Wawancara kerja adalah pisau bermata dua. Alih-alih membuka jalan memperoleh pekerjaan, jika tidak dilakoni secara seksama (tidak harus dalam tempo yang sesingkat-singkatnya), ia bisa menjelma sebagai sumber malapetaka.
Yuk, kita simak cerita kocak tentang proses wawancara kerja yang berakhir dalam suasana tak enak bagi kedua pihak.
Seorang lelaki muda tampak mengayunkan langkah menuju sebuah ruang yang agak temaram. Meskipun diliputi rasa gundah, ia berusaha menggugah semangatnya untuk terus melangkah.
Memang tidak seharusnya di kalbu si lelaki tercuat rasa gentar. Sebab, sejak jauh-jauh hari ia telah mempersiapkan diri menghadapi "pertempuran" hari ini.
Lelaki muda itu, Arhan (anggap saja nama sebenarnya), telah mempelajari berbagai strategi menjawab pertanyaan wawancara kerja. Sekalipun dicecar pertanyaan jebakan, mestinya ia tak teperdaya.
Selain itu, Arhan juga sudah melengkapi diri dengan pengetahuan mengenai perusahaan yang disasarnya serta posisi yang sekian lama diidam-idamkannya.
Nah, berbekal pengetahuan dan wawasan yang mumpuni, tak heran sang kandidat tak sedikit pun menyimpan keraguan di hati. Langkah-langkah yang diayunnya mengindikasikan betapa besar keyakinan dirinya.
Dan kini, ia telah duduk berhadapan dengan seorang pria yang memancarkan wibawa. Arhan terus berupaya membesarkan hatinya.
Sebelum lanjut, boleh juga mampir sebentar mencicipi lelucon tentang polah kaum rebahan yang tersaji dalam 10 peribahasa asal-asalan.
Seusai sejenak berbasa-basi, pewawancara kerja mulai melancarkan pertanyaan-pertanyaan dasar semacam perkenalan diri. Tentu saja si pemuda tidak mengalami kesulitan melewati tahap ini.