Saat itu juga beredar kabar tak enak, Sri merasa keberatan dengan uang belanja yang semakin cekak.
Yuk, sedikit waktu kita sisihkan untuk mengunjungi Arhan yang ditimpa kemalangan karena "kehilangan" pekerjaan.
Berkat bujukan Inah, sohibnya yang berjualan pecel tak jauh dari tempat pembuangan sampah, akhirnya Sri mengklarifikasi berita yang dinilainya gak nggenah.
"Mosok, hanya karena saya nawar harga telur, terus saya dibilang gak bersyukur. Dasar ngawur, Mamang Sayur tukang ngelantur!"
Dengan menyertakan sedikit umpatan, Sri menyampaikan klarifikasi terkait kabar miring yang disebarkan oleh tukang sayur keliling.
Kasus yang sempat viral di kalangan ibu-ibu seputar gerobak sayur itu kini telah berakhir. Tentu saja warga kompleks perlu mengapresiasi upaya Pak RT yang ikut cawe-cawe sehingga urusannya tidak semakin didramatisir.
Meski sempat diterpa isu yang mengada-ada, Sri tetap bekerja seperti biasa. Ia tetap melaksanakan tugas-tugas hariannya, termasuk belanja sayur pada si Mamang Sayur yang gemar mengarang cerita. Sri tak ingin menyimpan dendam yang tiada guna.
Namun, ketenangan hidup majikan Sri terusik. Menginjak tahun keempat masa pengabdian yang penuh dedikasi, mendadak Sri menghadap majikannya ketika mentari belum menyapa hari. Sang majikan yang tengah bersiap-siap menyantap sarapan sampai gelagapan.
"Ada apa, Sri?"
Dengan terbata-bata, Sri mengungkapkan isi hatinya. Sri bilang, ia mau kembali ke desa untuk berladang.
Mulut sang majikan sampai melongo mendengar keinginan Sri yang di luar skenario. Tentu saja ia menanyakan alasan yang mendasari mengapa Sri mendadak minta berhenti.