Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Resep Carlson Meredam Beban Kerja Seberat Tronton

5 Januari 2024   05:00 Diperbarui: 6 Januari 2024   00:50 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beban kerja berat yang kerap dikeluhkan bisa menjadi bumerang. Richard Carlson memberikan tips menyingkirkan kebiasaan buruk yang bisa bikin terpuruk.

"Berat nian beban kerjaku, Bro! Ampun, dah! Boro-boro minta cuti, sesekali pengen makan malam bareng anak bini aja nggak ada yang peduli!"

Kalimat semacam itu jamak diucapkan oleh seorang pekerja yang merasa dirinya dibebani pekerjaan teramat berat. Dalam pandangannya, beban yang ditaruh di pundaknya jauh melebihi beban pekerjaan pegawai-pegawai lainnya.

Saking panjang deretan tugas yang mesti dibereskannya saban hari, ia hampir tak pernah berkesempatan menjumpai anak-anaknya lagi. Ia hanya bisa menyaksikan mereka sekilas, ketika anak-anak sudah tertidur pulas.

Adakalanya beban kerja sesungguhnya tidak sebesar yang digaungkannya. Pegawai ini memang terdeteksi sebagai tukang ngibul, demen berkoar-koar soal beban kerja berat yang dipikulnya dengan omongan ngalor ngidul.

Mengapa ada orang gemar membual soal beban kerja yang, menurut perhitungannya, besarnya nggak kira-kira? Sebab, membesar-besarkan beban kerja bisa memunculkan rasa lega dan puas di hati pelontarnya.

Ada sejumlah alasan yang mendorongnya berbuat demikian. Pertama, dia mengharapkan atasan dan rekan-rekan kerjanya memaklumi beban "berat" yang dipikulnya. Konsekuensi dari pemakluman ini, ia tak layak dipersalahkan bila hasil kerjanya tidak sesuai ekspektasi.

Bukan itu saja, ia pun berharap mendengar ungkapan decak kagum orang-orang di sekelilingnya perihal besarnya kontribusi yang diberikannya bagi perusahaan. Kondisi ini bakal memunculkan harapan berikutnya, ia beroleh penilaian baik dan (akhirnya) menikmati kompensasi yang lebih tinggi.

Kalaupun alasannya tidak terlampau dahsyat, setidaknya timbul rasa lega  di hati sang pencurhat. Ia berhasil melapangkan dadanya lantaran kegundahan hatinya telah tersembur keluar dengan lancar.

Kadang-kadang juga perilaku pegawai semacam itu dijadikan sebagai kamuflase belaka atas ketidakmampuan dirinya dalam bekerja. Barangkali juga ia berambisi mengalahkan rekan kerjanya dengan cepat, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk bersaing secara sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun