekatan predikat artikel yang disematkan pemangku kepentingan Kompasiana.
Redaksi Kompasiana menganugerahkan dua jenis predikat bagi seluruh artikel yang masuk ke dapur mereka. Pertama, "Artikel Pilihan", dan yang kedua adalah "Artikel Utama". Ada satu jenis artikel yang luput dari tangan Redaksi hingga tidak mendapatkan predikat apa-apa (saya menyebutnya "Artikel Biasa").
Sebagai warga Kompasiana yang patuh, saya mengikuti saja kemauan para "penguasa" di sana.
Secara keseluruhan, setidaknya dalam tiga bulan terakhir, saya telah meninggalkan "zona merah". Tiada satu pun tulisan saya yang tak dilirik admin Kompasiana, alhamdulillah.
Porsi "AU" sebesar 41% cukup memberi keyakinan bahwa penulis pemula ini tidak buruk-buruk amat, setidaknya di mata Redaksi Kompasiana. Sesuatu yang menggembirakan dan menggugah semangat untuk terus berkarya.
Ketika dilihat dari bulan ke bulan pun, perolehan ini lumayan menyenangkan. Selalu ada penambahan warna hijau di sana, menunjukkan jumlah Headline yang semakin banyak.
Lantas, apa pengaruhnya terhadap tingkat keterbacaan?
Ternyata, kualitas tulisan berdampak cukup besar terhadap tingkat keterbacaan. Setidaknya, "aturan" itu berlaku bagi tulisan-tulisan saya. Secara umum, Artikel Utama lebih sering "dibaca" ketimbang tulisan lainnya.
Barangkali ini semacam "semipareto", 41% artikel "mendatangkan" 69% pembaca.