Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ketika Sahabat Nabi "Menyangkal" Hidup Seimbang

23 Maret 2024   22:20 Diperbarui: 23 Maret 2024   22:22 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang sahabat Rasulullah mendapat teguran lantaran "menyangkal" keseimbangan hidup. Rupanya, keinginannya untuk menghindari kesenangan dunia "kebablasan".

Tidak ada rumus pasti tatkala kita membincang tentang keseimbangan hidup. Setiap orang memiliki pandangan masing-masing perkara life balance ini.

Keyakinan seseorang yang cenderung workaholic tentu sangat berbeda dengan orang lain yang lebih "cinta keluarga". Pandangan keduanya pun bakal berbeda dengan orang-orang yang lebih religius.

Perbincangan menyangkut urusan keseimbangan hidup umumnya mengarah pada keberatan akan tuntutan kerja yang berat. Tuntutan yang membuat orang kehilangan kesempatan bercengkerama dengan keluarganya serta kesempatan bertemu dengan Tuhannya.

Namun, terjadi juga kondisi yang sebaliknya. Seseorang yang sudah berada pada tataran "tak butuh dunia" pun bisa mengarah pada ketidakseimbangan dalam menjalani hidupnya.

Kisah Sahabat Nabi yang "Menolak" Hidup Seimbang

Nama Utsman bin Mazh'un adalah jaminan kesalehan. Rasulullah sendiri yang mengabarkan hal ini.

"Pergilah menyusul pendahulu kita yang pilihan, Utsman bin Mazh'un," begitu ucapan Rasulullah. Kala itu, beliau sedang melepas putri beliau, Ruqayyah, menjelang ajalnya.

Tidak mungkin Rasulullah mendoakan putrinya untuk menyusul seseorang yang telah meninggal dunia, kecuali almarhum berada pada posisi yang sangat baik.

Namun, meskipun Utsman bin Mazh'un mendapat tempat yang baik, semasa hidup beliau pernah mendapatkan teguran dari Rasulullah. Teguran yang diterimanya berkenaan dengan sikap yang dipegangnya dalam urusan keseimbangan hidup.

"Sesungguhnya keluargamu mempunyai hak atas dirimu," begitulah pesan Rasulullah kepada sang sahabat.

Mengapa sahabat sebaik Utsman bin Mazh'un mendapat teguran semacam itu?

Rupanya, sang sahabat "kebablasan" menjalani hidup sesuai cita-citanya yang hendak menjauh sejauh-jauhnya dari kesenangan dunia. Begitu bersemangat Utsman bin Mazh'un meninggalkan urusan dunia hingga tak tebersit lagi ketertarikan untuk menggauli istrinya.

Untung saja Rasulullah mendengar kabar soal tekad Utsman yang berlebihan. Maka, kepada sahabat baiknya itu, beliau pun segera memberikan pemahaman.

Kisah Utsman bin Mazh'un mendapat teguran Rasulullah diceritakan kembali oleh Khalid Muhammad Khalid dalam buku Biografi 60 Sahabat Nabi (2019).

Bagaimana Sebaiknya Menjalani Hidup Seimbang?

Lantas, bagaimana sebaiknya kita menjalani kehidupan seimbang antara kerja, keluarga, dan ibadah?

Kembali lagi, sepertinya tidak ada persentase tertentu yang harus dicapai untuk bisa menjalani hidup seimbang. Setiap individu memiliki kecenderungan yang berbeda.

Namun, satu hal yang pasti, terdapat pelbagai kewajiban yang berkaitan dengan hubungan kita dengan Allah swt, keluarga dan urusan pekerjaan. Kewajiban-kewajiban yang tentu saja harus dijalankan.

Sebagai contoh, dalam hubungan dengan Allah swt, kita mesti menjalankan salat lima waktu. Sedangkan dalam rumah tangga, seorang kepala keluarga harus memberi nafkah bagi semua anggota keluarganya.

Sementara itu, dalam dunia kerja, seorang pekerja wajib mematuhi perjanjian kerja yang telah disepakati bersama. Di luar itu, masih banyak kewajiban-kewajiban lainnya yang juga harus kita jalankan.

Lantas, bila terjadi benturan dalam menjalankan kewajiban-kewajiban di antara ketiga bidang kehidupan itu, apa yang harus dilakukan? Semestinya kita memahami posisi masing-masing urusan sehingga kita bisa menetapkan prioritas yang harus didahulukan sebelum menjalankan urusan-urusan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun