Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Jangan Mundur, Sri!

21 Januari 2024   05:00 Diperbarui: 21 Januari 2024   05:50 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi asisten rumah tangga. Sumber gambar: dadaworks dari Pixabay.

Belum genap lima tahun bekerja, sudah beberapa kali Sri diterpa isu tak bertanggung jawab yang mengusik ketenangannya. Kinerja bagus yang selama ini dipeliharanya sempat terganggu juga.

Ada saja orang yang tega mengembuskan kabar basi bahwa Sri hendak mengundurkan diri. Entah apa yang mereka kehendaki.

Sekitar tiga tahun lalu, kawan karibnya sendiri menebar isu tak bermutu. Melalui sistem getok tular, kabar tentang Sri tidak suka majikannya menjual sepetak tanah di sebelah rumah segera tersebar.

Lah, apa urusannya Sri hendak mencegah tuannya menjual aset milik dia sendiri?

Rupanya, si teman pernah mendengar hasrat Sri menyangkut tanah kosong milik tuannya. Sejak mula diterima bekerja, Sri tergiur dan mengincar properti sang majikan.

Jika suatu saat nanti gajinya sudah terkumpul, akan ia gunakan untuk mengambil alih tanah itu. Sri merasa, letak tanah yang tak jauh dari gerbang perumahan cocok dijadikan tempat usaha berjualan bumbu dapur.

Sri terinspirasi oleh neneknya sendiri. Sejak perawan hingga bercucu delapan, sang nenek tekun mengurus warung jajanan di kampung halaman.

Setelah berjam-jam majikannya membujuk-bujuk, barulah Sri menceritakan khayalannya dengan kikuk.

"Apa salahnya seorang asisten rumah tangga punya usaha?" Begitulah bibir Sri berucap lirih mengakhiri ungkapan keresahannya.

Sang majikan memahami perasaan Sri dan segera melupakan peristiwa tak terduga itu.

Tak sampai enam bulan sejak hoaks pertamanya gagal, sang kawan kembali menyatakan bahwa Sri tak mau lagi tinggal. Katanya, ia sudah tak tahan lagi dan berkeras hati untuk segera pergi.

Saat itu juga beredar kabar tak enak, Sri merasa keberatan dengan uang belanja yang semakin cekak.

Yuk, sedikit waktu kita sisihkan untuk mengunjungi Arhan yang ditimpa kemalangan karena "kehilangan" pekerjaan.

Berkat bujukan Inah, sohibnya yang berjualan pecel tak jauh dari tempat pembuangan sampah, akhirnya Sri mengklarifikasi berita yang dinilainya gak nggenah.

"Mosok, hanya karena saya nawar harga telur, terus saya dibilang gak bersyukur. Dasar ngawur, Mamang Sayur tukang ngelantur!"

Dengan menyertakan sedikit umpatan, Sri menyampaikan klarifikasi terkait kabar miring yang disebarkan oleh tukang sayur keliling.

Kasus yang sempat viral di kalangan ibu-ibu seputar gerobak sayur itu kini telah berakhir. Tentu saja warga kompleks perlu mengapresiasi upaya Pak RT yang ikut cawe-cawe sehingga urusannya tidak semakin didramatisir.

Meski sempat diterpa isu yang mengada-ada, Sri tetap bekerja seperti biasa. Ia tetap melaksanakan tugas-tugas hariannya, termasuk belanja sayur pada si Mamang Sayur yang gemar mengarang cerita. Sri tak ingin menyimpan dendam yang tiada guna.

Namun, ketenangan hidup majikan Sri terusik. Menginjak tahun keempat masa pengabdian yang penuh dedikasi, mendadak Sri menghadap majikannya ketika mentari belum menyapa hari. Sang majikan yang tengah bersiap-siap menyantap sarapan sampai gelagapan.

"Ada apa, Sri?"

Dengan terbata-bata, Sri mengungkapkan isi hatinya. Sri bilang, ia mau kembali ke desa untuk berladang.

Mulut sang majikan sampai melongo mendengar keinginan Sri yang di luar skenario. Tentu saja ia menanyakan alasan yang mendasari mengapa Sri mendadak minta berhenti.

Mulanya, dengan pilihan kata-kata halus yang bikin hati tenang, Sri mencoba mengelak dan tak ingin berterus terang. Namun, berkat sang majikan yang bicara dengan etika yang tak kalah santun, penjelasan Sri yang sebenarnya berhasil dihimpun.

Rupanya, Sri sudah kapok berteman dengan Suti yang tersohor kerap terjangkit penyakit dengki. Begitu mengetahui gaji yang diterima Sri saban bulan selalu meningkat, penyakit iri hatinya langsung kumat.

"Sungguh beruntung Sri," kata hati Suti resah, "Gajiku jauh lebih rendah, dan sudah bertahun-tahun tak berubah!"

Maka, Suti merancang skenario keji hendak membikin Sri angkat kaki. Harapannya, tempat yang ditinggalkan Sri bisa beralih kepadanya.

"Oalah, Sri, Sri. Kamu jangan gampang terpancing emosi. Kalau kamu pergi, berarti kamu membuka jalan kemenangan bagi orang yang punya tabiat tak terpuji."

Lagi pula, itu juga masih dugaan Sri. Kebenarannya belum teruji. Jadi, sangat tidak valid dijadikan alasan memutus hubungan kerja yang telah terjalin lama.

Setelah dengan bijak memberi wejangan, sang majikan melanjutkan dengan bujukan.

"Ayolah, Sri. Jangan karena tersulut emosi, kamu mau mengundurkan diri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun